CINTA SEORANG PANGERAN

Ibunda adalah Langit dan Alena adalah Bumi



Ibunda adalah Langit dan Alena adalah Bumi

 Ratu Sabrina menatap Nizam yang menyeret Alena agar menjauh dari tempat Putri Kumari. Setitik air mata tampak tergenang di sudut matanya. Bagaimana bisa Nizam begitu tidak berperasaan meninggalkan menantu harapannya dalam keadaan tidak bernyawa.      

Ratu Sabrina mengira kalau Nizam sudah berubah menjadi pribadi yang penuh tanggung jawab dengan tugas dan perannya. Tapi nyatanya itu semua salah. Ternyata anaknya hanya sedang membodohinya. Ratu Sabrina sebenarnya ingin berteriak dan memarahi anaknya itu tetapi tindakan itu kurang bijaksana karena akan membuat kekacauan semakin parah.     

Para putri itu sudah mempercayai ucapan dan janji Nizam tadi. kalau sampai mereka tahu kalau Nizam sudah membohongi mereka maka tidak terbayang amarah para putri itu. sedangkan situasi sekarang sedang tidak terkendali.     

Tetapi jauh dari lubuk hatinya terdalam, Ratu Sabrina tidak terlalu menyalahkan kalau Nizam langsung melarikan Alena pergi menjauh karena Ratu Sabrina sebagai seorang ibu Ia dapat merasakan bagaimana paniknya Nizam melihat wanita yang sangat dicintainya itu hampir melayang nyawanya. Ia sendiri akan melakukan hal yang sama seandainya posisinya berada pada posisi Nizam.     

Ratu Sabrina tidak dapat berpikir banyak ketika kemudian para perawat dan pegawai kesehatan membawa Putri Kumari yang sudah terkulai dan tidak bernafas. Latifa memegang tangan Ratu Sabrina dan segera membawanya keluar dari dalam harem.      

Ratu Sabrina mengikuti para perawat yang berlari - lari sambil membawa brangkar tempat Putri Kumari berbaring. Di dalam istana ada ruangan medis yang peralatannya mendekati kelengkapan rumah sakit tipe kelas 2.     

Ini sudah berlalu beberapa jam tetapi masih belum ada berita apapun dari ruang tindakan. Wajah Ratu Sabrina tampak keruh sambil menunggu tindakan dokter terhadap Putri Kumari. Ia duduk di kursi tunggu yang memang disediakan untuk menunggu. kedua tangan Ratu Sabrina saling bertautan dengan wajah sangat muram. Ia sudah membayangkan apa yang akan terjadi kalau seandainya Putri Kumari tidak dapat diselamatkan.      

Kerajaan Rajna adalah kerajaan yang angkatan perangnya paling baik di semua kerajaan Aliansi. Putri tertua mereka mati di dalam harem kerajaan Azura. Bagaimana bisa mereka menahan amarah dan bukan tidak mungkin begitu berita ini sampai maka mereka akan langsung mengangkat senjata dan berperang dengan kerajaan Azura.      

Padahal angkatan perang Kerajaan Azura saat ini sedang mengalami goncangan karena pengkhianatan Jendral Imran. Dan ini belum ada penyeledikan mendalam karena memang kejadiannya baru saja.      

"Yang Mulia mohon untuk tabah"Kata Latifah sambil duduk di sisi Ratunya.     

"Aku merasa seoarang diri.. Suami sakit dan anak tidak perduli" Kata Ratu Sabrina sambil menundukkan wajahnya. Tetapi kemudian Ia mendengar suara dari sisinya.     

"Ibunda tidak sendiri. Ada Ananda yang akan bertanggung jawab dan ada Paman Salman yang harus paling bertanggung jawab' Kata suara itu. Ratu Sabrina memalingkan wajahnya. Tampak anaknya berdiri dengan wajah lembab dan rambut masih lembab juga. Tubuhnya yang tinggi besar itu kemudian duduk di samping ibunya dan merangkul bahunya.     

Melihat Nizam datang ada riak kebahagiaan dalam mata Ratu Sabrina. Hatinya yang bersedih kini sedikit terhibur karena ternyata Nizam bukan tidak bertanggung jawab tapi mungkin dia tadi perlu waktu untuk menenangkan dirinya.     

"Anakku Nizam.. Ibunda pikir.." Ratu Sabrina berkata tetapi Nizam mengangkat tangannya dengan lembut.     

"Pikir apa ?" kata Nizam sambil mengambil tangan ibunya lalu mengelusnya dengan lembut.     

"Ibunda pikir, Yang Mulia akan pergi meninggalkan Ibunda sendirian. Ibunda jadi merasa sangat sedih" Kata Ratu Sabrina dengan wajah masih muram walalupun tidak semuram tadi.     

'Mana mungkin Ibunda. Aku memang sedikit posesif terhadap Alena dan menjadikannya sebagai prioritas tetapi bukan berarti dia bisa menggeser kedudukan ibu di hatiku. Ibu adalah wanita yang melahirkan dan mengasuhku. Aku sangat mengharmati Ibunda. "     

"Ibunda pikir Kau akan lebih memilih Putri Alena daripada Ibunda? " Kata Ratu Sabrina berkeluh kesah seraya mempertanyakan seberapa penting antara dirinya dengan Alena.     

Nizam merangkul ibunya dengan lembut lalu mencium kepalanya dengan penuh kasih sayang,     

"Bagaimana mungkin ibunda membandingkan diri Ibunda dengan Alena. Itu seperti membandingkan antara bumi dan langit. Dari sudut pandang manapun tidak akan sama.      

Ibunda adalah langit bagi Ananda yang selamanya akan ada di atas Ananda untuk Ananda hormati. Ananda berasal dari langit sehingga tidak mungkin Ananda sampai tidak menghormatinya. Langit kapanpun akan selalu Ananda junjung. Langit adalah sumber keberkahan Ananda. Bagaimana Ananda dapat hidup bahagia tanpa berkah Ibunda.     

Sedangkan Alena adalah Bumi Ananda. Dia tempat Ananda berpijak dan menyadari keberadaan Ananda sebagai makhluk biasa. Ananda bukanlah Raja Imortal yang akan hidup abadi. Ananda hanya manusia biasa yang kebetulan diberi kelebihan oleh Alloh. Alena lah yang menyandarkan Anada tentang rasa manusiawi Ananda.     

Alena membuat Ananda selalu memiliki tempat berpijak dan tempat Ananda menghibur diri. Ananda mencintai Ibunda dan Alena sama besarnya tetapi dengan sisi yang berbeda. Tolong untuk tidak membanding - bandingkan itu lagi. Jikalau Ananda tidak mencintai Ibunda tentu Ananda tidak akan kembali lagi ke Azura.     

Setelah mengenal Alena, Ananda tidak terlalu menginginkan lagi untuk menjadi Raja. hanya karena cinta Ananda kepada Ibunda dan tanggung jawab Ananda kepada Rakyat Azura yang membuat Ananda kembali ke Azura walaupun itu membahayakan nyawa Alena. Apakah pengorbanan Ananda tidak cukup?" kata Nizam sambil menatap Ibunya dengan sedih.     

Ia sangat mencintai Ayah dan Ibunya, tetapi jika ada yang menuduhnya bahwa Ia lebih mencintai Alena dibandingkan orang tuanya itu tentu sangat menyakitinya. Ratu Sabrina memeluk anaknya dengan erat dan meminta maaf.     

"Maafkan Ibunda.. Ibunda sudah banyak menyusahkanmu. Ibunda hanya merasa sedih dan takut kalau sampai harus kehilangan Putri Kumari. Putri itu sangat pintar dan sangat memahami tentang Harem. Ibunda menaruh harapan yang banyak kepadany. Dan juga Ibunda takut kalau sampai kerajaan Rajna menyalahkan Ibunda. Bukankah Ibunda yang telah membawanya dari kerajaan itu dan menyimpannya dalam harem Ananda" Kata Ratu Sabrina dengan wajah yang masih kalut.     

"Ibunda jangan berpikir yang terlalu berat. Ini bukan sepenuhnya tanggung jawab Ibunda. Ini adalah keisengan Putri Rheina yang berakibat fatal. Dia terlalu dimanjakan oleh siapapun sehingga terkadang bertingkah sedikit keterlaluan" Kata Nizam sambil mengelus punggung ibunya.     

Ratu Sabrina sangat kaget mendengar perkataan Nizam. Ia sontak berdiri dan menatap tajam kepada Nizam.     

"Jangan berbicara sembarangan Anakku. Putri Rheina adalah masih keponakan Ibunda dan Ibunda tahu dia tidak akan sejahat itu" Kata Ratu Sabrina dengan gusar.     

"Tentu saja Ibunda. Kita tahu bagaimana tingkah nya sejak masih kecil. Dia bukan orang jahat walaupun mungkin tingkahnya sedikit keterlaluan. Lagi pula Seberapapun kesalnya dia. Tidak akan mungkin dia sampai membunuh orang dengan keji begitu" Kata Nizam menenangkan ibunya yang tampak panik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.