CINTA SEORANG PANGERAN

Nizam Akan Berjanji



Nizam Akan Berjanji

Ratu Sabrina menatap tajam pada putri itu. Ia lupa lagi siapa nama putri itu saking banyaknya putri yang Ia simpan dalam Harem untuk Nizam.     

" Siapa namamu ?" Ratu Sabrina bertanya nama kepada Putri itu. Ratu Sabrina tampak mengernyitkan dahinya tanda Ia kurang suka mendengar pertanyaan dari putri itu. Pertanyaan sensitif ? apa maksudnya ? Apa putri itu hendak menekan Nizam ? Belum apa – apa dia sudah berani mendoktrin seperti itu.      

Putri itu kemudian membungkukkan badannya dan mencoba untuk bersikap sedikit manis. ' Saya Putri Nadia. Sekali lagi mohon maaf jika pertanyaan ini kurang berkenan. Tetapi ini tentang keadilan bagi kami " Kata Putri itu tetap dengan nada lembut tetapi kelembutan nadanya tidak mengurangi kegoncangan bagi hati Ratu Sabrina tentang keberanian putri ini. Kelihatan sekali dia akan jadi provokator. Bahkan Putri Rheina sendiri tidak seberani itu.     

Dengan mata yang menatap tajam, Ratu Sabrina kemudian berkata, "Katakanlah !! " Suara Ratu Sabrina terdengar sedikit dingin. Dan Nizam hanya terdiam dengan wajah datar. Diam – diam Putri Kumari memperhatikan setiap tindak tanduk Nizam dengan penuh analisa. Melihat betapa tampan dan berwibawanya Nizam membuat Putri Kumari semakin menginginkannya.     

"Maafkan kelancangan Saya, tetapi ini sangat penting bagi kami semua. Seperti yang kita ketahui bersama kalau Yang Mulia pangeran Nizam sangat mencintai Putri Alena dan selalu bersamanya. Sewaktu Yang Mulia Pangeran Nizam dan Putri Alena baru tinggal di Kerajaan Azura, Saya mendengar tidak ada satupun yang bermalam dengan Pangeran Nizam. Ini tentu saja menyakiti kami.     

Sakitnya Putri Mira adalah karena merasa terabaikan oleh Yang Mulia Pangeran Nizam. Akankah nanti akan ada putri mira yang lain sekiranya sikap Yang mulia Pangeran Nizam masih tidak adil terhadap kami ?      

Bukankah Ibunda Ratu menyimpan kami semua disini untuk menjadi Istri Yang Mulia Pangeran Nizam. Kalau kami tidak diperlakukan sebagaimana mestinya oleh Pangeran Nizam lalu untuk apa kami berada disini" Kata Putri itu membuat Ratu Sabrina langsung merah padam karena marah.     

Sungguh putri ini sangat tajam mulutnya. Berani benar Ia berkata seperti itu kepada Nizam dan kepada dirinya. Putri ini akan menjadi duri dalam daging. Putri itu tidak tahu dengan siapa Ia berhadapan.     

Nizam merasakan kemarahan ibunya sehingga ketika Ibunya memandang dirinya, Nizam mengangkat telunjuknya di bibirnya dan meminta ibunya untuk diam.     

"Biar Ananda yang menjawab " Kata Nizam dengan lembut kepada ibunya. Ratu Sabrina menganggukkan kepalanya dengan pandangan penuh kasih sayang.      

"Putri Mmm.. siapa tadi ? " Nizam mendadak lupa lagi nama putri yang menyebalkan itu.     

"Putri Nadia Yang Mulia " Putri itu menjawab dengan manja kepada Nizam. Nizam menganggukan kepalanya.     

"Eumm.. ya.. Putri Nadia. Sungguh pertanyaan yang sangat luar biasa. " Kata Nizam sambil terus menganggukan kepalanya.     

"Tetapi kelihatannya Yang Mulia Ratu Sabrina tidak menyukai pertanyaan saya" Kata Putri Nadia sambil melirik ke arah Ratu Sabrina. Ratu Sabrina terkejut mendengar kata – kata putri yang semakin berani. Ia langsung marah – marah dalam hati bagaimana bisa Ia menyimpan putri menyebalkan itu di dalam harem anaknya. Ia telah salah memilih. Dengan muka kelam Ratu Sabrina hendak berbicara tetapi Nizam menggelengkan kepalanya. Sambil mengangkat tangannya sedikit menenangkan hati ibunya.     

Ratu Sabrina kembali mundur dan membiarkan Nizam yang berbicara kali ini. Ia sudah merasa sangat emosi dengan putri itu. Tetapi wajah Nizam tetap terlihat tenang. Ia sama sekali tidak terbawa emosi oleh putri Nadia. Matanya masih tenang dan bibirnya menyunggingkan senyum manis.     

Alena berbisik kepada Cynthia, " Putri itu sudah gila, Aku sendiri tidak pernah berani melawan Ibunda Ratu Sabrina yang galaknya kelewatan. Berani benar putri itu berkata seperti itu. Aku yakin dia adalah putri yang sangat pemberani "     

"Dia bukan pemberani tetapi gila seperti yang kau katakan tadi. Suamimu itu sedang mencari cara untuk membubarkan harem, agaknya dia yang akan paling duluan keluar dari harem" Kata Cynthia sambil nyengir melihat ke arah putri itu. Tetapi kemudian Ia juga sangat penasaran dengan jawaban Nizam. Si otak brilian itu akan menjawab apa tentang kebenaran yang tidak terbantahkan ini.     

"Aku tidak akan memungkiri kenyataan kalau Aku sangat mencintai Putri Alena. Ini adalah perasaanku sebagai manusia biasa. Aku manusia yang memiliki rasa cinta seperti yang lainnya dan takdir menuliskan Aku mencintai Putri Alena. Apakah Aku salah karena memiliki perasaan itu. Karena perasaan itu muncul begitu saja dalam hatiku.     

Aku meminta maaf kepada kalian semua jika Aku sudah menyakiti dengan perasaanku ini. Tetapi bukan Aku yang menginginkannya. Bukankah yang mampu membolak – balikan peraasan manusia adalah Alloh. Tanpa seizin-Nya, aku tidak mungkin mencintai Alena. Jadi jangan pernah menyalahkan Aku atau Alena karena perasaan ini.     

Jadi kalau kalian memintaku untuk bersikap adil tentang cinta, Aku minta maaf yang sebesar – besarnya kalau itu tidak mungkin. Aku tidak bisa membagi cintaku dengan yang lain. Aku hanya akan mencintai Alena seumur hidupku. Tetapi karena Aku sebagai Putra Mahkota yang secara hukum Aku akan menjadi Raja, maka Ibunda Ratu menerapkan aturan kerajaan kepadaku untuk memiliki istri yang banyak agar dinasti kami semakin kokoh.     

Sebagai putra mahkota dan anak yang berbakti Aku tidak mungkin menolak itu semua sehingga kalian hadir sekarang. Tadi Aku sudah mengatakan kepada Putri Rheina kalau Aku akan mencoba bersikap adil kepada kalian. Bahkan Aku sudah berjanji kepada diriku sendiri Aku tidak mungkin mentelantarkan kalian.     

Aku akan mencukupi apapun kebutuhan kalian. Dan bukankah tadi Yang Mulia Ratu Sabrina sudah menyebutkan pembagian bermalam secara bergiliran. Aku tidak akan lari dari kewajibanku untuk bermalam dengan kalian. Kalian tidak usah khawatir. Masing – masing dari kalian akan tidur bermalam denganku secara bergiliran " Kata Nizam dengan tenang.     

Mendengar kata – kata Nizam semua tampak bersorak dengan senang termasuk Putri Nadia. Tapi Ia masih belum puas sehingga Ia berkata lagi, "Kami sangat bahagia mendengar perkataan Yang Mulia. Tetapi untuk meyakinkan kami. Apakah Yang Mulia bersedia untuk mengucapkan janjinya kepada Kami ?" Kata Putri Nadia dengan penuh harap.     

"Tentu saja Aku bersedia " Kata Nizam dengan sungguh – sungguh. Ia sama sekali mengabaikan wajah Alena yang merah padam dengan mata berkaca – kaca. Bagaimana bisa Nizam akan meniduri semua istrinya seperti itu. Nizam adalah seorang putra Mahkota dan kata – kata yang diucapkan di muka umum haruslah ditepati. Nizam tidak bisa menghindar dari janjinya. Alena mencekal tangan Cynthia dengan erat, teganya Nizam akan melakukan itu semua. Kalau dengan empat istri mungkin Alena masih terima tetapi kalau harus berbagi dengan semua penghuni Harem rasanya sangat menyesakkan dada.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.