CINTA SEORANG PANGERAN

Percintaan Yang Luar Biasa



Percintaan Yang Luar Biasa

Alena sangat ketakutan ketika Nizam semakin gila melancarkan aksinya kepada Alena. Muka Nizam terbenam dengan dalam. Dan tangan itu bagaikan layang - layang yang lepas kendali. Seumpama kupu - kupu yang sedang mendekati kelopak bunga yang sangat indah dan penuh madu. Kupu - kupu itu menjulurkan belalainya untuk menghisap madunya.     

Alena semakin melotot ketika Nizam mengangkat gaunnya di bagian depan. Wajah Nizam sudah memerah. Alena tahu kalau Nizam sudah seperti ini dia tidak mau tahu berada di mana dan ada siapa. Ia adalah Pangeran Putra Mahkota. Dan Ia berada di dalam harem dimana tidak ada satupun pria di tempat itu. Yang ada adalah para pelayan dan istri - istrinya.     

Nizam tahu benar aturan harem. Ia berhak menyentuh siapa saja dan dimana saja karena setiap pelayan harus segera menyingkir ketika ada adegan seperti ini. Termasuk asistennya yang bahkan harus mengamankan tempat itu. Tapi Nayla sendiri tidak sempat melihat Putri Kumari yang terpaku karena letaknya yang sedikit terhalang rimbunan pohon adenium yang penuh dengan bunga yang sedang mekar - mekarnya. Hanya Alena yang tahu kalau di depannya ada Putri Kumari.     

Ketika tubuh mungil Alena diangkat oleh suaminya dan kemudian Alena merasakan tubuh suaminya mencoba memasukinya. Mata Alena tampak berkaca - kaca menahan malu. Bagaimana bisa Ia bercinta dengan disaksikan oleh teman yang baru dikenalnya walaupun teman itu adalah wanita dari suaminya sendiri.      

"Mengapa tubuhmu sangat dingin ? Mengapa kau tidak meresponku ? Bukankan kau biasanya suka dengan gaya spontan seperti ini ?" Kata Nizam sambil melebarkan kaki Alena. Dan merangkulkan Kaki itu kepinggangnya. Nizam memangku tubuh istrinya agar Ia memiliki posisi yang tepat.     

Nizam sedang mabuk cinta kepada istrinya dan Ia dalam keadaan stress karena pemberontakan Imran dan kelakukan para putri di Harem. Nizam butuh pelampiasan dan Ia tidak sabar menunggunya hingga nanti di kamarnya. Jadi ketika Ia melihat Alena Ia seperti musafir yang tiba - tiba menemukan kolam air yang jernih. Jadi jangan salahkan Ia kalau Ia langsung ingin mencelupkan seluruh tubuhnya ke dalam air itu.     

"Aku tahu kau dingin karena marah kepadaku. Kau pasti sedang cemburu kepadaku. Aku tidak perduli. Kau harus memuaskan Aku saat ini. " Kata Nizam sambil mencium leher Alena. Nizam tidak bisa mencium bibir Alena yang manis itu karena terhalang kain yang menutup mulutnya.     

Alena menggelengkan kepalanya ketika merasakan tubuh suaminya semakin terbenam secara perlahan tapi pasti. Tadinya Alena berusaha menahan sekuat tenaga ketika tubuh suaminya itu menyentuh semua titik rangsangnya. Tetapi kemudian tubuh dinginnya mulai merespon gerakan suaminya yang mulai membuat Ia bagaikan di awang - awang.     

Ia tidak tahan karena gesekan kasar dari suaminya. Nizam tampak sangat berhasrat tapi Ia masih sadar kalau Ia sedang ada ditempat terbuka walaupun terhalang banyak rimbunan pohon. Jadi Nizam hanya bisa melenguh di telinga Alena.     

Tubuhnya terasa panas ketika bergerak di depan tubuh Alena. Gerakannya semakin cepat dan membuat Alena semakin terbangkitkan. Nizam tahu kalau tubuh Istrinya semakin meresponnya sehingga Ia semakin bersemangat.     

"Kau mulai menikmatinyakan ? Ini sungguh indah.... Eummm.. Alena Aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu..." Nizam mulai meracau dengan nafas terengah - engah bagaikan kuda yang sedang berlari. Lenguhannya semakin keras.     

"Tubuhmu sangat nikmat. Aku gila karenamu... Mmmmm.. Alena.." Nizam tiba - tiba meneteskan air matanya dan mulai menangis lirih ketika gerakannya semakin cepat.     

"Aku sedang tertekan Alena.. maafkan Aku jika Aku sudah menyakitiku. Tenangkan Aku dengan tubuhmu.. " Nizam menekan tubuhnya dengan kuat dan membuat Alena merasakan darahnya semakin bergejolak. Ia bukanlah wanita yang tahan jika dirangsang terus menerus sehingga Ia tidak memperdulikan lagi Putri Kumari yang semakin terpaku melihat adegan di depan matanya.     

 Tangan Alena yang terikat dan melingkar di leher suaminya, menekankan kepala Nizam ke lehernya agar Nizam mengeksplorasinya dengan lidahnya. Dan Nizam tahu itu, Ia segera menjulurkan lidahnya dan mulai menelusuri lembutnya leher Alena. Kedua tangannya semakin kokoh menahan pinggul istrinya. Ia menggunakan batang pohon apel untuk menyenderkan tubuh istrinya.     

Tubuh Alena sekarang meresponnya dengan gerakan agar Ia semakin dapat merasakan gerakan tubuh Nizam. Semakin kuat, semakin cepat dan Nizam semakin menegang dengan hebatnya.     

Keringat mulai berlelehan di sekujur tubuhnya. Alena bahkan tidak ingin tahu mengapa suaminya menangis. Ia hanya ingin Nizam semakin kuat menghujami tubuhnya. Ia ingin tubuhnya semakin merasakan kekuatan suaminya. Suaminya yang bagaikan seekor singa di gurun pasir. Ia ingin di robek suaminya sekuat tenaga. Ia ingin suaminya semakin kuat menekankan tubuhnya ke dalam dirinya.     

Wajah Alena sedikit pucat karena Ia kehabisan nafas terperangkap kain yang membekapnya dan Nizam kemudian menarik kain itu dari mulut Alena. Tapi Alena sudah tidak ingin protes lagi. Ia malah merintih menahan kenikmatan yang bertubi - tubi menyentuh seluruh urat syarafnya.     

" Nizam... Nizam... aakh.. Aku.. " Alena tidak dapat menyembunyikan kalau Ia sedang dalam keadaan mabuk kepayang.     

"Ini sangat nikmat bukan ? " Kata Nizam sambil menghisap leher istrinya dan Alena memekik kecil.     

"I..iya.. tapi. " Alena tidak dapat menyempurnakan kalimatnya karena suaminya malah semakin menyempurnakan kenikmatan yang tengah Ia rasakan. Ketika deburan di dadanya semakin cepat bagaikan ombak yang berdebur ke tepian pantai dan ketika ombak itu semakin kuat ingin memecahkan karang yang berdiri tegak di tepian pantai.     

Alena semakin tidak tahan karena terjangan itu hingga akhirnya Ia menyerah dan berteriak hebat walaupun teriakannya hanya menggema di dalam mulut suaminya yang sedang semakin buas menghisap seluruh salivanya. Ia terperangkap dalam getaran cinta suaminya. Ia terhempas dalam gelora kenikmatan dari seluruh rasa cinta Nizam kepada dirinya.     

Mata Alena terpejam dengan mulut terbuka lebar ketika suaminya menghisap lidahnya seakan seluruh jiwanya ikut terhisap ke dalam raga suaminya. Nizam sendiri tidak ingin memperlama kenikmatan yang sedang Ia rasakan. Ia tahu kalau ini waktu yang kurang tepat untuk memadu cinta dalam jangka waktu yang panjang. Jadi Ia juga menyudahi keindahan yang sedang Ia rasakan di dalam tubuh Istrinya. Nizam menekankan tubuhnya dengan kuat seakan Ia ingin menghancurkan tubuhnya sendiri dan kemudian Nizam mengerang hebat sambil menggigit telinga Alena. Kedua tangannya mencengkram pinggul istrinya dengan kuat.      

 Ketika Nizam menyemburkan semua geloranya untuk mengakhiri gejolak darahnya Alena hanya semakin kuat menempelkan tubuhnya ke tubuh suaminya. Alena melihat mata Nizam yang tampak semakin sayu dan kemudian terpejam. Kemudian secara perlahan Nizam melemaskan tubuhnya dan menurunkan tubuh Alena.     

Nizam kemudian memandang Alena sambil tersenyum penuh kepuasan tetapi senyumnya langsung menghilang ketika tangan Alena menunjuk ke depan. Wajah Nizam seketika pucat pasi dan Ia memalingkan mukanya ke belakang. Mendadak darahnya bagaikan tersirap ketika melihat Putri Kumari memandang ke arahnya dengan tubuh tegak kaku.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.