CINTA SEORANG PANGERAN

Aku tidak Akan Berkata Bohong.



Aku tidak Akan Berkata Bohong.

"Apa dia sudah benar - benar mati ?" Nizam bertanya dengan hati sedingin salju.     

"Putri Kumari masih bernafas lemah, walaupun dia sudah tidak ada kemungkinan untuk hidup tetapi Putri Kumari masih bertahan dan ingin berbicara dengan Yang Mulia "Kata Dokter itu membuat Wajah Nizam beriak.     

Ada perasaan tidak menentu yang menyelimuti hati Nizam ketika Ia melangkah masuk dan melihat para dokter sudah melepaskan semua peralatan medisnya. Mereka agaknya sudah menyerah melihat kumungkinan untuk hidup bagi Putri Kumari hampir tidak ada. Racun itu sudah memblokir peredaran darah Putri Kumari sehingga Putri kumari tidak bisa mendapatkan pasokan oksigen ke jantungnya. Tetapi Putri Kumari masih memaksakan bertahan karena ingin berbicara dengan Nizam.     

Nizam melangkahkan kakinya perlahan ke ranjang itu. Mengapa jika Ia tidak memiliki harapan hidup lagi, harus berbicara dengannya. Nizam tidak ingin mendapatkan amanat dari orang yang akan mati. Terlebih orang itu hanyalah seorang wanita yang disimpan ibunya di dalam harem.     

Mengapa Ia harus berbicara dengannya. Nizam tidak ingin terbebani secara mental oleh perkataan Putri Kumari. Ia memang tidak menginginkan putri itu mati terlebih kematiannya menyeret nasib Putri Rheina. Walau bagaimanapun Putri Rheina adalah istri pertamanya. Nizam masih sangat bertanggung jawab kepadanya dibandingkan dengan para putri lain di dalam harem.     

Tetapi tentu saja Nizam masih memiliki hati nurani, Ia kemudian mendekati Putri Kumari yang sudah tidak berdaya. Nizam duduk di sisi tempat tidur dan menatap Putri Kumari yang wajahnya sekarang terlihat sangat pucat. Kulit eksostisnya itu masih terlihat begitu lembut dan indah.     

Tangan Putri Kumari menggapai dengan lemah dan Nizam tahu apa maksudnya sehingga kemudian Nizam menggenggam tangan Putri itu. Tangan itu begitu dingin dan lemah. Nizam memperkirakan kalau Putri Kumari masih bertahan karena daya tahan tubuhnya yang sangat baik. Mengingat dia memiliki ilmu bela diri yang sangat baik dan sering berlatih fisik.     

"Yang Mulia.." Putri Kumari bersuara dengan lemah. Nizam menempelkan telunjuknya di bibirnya sendiri dan berkata,     

"Tidak usah berbicara apapun. Kau pulihkan saja dirimu" Kata Nizam mencoba membesarkan hati Putri Kumari walaupun Nizam tahu kalau Ia hanya sekedar basa - basi.      

"Yang Mulia tidak usah menghiburku. Aku tahu kalau Aku akan mati.." Putri Kumari bahkan menyebut dirinya dengan Aku bukan saya ataupun hamba. Nizam hanya menghela nafas panjang. Tangan Putri Kumari yang tadinya lemah sekarang tampak sedikit menguat ketika menggenggam tangan Nizam.     

"Apakah Yang Mulia masih mencurigaiku ? Yang Mulia sangat membenciku karena Aku bersikap baik kepada Putri Alena ? Yang Mulia bahkan akan mengeluarkan Aku dari harem kalau keinginan yang Mulia tidak terpenuhi.     

Aku sungguh wanita malang yang telah terdampar di dalam Harem Yang Mulia. Aku menolak beberapa putra mahkota yang melamarku tetapi Aku menyerahkan tubuhku ke dalam harem Yang Mulia. Bahkan Aku mati sebelum Yang Mulia menyentuhku. Aku sungguh wanita yang tidak berguna.      

Aku adalah pungguk yang meridukan bulan. Jangankan bisa terbang untuk meraih bulan hanya untuk menatapnya saja Aku sudah di bunuh orang. Orang ini sangat licik dan dia ada di dalam harem. Harap yang Mulia berhati - hati" Kata Putri Kumari sambil menangis. Ia menangisi nasibnya yang malang.     

Hati Nizam menjadi sedikit teriris mendengar perkataan Putri Kumari.     

"Kau tidak usah memikirkan banyak hal. Kau bertahanlah untuk hidup " kata Nizam.     

"Tidak! Aku ingin terus berbicara dengan Yang Mulia sebelum Aku mati. Katakanlah Yang Mulia.. kalau seandainya Aku ditakdirkan selamat. Apakah Yang Mulia akan menyentuhku ? "Kata Putri Kumari penuh harap.     

Nizam tahu kalau yang didepannya ini adalah orang yang sedang sekarat dan akan mati. Seharusnya kalau Nizam mengatakan Ia akan menyentuhnya tentu tidak akan berpengaruh apapun karena Putri itu akan mati sekarang. Tetapi Nizam sungguh orang yang keras kepala.     

Ketika Ia menjalani prosesi malam pertama dengan Putri Rheina, siapapun tidak akan menyalahkan dia kalau dia menyentuh Putri Rheina karena memang sudah haknya termasuk Alena sekalipun. Bukankah saat itu dia belum menjadi istrinya dan bahkan dia belum meminta Alena untuk menikah dengannya.     

Tetapi Nizam sungguh keras kepala. Ia menolak untuk menyentuh Putri Rheina karena Ia tidak ingin mengotori tubuhnya oleh wanita yang tidak Ia cintai. Ia bahkan tidak ingin tubuhnya terbangkit untuk melaksanakan kewajibannya. Ia juga menolak meminum air Salwahya yng dapat membantu para pengantin untuk menjalani prosesi malam pertama dengan lancar walaupun mereka sebenarnya tidak ingin melakukannya.     

Nizam sungguh telah mengubah sebagian besar kepribadiannya hanya untuk Alena. Dan ketika Ia mendapatkan pertanyaan seperti itu, pertanyaan dari orang yang akan mati. Nizam sama sekali tidak tergerak hatinya untuk berbohong.     

"Aku tahu kau bukan putri yang bodoh. Kalaupun Aku mengatakan iya, Kau tentu akan cepat menangkap bahwa apa yang kukatakan itu tidak benar" Kata Nizam sambil terdiam.      

Putri Kumari tertawa kecil sambil menahan sakit pada dadanya. Ia sungguh tidak mengira kalau Nizam sekejam itu. Ia tahu kalau Nizam memang tidak berniat untuk menyentuhnya apapun yang terjadi. Putri Kumari tahu kalau Ia akan mati tetapi tidakkan Nizam mau berbohong kepadanya walaupun kebohongan itu sudah diketahui olehnya.     

"Sungguh Yang Mulia sangat berterus terang bahkan terhadap diriku yang akan mati " kata Putri Kumari dengan air mata berderai. Nizam menghapus air mata itu.     

"Jangan menangis Putri Kumari, Kau tahu kalau kita adalah korban politik kerajaan. Aku tahu kau tidak mencintaiku jadi mohon untuk tidak menyalahkan Aku. Aku sungguh tidak bisa melakukannya " Kata Nizam dengan wajah menyesal.     

"Kau sudah berjanji di hadapan para putri bahwa kau akan memperlakukan kami dengan adil" Kata Putri Kumari.     

"Aku masih belum menikahi kalian secara agama. Kalian hanya istriku secara adat. Jadi tidak ada ketidak adilan di sini. Maafkan Aku Putri Kumari. Sungguh Aku tidak ingin menyakitimu" Kata Nizam sekarang wajah menyesalnya berubah menjadi wajah sedih.     

"Tidak.. tidak usah berkata seperti itu. Aku tahu Aku yang salah. Sesungguhnya Aku mencintaimu sejak Aku masih kecil. Yang Mulia.. jika kelak di kehidupan yang akan datang kita ditakdirkan bertemu lagi. Izinkan Aku untuk bersamamu" Kata putri Kumari semakin lemah.     

"Dalam agama kita tidak ada reinkarnasi, Kau akan mendapatkan jodohmu di akhirat kelak dengan pria yang sudah di takdirkan oleh Alloh" Kata Nizam sambil kemudian membimbing Putri Kumari ketika ajal menjemputnya.     

Ketika Putri Kumari akhirnya terkulai. Nizam menutup mata Putri Kumari dan membacakan doa. Ia kemudian menarik kain penutup tubuhnya agar menutupi wajah Putri Kumari yang meninggal dalam keadaan tersenyum. Ia puas dengan yang dilakukan Nizam kepada dirinya. Nizam sungguh pribadi yang patut dihormati. Ia tetap mempertahankan prinsipnya dengan mencintai Alena dan mengabaikan semua perasaan wanita lain. Ia bukan pria murahan yang mengobral cinta dan nafsunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.