CINTA SEORANG PANGERAN

Pangeran Husen Tersinggung



Pangeran Husen Tersinggung

"Yang Mulia, sesungguhnya jika diriku menolak lamaran dari Yang Mulia maka Aku pasti termasuk orang yang tidak tahu diri. Lagipula istriku ini bukanlah tipe wanita pencemburu. Ia sangat memuja Putri Kumari bukan saja karena kecantikannya yang luar biasa tetapi juga karena kecerdasan kan keterampilannya yang sangat mengagumkan.     

Ketika pertama kali Alena berjumpa dengan Putri Kumari, Alena sangat menyukainya. Dan Ia berniat untuk bersahabat selamanya dengan Putri Kumari. Jadi ketika Putri Kumari meninggal maka yang sangat terpukul dengan kejadian itu adalah istriku ini. Dia menangis terus menerus bahkan dia sampai mau mengorbankan dirinya sendiri menggantikan Putri Rheina menjadi sandera karena cintanya yang begitu besar kepada Putri Kumari.     

Jadi bagaimana mungkin kami sekarang datang untuk menghinakan Kerajaan Rajna jika kami datang sendiri mempertaruhkan nyawa kami" Kata Nizam membuat semua kemarahan dari Raja Alimudin dan semua pejabat serta tetua langsung terpadam. Mereka saling berbisik membenarkan perkataan Nizam. Wajah kelam mereka sekarang berubah menjadi terang.     

"Aku sungguh terharu dengan perkataanmu itu. Aku pikir tadinya kau akan menolak lamaranku. Aku bahagia ternyata kau menyetujuinya dan Terima kasih aku ucapkan kepada Putri Alena, Anda adalah Ratu yang susungguhnya karena mau berkorban dengan begitu besar" Kata Raja Alimudin sambil menganggukan kepalanya dan melihat ke arah Alena dengan pandangan berkaca - kaca.     

Mendengar perkataan Raja Alimudin seperti itu Nizam hendak berkata lagi tapi Alena memegang tangannya dan menggelengkan kepalanya. Ia tahu kalau Nizam mau menyanggah perkataan Raja Alimudin. Alena ingin kalau Raja Alimudin benar - benar tenang dulu. Nizam segera menutup mulutnya. Ia kali ini mengandalkan kecerdasan Alena agar negosiasi yang akan Ia lakukan berjalan sesuai harapan.     

Alena lalu membalas untuk memberikan hormat kepada Raja Alimudin sambil berurai air mata. Ia kembali teringat dengan sahabat barunya itu. Terlepas dari obesesinya kepada Nizam, Alena menganggap bahwa Putri Kumari benar - benar sangat baik. Walaupun ternyata alasan Cynthia untuk membenci putri itu ketahuan sekarang.     

Kalau seandainya Cynthia datang ke pertemuan ini maka Ia pasti akan langsung mencak - mencak. Dari perkataan Raja Alimudin sudah jelas mengatakan bahwa Putri Kumari memang berniat hendak menjadi Ratu dan memimpin di kerajaannya. Ah.. tidak .. tidak bukan memimpin dikerjaannya tetapi mereka akan menggabungkan dua kerajaan menjadi satu dengan kepemimpinan Raja Nizam dan Ratu Kumari.     

Kalau Putri Kumari menjadi Ratu berarti Alena hanya akan jadi ratu pendamping. Ck..ck..ck.. sungguh suatu rencana akbar yang luar biasa. Tetapi Alena sama sekali tidak menanggapi hal itu Ia malah mengenang Putri Kumari sebagai orang yang mengagumkan.     

"Hamba sangat berterima kasih Yang Mulia begitu baik kepada hamba. Walaupun hamba bersedia untuk menggantikan Putri Kumari tetapi Yang Mulia tidak berkenan menerima pengorbanan hamba dan memilih pulang dengan tangan hampa. Yang Mulia juga lebih memilih dihujat oleh rakyat daripada membiarkan hamba ikut dengan rombongan utusan dari kerajaan Rajna untuk tinggal di sini.      

Hamba mewakili suami hamba dan Ibunda Ratu Sabrina serta seluruh rakyat Kerajaan Azura yang turut berduka juga menyampaikan permintaan maaf yang sebesar - besarnya kepada Yang Mulia.     

Hamba berharap tidak ada persoalan yang tidak mampu diselesaikan. kami datang dengan baik - baik ke kerajaan ini untuk memenuhi undangan Yang Mulia. Jika sekarang ada permasalahan tentang keinginan Yang Mulia untuk menggantikan Putri Kumari dengan adiknya yaitu Putri Avantika. Hamba sebagai istri dari Yang Mulia Pangeran Nizam sama sekali tidak keberatan.     

Sebagai istri dari Putra Mahkota tentu hamba harus siap dengan segala konsekuensinya. Hamba bukan wanita egois yang mementingkan diri sendiri tetapi seperti Yang Mulia ketahui. Suamiku ini bukanlah orang yang sembarangan.     

Otaknya sangat cerdas dan pandai menganalisa segala situasi dan kondisi. Apapun yang suami hamba lakukan Hamba sangat yakin dia tidak bermaksud untuk memperburuk suasana. Suami hamba adalah orang yang baik terlepas dari segala kekurangannya sebagai manusia. Tetapi percayalah, Yang Mulia. Mari kita dengarkan apa yang hendak Pangeran Nizam sampaikan.     

Apapun yang akan disampaikan olehnya, Hamba yakin itu adalah yang terbaik untuk kita semua. Yang Mulia Bagian Raja Alimudin begitu bijaksana dan berwawasan luas. Sehingga apapun harapan kami akan berjalan dengan baik dan lancar" Kata Alena dengan lembah lembut bagaikan guyuran air hujan menyiram padang pasir yang tandus.     

Nizam begitu terharu mendengar perkataan istrinya. Ia akan memanfaatkan kesempatan kali ini untuk meyakinkan Raja Alimudin agar semua persoalan di antara mereka berakhir dengan baik.     

"Sesungguhnya Yang Mulia, Aku mungkin bisa menikahi Putri Avantika dan menyimpannya di dalam harem. Akan tetapi setelah mendengar penjelasan dari Yang Mulia kalau Yang Mulia hendak menjadikan putri Yang Mulia sebagai ratu kerajaan Rajna tetapi juga menjadi istri dari Raja Azura. Aku berpikir kalau ini akan menjadi sangat sulit Yang Mulia" Kata Nizam sambil memandang Raja Alimudin yang tampak mengerutkan keningnya tidak mengerti.      

"Apa maksud dari Yang Mulia?" Kata Raja Alimudin dengan keheranan.     

"Yang Mulia walaupun Aku hidup lama di Amerika tetapi Aku tetap mengikuti perkembangan politik dari Kerajaan Alianis. Saat ini ada beberapa indikasi yang memperlihatkan bahwa ada penggalangan kekuatan di beberapa kerajaan tertentu yang menginginya penyatuan kerajaan Aliansi menjadi satu kerajaan besar dibawah kepemimpinan Satu Raja dan yang lainnya hanya akan menjadi kepala kerajaan bagian.     

Seandainya niat Yang Mulia akan menyatukan kerajaan Rajna dan Kerajaan Azura dibawah satu kepemerintahan. Ini sangat merugikan kerajaan kita karena kemungkinan akan ada tuduhan bahwa kita memulai penggalangan kekuatan itu dan itu akibatnya akan menjadi sangat tidak baik.     

Kerajaan kita akan terkena dampak sosial kerajaan yang lain dan mungkin akan menimbulkan chaos ( Kekacauan/kesmrawutan ). Lagipula Aku sendiri belum naik tahta. Aku masih belum tahu bagaimana cara memimpin kerajaan jadi rasanya akan menjadi sulit kalau Aku harus memimpin dua negera sekaligus. " Nizam terdiam sesaat memperhatikan reaksi raja Alimudin dan para pejabat. Mereka tampak terdiam membenarkan kata - kata Nizam.     

Raja Alimudin tampak menghela nafas, "Lalu bagaimana dengan nasib kerajaan kami. Aku ditakdirkan tidak memiliki anak laki - laki bahkan dari para selir. Aku tidak berani menjadikan anakku menjadi ratu pemimpin negeri tanpa didampingi oleh orang yang tepat. Aku tidak bisa menjodohkan anakku dengan sembarangan Pangeran. Aku butuh orang yang kuat atau orang yang memiliki dukungan kuat" Kata Raja Alimudin berkelu kesah.     

Nizam malah tersenyum kepada Raja Alimudin, " Anda tidak usah khawatir. Ayahanda memiliki banyak pangeran yang tepat untuk Putri Avantika."     

Raja Alimudin membalalakkan matanya kepada Nizam dengan mengerutkan keningnya, Ia masih menunggu Nizam melanjutkan perkataannya,     

"Aku membawa Pangeran Husen bersamaku dan Ia masih memiliki satu istri dan baru akan menikah dengan Putri perdana mentri Kerajaan Zamron. Menjadi istri dari Pangeran Husen akan mendatangkan banyak keuntungan. Dia akan menjadi menantu Perdana mentri Zamron yang berarti Yang Mulia akan mendapatkan dukungan dari kerajaan Zamron. Kerajaan Zamron juga akan mendapatkan dukungan dari ku secara penuh " Nizam berkata dengan manisnya membuat Pangeran Husen hampir terjungkal saking kagetnya.     

Wajah Pangeran Husen begitu pucat karena kaget. Mengapa Nizam harus mengatakan sesuatu begitu mendadak, Ia memandang Maya dengan gemetar dan Maya malah tersenyum sambil mengangkat bahunya. Muka Pangeran Husen langsung terlihat kesal. " Kau pasti tahu sesuatu.." bisik Pangeran Husen dengan kesal.      

Maya malah memiringkan wajahnya dengan genit. Ia sangat puas melihat Pangeran Husen seperti mau pingsan saking kaget. Pangeran Husen lalu menatap Nizam dengan pandangan marah. Ia sangat tersinggung karena kakaknya melakukan sesuatu tanpa persetujuannya. Apalagi hatinya sedang dimabuk asmara oleh Amrita.      

Nizam melihat kilatan marah di mata adiknya tetapi Nizam tidak memiliki pilihan lain selain Ia menyodorkan Pangeran Husen. Ia tidak bisa memilih Pangeran Thalal karena Ia memerlukan Pangeran Thalal dan Cynthia disisinya. Lagipula Ia tidak bisa membuat Pangeran Thalal menikahi wanita lain karena Ia pasti akan dihajar Alena. Alena tidak akan bisa melihat Cynthia dimadu sebagaimana Cynthia yang tidak suka melihat Alena diduakan cintanya.     

Pangeran Husen memiliki istri dari sistem kerajaan sehingga mereka akan lebih mudah menerimakan jika suaminya menikah lagi dan Nizam juga bisa memenuhi ambisi dari Ratu Aura yang selalu menginginkan anaknya menjadi Raja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.