CINTA SEORANG PANGERAN

Kecerobohan Putri Kumari



Kecerobohan Putri Kumari

Nizam memang tidak memiliki perasaan apapun terhadap Putri Kumari selain kecurigaannya karena sikap baiknya kepada Alena tetapi sekarang Nizam merasa sedikit bersalah saat membayangkan tatapan mata Putri Kumari yang begitu penuh dengan tanda tanya.      

"Aku pikir putri itu sangat pintar tetapi nyatanya Ia masih saja kalah dengan kepintaran seseorang. Ia begitu ceroboh dengan menyajikan makanan khas Indonesia untuk Alena sehingga memancing orang untuk menggunakan kesempatan ini untuk membunuh istriku. Ya Alloh.. Ya Rab.. ini sangat mengerikan. Aku tidak bisa membayangkan kalau seandainya Alena memakan makanan itu. Tentu Ia sekarang sudah berbaring mati " Nizam menangkupkan telapak tangannya ke mukanya. Kalau saja Ia tidak ingat ada Alexa yang sedang berbaring. Nizam tentu sudah menangis meraung - raung dengan suara keras.     

"Ceroboh.. ceroboh.. tapi bagaimana bisa Putri itu begitu ceroboh" Kata Pangeran Thalal tidak mengerti.     

"Ini adalah jamuan resmi. Seharusnya kalau Ia ingin memberikan kejutan makanan untuk Alena tidak perlu di depan publik seperti itu karena akan memancing orang untuk berbuat jahat kepada Alena atau mungkin kepada Putri Kumarinya.     

Ini seperti menepuk dua lalat dengan sekali tepuk. Orang itu dapat mencelakai Alena sekaligus menyudutkan Putri Kumari. Kau tahu kalau putri cantik itu sudah menjadi kesayangan Ibunda akhir - akhir ini. Dan ada putri yang sangat iri kepadanya.     

Putri itu mestilah orang yang tadinya disayangi oleh ibunda Ratu Sabrina dan memiliki keleluasaan yang lebih di dalam Harem sehingga Ia bisa membubuhkan racun ke makanan Alena yang pastinya makanan itu di jaga ketat. Orang itu memiliki kekuasaan terhadap semua pelayan di harem. Putri biasa tidak mungkin bisa melakukannya " Kata Nizam dengan muka yang sangat keruh.     

Pangeran Thalal semakin terkejut dengan kata - kata Nizam. kata - kata Nizam seperti mengarah kepada seseorang. Nizam seperti sudah tahu siapa pelakunya.     

"Kakak.. Apakah Kakak sudah tahu siapa pelakunya ?" kata pangeran Thalal.     

Nizam menganggukan kepalanya, " Siapa lagi kalau bukan Putri Rheina" Kata Nizam dengan suara datar.     

"Kakak Putri Rheina ? Ba.. bagaimana bisa dia sejahat itu? Setahuku dia hanya gadis manja yang terkadang tingkahnya sedikit di luar kendali tetapi dia adalah putri yang tidak terlalu bodoh sampai melakukan perbuatan sekeji itu.     

Aku tidak percaya dia sejahat itu. Kalau hanya sekedar bertengkar dengan Kakak Putri Alena, Aku masih percaya. kalau mereka sampai saling tampar Aku juga masih percaya. Kalaupun sampai kakak Putri Rheina membunuh, tidak akan sampai terang - terangan seperti itu?" kata Pangeran Thalal dengan mata terbelalak.      

Teori begini mudah, sebagai seorang pangeran Azura yang mempelajari segala macam strategi dan intrik, ini sangat mudah ditebak. Ini strategi receh. Jika seseorang akan melakukan pembunuhan di dalam istana, Ia tidak akan melakukan secara terang - terangan tetapi akan melakukannya dengan perlahan dan tersembunyi. Kecuali Ia ingin menjebak seseorang. Tapi mengapa kejadiannya malah menjadi rumit seperti ini.     

"Itulah sebabnya Aku merasa bahwa Putri Rheina kena batunya. Ia ingin menjebak putri Kumari dan menendangnya keluar dari harem tetapi malah Ia yang terkena. Aku tahu sebenarnya Ia tidak akan mungkin membubuhkan racun dengan begitu jahat ke dalam makanan Alena. Karena Aku tadi sempat melihat ke arah wajah Putri Rheina.     

Wajah itu tampak sangat pucat dan ketakutan. Tubuhnya menggigil dan gemetar melihat Putri Kumari mati. Pasti ada orang yang menukar racunnya. Aku jadi semakin ketakutan dengan suasana itu mengingat siapa orangnya Aku masih belum tahu. Sehingga Aku segera menyeret Alena agar menjauhi tempat itu. AKu sangat kaget dan ketakutan. Aku tidak bisa mengendalikan suasana di Istana.     

Aku tahu kalau Aku memang jauh dari Azura dan tinggal lama di Amerika. Aku pikir dengan tinggal di Amerika tetapi Aku masih mengendalikan beberapa orang kepercayaanku di Azura akan membuat suasana tetap aman. Tetapi nyatanya semua tidak terjadi sesuai bayanganku. Mungkin Aku terlalu naif dan percaya diri." Nizam mengusap keningnya.     

"Kakak menuduh orang Pangeran barry yang melakukannya? apakah itu mungkin Kak?" Kata pangeran Thalal kepada Nizam.     

Nizam menghela nafasnya," Untuk saat ini Aku hanya memikirkan nama itu, Pangeran itu memiliki kekuatan yang lebih dari yang aku perkirakan. Aku pikir musuhku hanyalah para tetua di parlemen tetapi nyatanya tidak. pangeran keparat itu berhasil menyudutkanku berkali - kali" kata Nizam dengan resah     

"Apa yang sekarang akan kakak lakukan ?" Kata Pangeran Thalal sama buntunya dengan Nizam.     

"Saat ini Aku hanya ingin meniduri kakak iparmu.. Nah pergillah kau keluar dari ruanganku. Di Istanaku ada banyak kamar. Kau pilih saja salah satu" Kata Nizam sambil mengambil Alexa yang sedang terlelap.     

Pangeran Thalal merasa tenggorokannya ada yang mencekik ketika Ia mendengar kata - kata kakaknya yang begitu vulgar. Mukanya merah padam dan segera pergi ke ruangan Cynthia. "Ayo Cynthia kita keluar sekarang' Kata Pangeran Thalal menyuruh istrinya keluar.     

"Tapi mengapa ? Aku masih ingin berbicara dengan Alena." Kata Cynthia.     

"Kakakku sedang pusing, kalau Ia sedang pusing obatnya cuma Kakak Putri Alena dan kau tidak akan mungkin bisa menemui Alena malam ini. Besok saja lagi ngobrolnya. Ayo kita pergi ke kamar kita" Kata Pangeran Thalal.     

Cynthia hanya ternganga mendengar kata - kata Suaminya yang terlihat kalau mukanya masih merah padam. Bahkan Pangeran Thalal terlihat sedikit salah tingkah saat Ia menoleh ke arah pintu kayu yang tertutup dari dalam. Tetapi Cynthia tidak ingin berbicara apa - apa lagi, Ia segera mengikuti langkah Pangeran Thalal.     

Alena baru saja membaringkan Axel di ranjang bayi yang sengaja disimpan Nizam di pinggri ranjangnya. Walaupun ini menyalahi aturan tetap Nizam sudah meminta kepada Ibunya untuk sementara ini Ia ingin ranjang bayi itu ada disana walaupun nantinya kedua anaknya hanya akan tidur di ranjang itu jika malam itu jatah Alena untuk menemani Nizam.      

Alena menoleh ke arah Nizam yang sedang menggendong Alexa dan menidurkannya di tempat tidur yang berwarna merah muda itu dan Alena membaringkan Axel di tempat tidur yang berwarna biru muda.     

Alena terduduk ketika Nizam berdiri di pinggir ranjang para bayinya dan berkata kepada Alena dengan lembut,     

"Aku minta maaf sudah meragukan Putri Kumari. Aku berterima kasih kepadanya karena dia, Kau terhindar dari makanan beracun" Kata Nizam perlahan kepada Alena.     

Alena menarik kedua lututnya ke dadanya dan kemudian mulai menangis sambil menelengkupkan wajahnya ke lutut itu.     

"Dia sangat baik dan ramah. Dia berulang kali membelaku dari Putri Rheina. Aku sudah sangat senang karena akan memiliki teman di dalam harem. Nizam, nasibnya sungguh tragis' Kata Alena sambil menangis tersedu - sedu. Nizam menghampiri Alena lalu mendekapkan kepalanya ke pelukannya dan berbisik.     

"Matinya sudah takdir, racun hanyalah perantara dari kematiannya. " Kata Nizam sambil memejamkan mata.     

"Ia sangat ingin menjadi istrimu dan Ia terlihat sangat ingin kau menyentuhnya. Dan Cynthia bahkan memarahinya karena Ia berulang kali mengatakan kalau Kau adalah suaminya. Dia adalah milikimu"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.