CINTA SEORANG PANGERAN

Suasana yang Berubah Menjadi Tegang



Suasana yang Berubah Menjadi Tegang

Jonathan memang tidak mengerti bahasa mereka seluruhnya tapi Ia masih bisa menangkap sedikit sedikit karena Ia sering mendengar Arani berbicara dengan yang lainnya. Ia tahu suasana jadi sedikit tegang ketika Raja Alimudin menyebut tentang adik Putri Kumari.     

Alena juga terkejut bukan main mendengar perkataan Raja Alimudin. Ia terkejut bukan karena Raja Alimudin hendak menikahkan adiknya putri Kumari kepada Nizam. Ia lebih terkejut karena tebakan Nizam sangat benar sekali. Alena jadi sangat ingin mencium suaminya itu. Sungguh suaminya sangat pintar.      

Nizam jadi risih karena Alena menatapnya dengan pandangan penuh kekaguman. Ia tidak keberatan Alena mengaguminya tetapi kalau sambil menatapnya dengan mulut terbuka lebar Nizam jadi ingin menyumpalnya dengan sesuatu.     

"Tutup mulutmu!! " Bisik Nizam sambil mencubit bokong Alena dari samping. Gerakan mereka tidak terlihat karena mereka duduk di belakang meja.     

"Kau sangat amazing, Nizam.." Alena balas berbisik kepada Nizam.     

"Aku mau dinikahkan lagi kau malah bilang amazing. Sungguh istri ga ada akhlak" Kata Nizam cemberut. Alena malah tersenyum. "Jangan kura - kura dalam perahu. Pura - pura tidak mahu padahal hatinya berdendang riang" Kata Alena sambil mengerling.     

"Dasar parah !!" Kata Nizam sambil menggeser duduknya menjauhi Alena sedikit. Ia mendengarkan Raja Alimudin yang sedang berbicara dengan penuh pengharapan.     

"Yang Mulia Pangeran Nizam pasti memahami perasaan kami. Kami kehilangan putri Mahkota kami. Padahal kami berharap dia dan Yang Mulia akan memimpin Kerajaan Azura dan Kerajaan Rajna bersama sebagai Raja dan Ratu. Tetapi harapan kami sekarang sudah hilang.      

Kami tidak memiliki harapan lagi untuk bisa memiliki Raja pengganti diriku kecuali kalau Yang Mulia bersedia menikahi adik dari Putri Kumari sebagai pengganti dari Putri Kumari. Yang Mulia akan menjadi Raja dan Putri Avantika akan menjadi Ratu menggantikan Putri Kumari. " Kata Raja Alimudin.     

"Ini adalah anugrah yang terbesar untuk kerajaan Azura. Sebuah kerajaan besar seperti kerajaan Rajna bersedia untuk menikahkan kembali putrinya kepada Pangeran Azura padahal putrinya yang pertama sudah menjadi korban yang sampai sekarang kasusnya masih dalam pengusutan. Bagaimana kami bisa menerima anugrah sebesar ini ?"Kata Nizam dengan wajah murung. Membuat suasana menjadi kaku.     

Wajah Raja Alimudin menjadi kelam, Ia merasa bahwa Nizam menolak perjodohan yang sedang Ia lakukan. Padahal Ia melakukan untuk meredam kemarahan dari rakyatnya. Rakyat Kerajaan Rajna sangat mencintai Putri Kumari tetapi saat putri Kumari meninggal di racun orang. Kerajaan Rajna malah tidak melakukan apa - apa dan hanya membawa jenazah Putri kumari pulang ke kerajaan Rajna tanpa membawa pelaku kejahatannya datang ke kerajaan Rajna.     

Mereka menjadi gelisah dan menebarkan protes di setiap media sosial dan bahkan mereka akan demo untuk memberikan dukungan ke kerajaan Rajna. Mereka mendukung Kerajaan Rajna tetap menyerang kerajaan Azura. Sehingga dengan muka pucat karena marah, Raja Alimudin berkata,     

"Yang Mulia Pangeran Nizam, sesungguhnya Aku sangat meredahkan diri sendiri dengan menyerahkan putriku yang kedua untuk kau nikahi hanya untuk meredam kemarahan rakyat Kerajaan Rajna yang tidak terima karena kematian dari Putriku masih belum tertangkap. Jadi jika sampai Yang Mulia menolak maka dengan sangat menyesal Aku katakan kalau Aku tidak bisa menahan keingin rakyatku untuk berperang" Kata Raja Alimudin dengan wajah menghitam.      

Mendadak semua utusan dari kerajaan Azura terdiam tegang dan penuh rasa khawatir. Pangeran Husen tampak pucat pasi melihat situasi menjadi tidak terkendali. Apalagi para tetua dari kerajaan Rajna yang ikut menghadiri menjadi ikut tegang dan mereka sudah mulai berdiri.     

Arani sesaat ikut tegang tetapi kemudian melihat wajah Nizam yang begitu tenang. Nizam malah mengambil cangkir tehnya dan meminumnya dengan gaya santai padahal Alena sudah mau pipis saking takutnya.      

"Ni.. Nizam.. Aku sangat takut. Aku mau pipis.. " kata Alena benar - benar ingin buang air kecil melihat kemarahan yang tampak di wajah Raja Kerajaan Rajna dan para tetua mereka. Nizam malah melirik ke arah Alena dan menjawab sambil berbisik.     

"Iya nanti malam. Kalau kau mau pipis nanti malam Aku pipisin.." Kata Nizam sambil menggigit bibirnya menahan tawa melihat Alena tampak sangat ingin murka dan menghajar Nizam tetapi tidak berani berbuat apa - apa karena semua mata menatap ke arah mereka dengan pandangan buas.     

"Apa yang kurang dari putri - putri kami sehingga Yang Mulia seakan memandang sebelah mata kepada mereka. Selama ini Aku bersabar ketika Yang Mulia tidak ingin menyerahkan Putri Rheina kepada kami. Padahal kami tidak hendak menghukumnya sampai penjahat yang sebenarnya ketahuan. Kami hanya ingin sandera agar Kerajaan Azura bisa bersungguh - sungguh mengungkap pelaku sebenarnya.     

Tetapi hanya karena kemuliaan Putri Alena kami bersedia mundur dengan tangan kosong. Putri Alena sungguh berhati besar ketika Yang Mulia berniat hendak menggatikan Putri Rheina menjadi sandera di kerajaan Rajna. Padahal Yang Mulia sedang menyusui. Jadi Kami mengalah demi kemuliaan seorang ibu.     

Tetapi apa balasan dari Yang Mulia ? Yang Mulia malah menolak adik dari Putri Kumari sebagai ganti dari Putri Kumari yang sudah meninggal" Kata Raja Alimudin lagi dengan hati yang gusar.     

Pangeran Husen yang duduk tidak jauh dari Nizam tampak sangat gelisah dan ketakutan. Ia takut kalau - kalau terjadi perkelahian di kerajaan Rajna. Kalau sampai itu terjadi maka mereka pasti akan kalah total. Ibarat berperang mereka hanya terdiri dari segelintir orang. Walaupun mereka macan tapi kalau diserang ribuan kijang ya pasti akan kalah juga.      

"Ke..kenapa jadi begini ?" Pangeran Husen memegang tangan Maya dengan erat kali ini Maya membiarkan tangan Pangeran Husen memegangnya karena memang pangeran Husen terlihat sangat ketakutan. Bahkan suasana semakin tegang ketika Arani dan Amar langsung berdiri di depan Nizam seakan ingin melindungi majikannya. Semantara itu Ali dan Fuad berdiri di belakang Nizam.     

Posisi mereka sudah seperti siap berkelahi. Para penjaga Kerajaan Rajna melihat reaksi Arani dan Amar mereka segera mengeluarkan senjata agar bisa langsung digunakan seandainya terjadi baku tembak atau baku hantam.     

Nizam mengangkat tangannya ke atas sambil berkata, "Mundurlah kalian. Aku tidak ingin berkelahi karena persoalan ini" Kata Nizam sambil menyuruh mereka mundur sehingga Arani dan Amar tidak membantah dan segera mundur tetapi tetap tidak jauh.     

Nizam kemudian berdiri dan membungkukkan badan. "Silahkan Yang Mulia baginda raja Alimudin untuk menenangkan diri. Sungguh Aku tidak bermaksud untuk menghinakan Yang Mulia terlebih kerajaan Rajna. Aku hanya ingin kita bertukar pikiran dengan kepala dingin" Kata Nizam sambil mempersilahkan orang - orang dari Kerjaan Rajna untuk tidak tegang.     

Raja Alimudin melihat Nizam yang sangat tenang sehigga temperatur amarahnya menurun dan Ia pun mengangkat tangannya menyuruh orang - orangnya untuk mundur dan membiarkan para tetua untuk duduk kembali.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.