CINTA SEORANG PANGERAN

Suasana Berkabung



Suasana Berkabung

Melihat Alena menatapnya dengan mulut terbuka lebar, Nizam makin meradang, "Mengapa kau begitu heran ? Kau tahu sekarang Aku seperti apa ?Aku ini memang orang yang egois. Orang yang jahat. Orang yang kejam. Tidak punya hati. Dan sekarang kau mau apa ? Mau meninggalkanku ? Mau pergi ke Pangeran Abbash ? " Kata Nizam dengan wajah gelap.     

Alena jadi semakin ternganga, "Ada apa denganmu ? Mengapa ujung - ujungnya jadi Pangeran Abbash ? Kau ini memang keterlaluan sudah egois, pecemburu pula " Kata Alena sambil mendorong kening suaminya menggunakan telunjuknya.     

"Karena Kau tidak bisa menghilangkan kekagumanmu kepada Pangeran Tampan itu. Bahkan kau dengar tadi, apa kata adikku. Maya yang terkenal judes saja sampai terkagum - kagum pada Pangeran Abbash" Nizam terus merasa panas dengan keberadaan Pangeran Abbash.     

"Dia itu sudah menikah, Nizam. Tenangkan emosimu. Kita ini sedang membahas adikmu Pangeran Husen bukannya Pangeran Abbash yang tampannya kebangetan itu" Kata Alena tanpa sadar. Tentu saja Nizam seperti bara api yang tersiram bahan bakar. Menyemburlah api cemburu dalam dadanya.     

"Kau bilang apa ? Kau bilang dia tampannya kebangetan. Kau benar - benar tidak bisa melupakan ketampanan pangeran gila itu. Kau pasti akan menikahinya kalau suatu hari nanti aku mati " Nizam semakin menjadi - jadi. Sudah tidak ada lagi Pangeran Putra Mahkota yang berwibawa dan terhormat kalau Nizam sudah cemburu. Ia berubah menjadi seperti remaja yang tidak mengenal logika lagi.     

"Duuh.. Ya Alloh. Sabar.. sabar.. sabar.. Nyebut Zam.. Nyebut.. " Kata Alena sambil mengusap dada Nizam. Ia mengelus dada suaminya agar api di dalam dada Nizam sedikit terpadam.     

"Kau yang bilang sendiri dia tampan, Nah giliran Aku yang bilang tampan kau marah - marah. Nizam ingat.. dia itu sudah menikah " Kata Alena membujuk suaminya agar tidak emosi.     

"Dia itu sama buayanya dengan Pangeran Husen tetapi bedanya kalau adikku tidak melakukan hubungan terlarang tapi dia melakukan hubungan terlarang dengan siapa saja. Dia itu mampu meluruhkan wanita siapa saja" Kata Nizam.     

"Tapi Arani tidak. Dia malah menghajar Pangeran Abbash sampai babak belur" Kata Alena. Ia masih ingat bagaimana Arani begitu membenci Pangeran Abbash karena sudah menyebabkan Jonathan terluka.     

"Itu karena Dia mencintai Jonathan " Nizam mengatakan hal yang membuat Alena malah berkata hal bodoh.     

"Nah itu dia.. Aku cuma bilang dia tampan tidak bilang mencintai. Sekarang Kau tanya Arani. Apakah Pangeran Abbash tampan atau tidak. Aku berani taruhan merangkak lagi di kakimu kalau Arani akan bilang bahwa Pangeran Abbash sangat tampan," Alena meyakinkan Nizam.     

Nizam mengangkat alisnya mendengar Alena akan merangkak lagi kalau Ia kalah taruhan. "Benar Kau akan merangkak lagi kalau Arani tidak menyangkal ketampanan Pangeran Abbash ?" Kemarahannya langsung mencair. Kepalanya yang panas seperti diguyur air es bergalon - galon banyaknya.     

Alena jadi merah padam mendengar perkataan Nizam, "Mmm maksudku bukan begitu.. Aku.." Alena mau meralat lagi perkataannya tetapi Nizam melotot,     

"Kau tidak boleh meralat lagi perkataanmu ! Karena berarti itu menunjukkan kau takut ketahuan sebenarnya kalau kau memang mengagumi Pangeran Abbash" Kata Nizam cemberut.     

"Huhhhh.. Nizam. Kau ini keterlaluan sekali, Aku masih merasakan mulutku pegal dan kebas. Kita ganti aja yu taruhannya dengan saling memijat saja " Alena merayu Nizam agar membatalkan taruhannya sambil tidak lupa Ia mengumpat dalam hati mengapa Ia sampai keseleo lidah mengatakan itu. Alena benar - benar mengumpat kebodohannya sendiri. Terakhir kali Ia harus terus membuka mulutnya sampai Nizam merasa puas. Alena menepuk keningnya dengan menggunakan punggung tangannya saking kesal sama dirinya sendiri.     

"Tidak ah.. Aku mau taruhan yang tadi.. " Nizam mengangkat bahunya sambil memajukan bibirnya dengan lucu membuat Alena yang sekarang meradang.     

"Yaah terserah.. kau saja Yang Mulia. Tapi awas kalau lama lagi. Aku gigit sampai putus biar tahu rasa " Kata Alena sambil menggembungkan mulutnya.      

"Jangan melakukan hal bodoh yang bisa merugikan diri sendiri " Kata Nizam sambil mencubit pipi Alena.     

"Kau sudah tidak cemburu lagi sekarang ?" Kata Alena melihat wajah Nizam yang sudah berseri kembali.     

"Tidak karena Ada yang berjanji kepadaku, Jadi Aku merasa sangat bahagia sekarang " Kata Nizam sambil memeluk Alena dan merebahkan kepalanya di dada Alena. Tapi Ia merasakan dada Alena yang bengkak.     

"Kau bengkak sekali.. " Kata Nizam sambil menangkupkan telapak tangannya ke dada istrinya yang bengkak karena seharusnya sekarang jadwal pemberian ASI kepada si kembar.     

"Aku harus mompa ASI.. " Kata Alena sambil bangkit akan memompa ASI-nya tapi tangannya ditarik oleh Nizam. Sehingga Alena terjatuh kembali dan duduk dipangkuan Nizam. Nizam menahan tubuh Alena oleh sebelah tangannya sementara tangannya yang lain dengan nakal meraih kancing gaun Alena.     

"Aku bantu yu.. biar cepet " Kata Nizam sambil sibuk membuka kancing pakaian Alena tapi tangannya langsung dipegang dan disingkirkan oleh Alena.     

"Kau bukannya membantu malah menghambat, Sana ! Sekarang yang ini milik anak - anak. Bapaknya ga boleh ikutan " Kata Alena sambil bangkit pergi tidak bisa dicegah lagi. Nizam cuma bisa manyun sambil kemudian mengambil lagi bukunya dan melanjutkan bacaannya tadi.     

Tetapi sekarang Nizam tidak bisa berkonsentrasi lagi melihat istrinya yang sedang duduk bersandar sambil memegang alat pompa ASI elektronik. Nizam melihat cairan putih mengalir dengan deras ke dalam botol - botol ASI. Pemandangan yang indah dan mengharukan. Sungguh mulia wanita yang mengorbankan keindahan tubuhnya untuk memenuhi kebutuhan anak - anaknya. Semoga para wanita itu mendapatkan ganjaran pahala yang berlipat - lipat dari Alloh SWT.     

***     

Ketika pesawat mendarat di Kerajaan Rajna tampak beberapa pejabat Kerajaan sudah hadir menyambut rombongan dari Kerajaan Azura. Suasana berkabung sangat terasa. Semua orang tampak mengenakan pakaian hitam - hitam dan Alena jadi bersyukur kalau Nizam juga menyuruh mereka mengenakan pakaian hitam semua. Bendera setengah tiang masih berkibar dan katanya tidak akan pernah naik sampai kasus pembunuhan putri mahkota mereka ditemukan dan diselesaikan.     

Nizam tampak berbincang - bincang sebentar sambil menunggu mobil - mobil dikeluarkan dari pesawat mereka. Alena berdiri di samping Nizam sambil sesekali menganggukan kepala membalas hormat mereka dan menangkupkan kedua tangan di dada untuk membalas salam mereka.     

Tidak lama kemudian mobil sudah beriringan menuju kerajaan Rajna. Alena melihat di sepanjang jalan sangat sepi tidak ada satupun suara kegaduhan yang terdengar, gelak tawa dan suara musik tidak terdengar dimana - mana. Semua orang tampak mengenakan pakaian hitam - hitam.     

Alena menjadi sangat terenyuh, dan Ia menatap wajah Nizam juga menjadi sangat murung. Alena menggenggam tangan Nizam dan memberikan kekuatan. Alena merasakan kalau Nizam sedang merasakan perasaan berdosa dengan kematian Putri Kumari di dalam haremnya.      

Nizam sedikit gemetar bagaimana Ia mengingat perbincangan terakhir saat Ia berbincang dengan Putri Kumari sebelum meninggal. "Ini sudah takdir Nizam, Kau harus bisa menerima kenyataan " Kata Alena dan Nizam langsung memeluk Alena dan menyembunyikan mukanya di leher Alena.     

"Aku tahu itu.. Alena. Ini sangat menyakitkan bagaimana seorang gadis kebanggaan seluruh rakyat kerajaan Rajna harus mati sia - sia di dalam haremku. Kau lihat bagaimana orang - orang begitu berduka. Padahal Aku berniat untuk mengembalikannya dengan baik - baik" Kata Nizam dengan suara yang terdengar sangat pahit. Alena mengusap punggungnya dengan lembut.     

"Alloh lebih menyayanginya dibandingkan kita menyayanginya.. "     

"Hanya Kau Alena yang menyayanginya dengan setulus hati. Sungguh hatimu begitu suci padahal dia berusaha hendak mendekati suamimu " Kata Nizam.     

Alena menghela nafas, "Aku wanita normal yang memiliki rasa cemburu dan sakit hati. Tetapi Aku berusaha menegarkan hati, ada anak - anak sekarang. Aku lebih memilih memiliki banyak teman dari pada mencari musuh. Masalah berbagi aku serahkan kepada yang diatas. Laki - laki yang pada dasarnya setia walaupun dikelilingi seribu wanita cantik, Ia akan tetap setia. " Alena mencium puncak kepala Nizam yang tertutup kain penutup kepala.     

"Kau benar - benar semakin bijak dan dewasa " kata Nizam sambil tak henti - hentinya bersyukur kalau Ia di kelilingi oleh orang - orang hebat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.