CINTA SEORANG PANGERAN

Ada Banyak Ambulan



Ada Banyak Ambulan

Ia kalah dari Putri Kumari. Putri Rhiena kalah dari putri Kumari, ini sangat menyedihkan tetapi Putri Rheina hanya bisa geram dalam hati dan kemudian Dia menari lagi di iringi para putri lainnya. Hatinya menjadi berbunga – bunga kembali mengingat akan terjadi suatu kejutan untuk Putri Kumari dan Putri Alena.     

Dia sudah ditakdirkan jadi ratu sejak dalam kandungan dan Ia akan bertekad sekuat tenaga untuk mempertahankannya. Ia lebih baik mati daripada salah kalah. Ia harus menjadi seorang Ratu bagaimanapun caranya. Masa Ia kalah dari Putri Alena dan Putri Kumari. Ia adalah wanita Azura asli dan bukan orang luar kerajaan Aliansi bahkan orang luar kerajaan Azura jadi Ia sangat optimis kalau Ia akan memilki sekutu yang lebih banyak dari Alena.     

Cinta boleh saja Ia tidak memilikinya tetapi sudah menjadi turun temurun dan generasi ke generasi bahwa cintai itu hanya sepersekian persen yang dapat mempengaruhi kedudukan seorang ratu tetapi kekuatan dari para sekutu yang akan menjadikan kedudukan ratu menjadi kokoh.     

Karena pengangkatan seorang istri raja menjadi ratu haruslah disetujui oleh para tetua kerajaan. Dan sepanjang perdana menterinya adalah ayahnya Ia tidak mungkin tidak akan menjadi ratu. Batu sandungan terberatnya adalah Alena sudah memiliki anak laki – laki dan itu bisa jadi penyebab dia tergeser dari kedudukan Ratu tetapi jika kemudian dia juga memiliki anak laki – laki maka itu tidak akan jadi masalah lagi.     

Jadi pertama kali yang memang harus Ia lakukan adalah berusaha tidur bersama Nizam. Ia harus berupaya untuk bisa memperoleh anak dari Nizam suka ataupun tidak. Ia akan bekerja keras untuk itu. Ia adalah istri sah dari Nizam sungguh berdosa bagi Nizam jika dia tidak menyentuhnya. Tidak perduli Nizam mencintainya atau tidak. Bila perlu Nizam akan diberi zat afrodisiak agar bisa tidur dengannya.     

Ada beberapa pelayan dan dayang istana yang sudah bersumpah setia dengannya jadi semua akan berjalan lancar. Biarkan saja Putri Kumari menikmati kemenangannya. Yang penting akhirnya yang menjadi ratu adalah dia. Ratu Azura.. Putri Rheina tersenyum dengan cantiknya. Semakin Ia tersenyum maka semakin terpancar pesonanya.     

Sementara itu di bandara begitu pesawat mendarat maka ada banyak ambulan yang diminta datang ke arah bandara.     

Ratu Sabrina mengerutkan keningnya ketika iring – iringan mobil ambulan itu seakan berlari bahkan mendahului iring – iringan rombongan keluarga kerajaan yang akan pergi ke bendara.     

Ratu Sabrina yang duduk bersama Putri Kumari melihat ke arah luar jendela mobil dan bertanya kepada asistennya "Latifa, apakah kau tahu mengapa banyak sekali ambulan yang melewati kendaraan kita ? Ada apakah ? Apakah ada kecelakaan atau ada apa ?" Kata Ratu Sabrina sambil terus menatap keluar bahkan di sebelahnya duduk putri Kumari yang sudah berhitung ada sekitar dua puluh ambulan lebih yang menduhului rombongan kerajaan.     

Aturan di jalan raya adalah mengutamakan kendaraan kerajaan kecuali jika ada ambulan atau mobil pemadam kebakaran dan kendaraan darurat lainnya. Jadi karena dari tadi ambulan terus menerus melintasi mereka membuat kendaraan kerajaan jadi berjalan lambat.     

Latifa sendiri tampak kebingungan. Ia melihat menatap ke arah depan dan mulai mengeluarkan handphonenya. Ia menghubungi bandara untuk mencari tahu apa yang terjadi karena semakin dekat kendaraan menuju bandara, ambulan semakin banyak yang ikut menuju ke bandara.     

Latifa menelpon pemimpin bandara dan bertanya, " Assalamlaualaikum Tuan Mahendra ? Apakah anda tahu ada apakah di bandara ? Mengapa banyak ambulan yang menuju ke Bandara ? Apakah semua berjalan baik – baik saja ? " Kata latifa dengan serius.     

Putri Kumari sendiri melihat bagaimana terlihat orang – orang yang berjaga di sepanjang jalan di ibukota tampak tegang. Bukankah seharusnya hari ini adalah hari yang paling menggemberikan. Ada putra mahkota dan istrinya datang beserta dua orang calon pewaris tahta. Ada pangeran Thalal pulang beserta istrinya dan anaknya juga. Jadi apa yang menyebabkan wajah – wajah tegang itu.     

"Putri Kumari ? Apakah kau tidak lupa untuk melakukan penyambutan dari masyarakat setempat untuk kedatangan anakku ?" Kata Ratu Sabrina sambil mengerutkan keningnya.     

"Saya tidak lupa Yang Mulia. Dua hari yang lalu hamba sudah menghubungi beberapa sekolah negeri untuk mengeluarkan siswa mereka dalam rangka menyambut putra mahkota dan mereka sudah menyetujuinya. Seharusnya mereka sekarang sudah berjajar di sepanjang jalan " Kata Putri Kumari sedikit pucat Ia takut kalau Ia telah gagal melaksanakan tugas.     

Ratu Sabrina tidak ada orang yang berderet disepanjang jalan yang akan dilalui oleh Pangeran Nizam dan rombongannya. Ratu Sabrina jadi menuduh kalau Putri Kumari lalai melaksanakan tugasnya. Sementara itu wajah Latifa langsung pucat mendengar penjelasan dari pihak bandara. Latifa jadi ragu dan bimbang apakah perjalanan menuju ke bandara akan dihentikan atau dilanjutkan.     

Latifa memegang telepon genggamnya dengan erat masih jelas ditelinganya kalau pesawat Pangeran Nizam di bajak oleh Imran.Imran dan seluruh pasukan pengawalan kerajaan untuk Pangeran Nizam telah berkhianat dan akan bergabung dengan Pasukan Pangeran Barry.     

Banyaknya ambulan yang diminta adalah untuk mengangkat para korban yang bertumpuk di sebuah aula pesawat. Ada banyak penjaga yang menjaga Nizam di pesawat dan itu semua memberontak. Latifa tidak percaya kalau saja Ia tidak melihat iring – iringan ambulannya. Bagaiamana bisa Imran yang begitu setia menjadi seorang pengkhianat.     

Selama di pesawat Nizam tidak bisa menghubungi siapapun jadi ketika pesawat mendarat Nizam langsung menelpon ke semua yang Ia perlu Ia hubungi. Terutama ke pihak rumah sakit yang akan membereskan semua jenazah di atas. Nizam juga memerintahkan agar para keluarga korban dan tersangka untuk tidak panik terlebih dahulu.     

Latifa kemudian menatap ke arah Ratu Sabrina dan berkata dengan hati – hati. "Yang Mulia Ratu ? Apakah yang mulia sudah menghubungi Pangeran Putra Mahkota ?" tanya Latifa kepada Ratu Sabrina.     

"Sudah tetapi setiap kali Aku menelpon di me-rejeck Aku" Kata Ratu Sabrina mulai gelisah. Firasat nya kepada anak dan cucunya mulai tidak enak. Tidak mungkin ada banyak ambulan ke bandara kalau tidak terjadi apa – apa dan mengapa tidak ada pelajar yang berderet untuk mendukungnya     

"Yang Mulia apa tidak sebaiknya kita kembali saja ke istana dan menunggu kedatangan mereka di dalam istana" kata Latifa memberikan usulan. Dan Ratu Sabrina bukan ratu yang bodoh dan tidak tahu situasi yang terjadi.     

"Ada apa ini ? Cepat katakan ! Aku tidak mau tegang karena penasaran " Kata Ratu Sabrina.     

"Imran sudah meninggal Yang mulia dan beberapa pelayan dan seluruh penjaga" Kata Latifa membuat Ratu Sabrina langsung ternganga keheranan.     

"Memangnya ada apa ? Apakah ada pemberontakan ? Apa yang sebenarnya terjadi hingga semua terlihat tegang ?"      

***     

Terima kasih atas koin dan PS-nya. Tetap semangat membaca     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.