CINTA SEORANG PANGERAN

Beda Orang Beda Pemikiran



Beda Orang Beda Pemikiran

"Putri itu...Putri Kumari sangat baik. Baru saja Aku punya teman di dalam harem tetapi dia sudah mati duluan. Mengapa bukan Putri Rheina yang mati. Mengapa harus Putri Kumari.. Mengapa Nizam " Kata Alena sambil menempelkan wajahnya ke perut Nizam dan menumpahkan air matanya di sana.     

'Tidak boleh berkata seperti itu. Putri Rheina belum ditakdirkan untuk mati" Kata Nizam sedikit tidak rela kalau putri Rheina sampai mati. Walau bagaimanapun putri menyebalkan itu adalah orang yang seharusnya menjadi Ratu untuknya. Dan Nizam sudah sangat terbiasa dengan Putri Rheina.     

"Mengapa Aku melihat Kau seperti lebih menyukai Putri Rheina daripada Putri Kumari?' Kata Alena sambil cemberut. Ia kemudian membenamkan giginya ke perut Nizam yang masih terlapisi oleh jubahnya. Nizam langsung melotot merasakan kesakitan yang menghujam perutnya. Alena sangat tidak menyukai Putri Rheina. Ia jauh lebih menyukai Putri Kumari.     

"Sshhh.. Akh.. Alena. Apa yang kau lakukan ? Saakiiit..." Nizam menggeliat sambil memegang puncak kepala istrinya.     

"Kau berjanji akan menyelesaikan segala permasalahan dengan putri Rheina. Kau akan menidurinya.. Aku tidak suka kau bersamanya" Kata Alena sambil menambah tekanan pada gigitannya. Nizam semakin meringis kesakitan. Mulutnya mulai merintih.     

"Si..siapa juga yang suka kepadanya ?..A..ku tidak akan menidurinya.. Alena lepaskan gigitanmu" Kata Nizam sambil menarik kepala Alena dari perutnya.     

Melihat muka Nizam yang pucat, Alena segara melepaskan gigitannya. dan Nizam segera membuka pakaiannya. Hingga hanya menyisakan pakaian dalam saja. Tubuh tinggi besar, atletis dan kekar itu langsung terpampang di depan mata Alena. Alena sampai terbelalak menikmati keindahan ciptaan Tuhan yang begitu sempurna.     

Tubuh kecoklatan itu bersinar di terangi lampu kristal yang temaram. Semua keindahan seakan berkumpul di kamar Nizam ini. Kamar ini jauh dari kata modern. Semua ukiran yang terpahat di dinding yang berwarna putih itu berwarna keemasan dengan hamparan karpet merah dan tebal menambah keindahan dari ruangan tempat tidur Nizam.     

Alena hapal betul karena sebelum kembali ke Indonesia, Nizam menempatkannya di kamar ini dan sekarang mungkin Ia akan berbagi tempat tidur ini dengan wanita lain. Tiba - tiba hilang sudah rasa sedihnya yang timbul rasa amarah. Alena tiba - tiba berdiri dan kemudian merangkul leher Nizam kemudian membantingnya ke tempat tidur dengan sekali tarikan.     

Nizam yang masih merasakan perih di perutnya tidak dapat menghindar lagi. Tubuhnya langsung terjerembab ke atas tempat tidur. Kasur kualitas satu yang diimpor dari Amerika langsung meredam gerakan tubuh Nizam yang terjatuh ke atasnya. Tubuh Nizam hanya memantul lembut demikian juga ketika Alena menduduk perutnya dan kemudian mengguncang - guncangkan bahu Nizam.     

"Kau adalah milikku... hanya milikku. kau tidak boleh menggunakan adikmu di sembarang tempat. Celup sana celup sini. Nanti kamu cepat impoten.. Ingat prisip flashdisk. Semakin banyak Ia berpindah - pindah colokan USB maka kemungkinan tersebarnya virus akan semakin tinggi" Alena mengoceh tidak karuan membuat mata Nizam terbelalak. Apa - apaan ini ? Menyamakan miliknya dengan flashdisk.     

"Alena ! Kau jangan gila ! Mana ada flashdisk sebesar milikku ? Entah sebesar apa komputernya kalau Flashdisknya sebesar milikku " Kata Nizam dengan mimik wajah tidak suka. Seketika Alena menghentikan gerakan tangannya di bahu Nizam. Tubuhnya tegak kaku. Bagaimana bisa Putra Mahkota itu mengatakan hal yang tidak tahu malu seperti itu.     

"AAAKH... mengapa otakmu jadi gila seperti itu ? Kau menyebutku gila padahal kamu yang gila." Alena jadi memukul dada Nizam membuat Nizam terbatuk - batuk sambil tertawa melihat Alena semakin kalap.      

Nizam kemudian balik membanting tubuh Alena dan menghimpitnya di bawah tubuhnya. Kedua tangannya merobek gaun Alena menjadi dua. Gaun mahal yang diberikan Putri Kumari itu sekarang benar - benar robek berantakan. Serat kainnya yang begitu halus tidak mampu menahan keperkasaan tangan Nizam. Apalagi ketika pakaian dalam Alena yang sama seduktifnya dengan isinya itu membuat Nizam semakin mengeram seperti seekor macan yang mengerami mangsanya.     

Tangan besar itu kemudian menangkup dengan cepat membuat Alena mendesis bagaikan suara api yang tersiram api. Tangan Nizam semakin terampil memainkan jemarinya. Dan itu membuat Alena semakin tidak karuan.     

Ketika Nizam menundukkan wajahnya dan mulai mengeksplor tubuh istrinya dengan keterampilan lidahnya yang mumpuni. Alena memejamkan matanya dan semakin bersuara keras. Gaungnya menggetarkan kain kelambu yang terpasang di atas atap tempat tidur.     

Ketika Nizam semakin menurunkan wajahnya tiba - tiba Ia menghentikan gerakannya tepat di atas titik kritis Alena. Alena yang sedang menunggu dengan tidak sabar Ia menyadari gerakan Nizam yang terhenti. Dengan tidak tahu malu Alena menggeliat dan memajukan tubuhnya ke muka Nizam tetapi dengan wajah jahat, Nizam malah mendorong perut datar itu dengan telunjuknya.     

Alena segera membuka matanya yang terpejam. Ia menatap suaminya yang sedang menatapnya dengan tatapan mempesona. Wajahnya begitu menggoda dan bibir ikal itu mengerucut dengan lidah keluar menyapu tepian bibirnya.     

"Mengapa Kau berhenti ? " Kata Alena sambil cemberut.     

"Mengapa harus Aku yang melakukannya ? Bukankah Kau yang berjanji akan merangkak di kakiku. Dan tadi kau mengulangi janji itu selagi aku menangis " Kata Nizam sambil kemudian Ia berbaring di sisi Alena dan tersenyum penuh kemenangan.     

Muka Alena langsung pucat pasi. Ia segera bangun dari tidurnya dan menatap Nizam dengan pandangan tidak percaya. Bagaimana bisa Nizam mengingat janjinya di saat Ia sedang menantikan lembutnya belaian lidah suaminya.     

"Apa ada pernah mengatakan kau adalah orang yang kejam dan tidak berperasaan ?" Kata Alena dengan tajam. Nizam tersenyum dan malah memejamkan matanya. Ia merentangkan kedua kakinya dengan lebar.     

"Aku sangat akrab dengan kata - kata itu. Aku memang orang yang kejam dan tidak berperasaan. Bukankah kau tahu sejak awal seperti itu" Kata Nizam lagi.     

"Baiklah.. baiklah.. Kau memang kejam. Aku akan merangkak di kakimu sekarang. Jadi sebaiknya kau bangun dan berdiri" Kata Alena sambil duduk Ia sudah tidak karuan melihat tubuh indah suaminya berbaring di depan matanya. pahatan tubuh begitu sempurna dengan bulu - bulu halus yang membuat Nizam seperti dewa keperkasaan yang muncul dari alam kahyangan dan turun ke bumi.     

"Mengapa Aku harus berdiri. Kau bisa merangkak sekarang di antara kakiku " Kata Nizam sambil kemudian membuka matanya dan Ia melihat wajah istrinya yang kebingungan. Nizam menghela nafas dan Ia lalu menarik satu - satunya kain yang masih melapisi tubuhnya. Alena terpekik melihat tubuh Nizam yang langsung terlihat nyata tanpa penghalang.     

"Sekarang lakukan kepadaku sambil merangkak! " kata Nizam sambil memegang tubuhnya dengan tangan satunya dan tangan yang lain menundukkan tekuk Alena. Mulut Alena seketika terasa penuh ketika tekuknya didorong Nizam ke tubuh Nizam.     

'Aargh... ' Alena mengeram.. mengapa Ia tidak berpikir kalau yang dimaksud dengan merangkak oleh Nizam adalah melakukan ini. Mengapa kalimat yang sama bisa ditafsirkan berbeda ? Mengapa beda orang harus beda pemikiran. Dan sekarang Alena harus bekerja dengan sangat keras.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.