CINTA SEORANG PANGERAN

Aku Akan Bertanggung Jawab



Aku Akan Bertanggung Jawab

" Sesungguhnya Yang Mulia, Sebenarnya hamba ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam harem ?" Kata Perdana Menteri Salman seakan ingin mendengarkan penjelasan langsung dari Nizam. Ia sudah berbincang banyak dengan orang - orangnya semalam. Ia juga ingin sekali menemui Putri Rheina tetapi Ia tidak dapat masuk ke dalam harem. Jangankan Ia hanya seorang perdana mentri, bahkan Raja sekalipun tidak boleh masuk ke dalam harem anaknya. Hal ini diberlakukan untuk menjaga kesucian para putri yang ada di dalam harem.     

Nizam menghela nafas ketika Ia bercerita secara perlahan hal yang dialami oleh Putri Rheina. Semalaman para putri itu hampir tidak tidur karena pemeriksaan di dalam kamar mereka. Semua kamar diperiksa dengan untuk mencari barang bukti. Mereka menerjunkan banyak ahli penyidik agar segera dapat memeriksa kamar yang banyak itu.      

Mereka tidak bisa mengabaikan para putri yang perlu istirahat di kamar masing- masing setelah di tahan di ruangan aula sampai semua kamar selesai diselediki. Mereka terlihat sudah sangat lelah walaupun akhirnya pengakuan Putri Rheina sangat melegakan mereka dan diperkuat dengan ditemukannya obat pencahar di laci meja rias Putri Rheina. Tetapi itu hanya obat pencahar dan tidak ada bukti lain. Itu yang membuat para penyidik kebingungan.     

Selain di kamar Putri Rheina semua kamar tidak ada satupun bukti yang mencurigakan. Bahkan karena akses mereka ke dunia luar diputus sehingga pemeriksaan berjalan cepat karena tidak ada pemeriksaan handphone yang memang sangat dilarang di dalam harem.     

Kalau mereka ada keperluan untuk menghubungi seseorang maka mereka bisa meminta bantuan kepada Ketua pengurus Harem dari kalangan pelayan senior yang tingkatannya setara dengan Hatice dan Sanita. Dengan pembicaraan harus dikeraskan dan direkam sebagai alat bukti. Itulah sebabnya semua putri menjelang subuh sudah di kembalikan ke kamar masing - masing. Termasuk Putri Nadia, Putri Keysa dan Putri Faiza.     

Hanya saja sekarang Putri Rhiena ada di penjara bawah tanah dan itu yang termasuk diceritakan oleh Nizam kepada Ayah mertuanya dengan hati - hati. Mendengar Putrinya ada di penjara bawah tanah. Perdana Mentri itu langsung gemetar. Putrinya begitu lembut, manja dan penakut. Sepanjang hidupnya Ia hanya belajar menari, menyulam, dan beberapa ilmu lainnya.      

Sebenarnya putrinya itu termasuk orang yang optimis dan emosinya stabil tetapi sejak Nizam menikahi Alena dan entahlah, emosi Putrinya jadi seringkali naik dan menjadikan dia menjadi orang yang pemarah dan labil. Mungkin anaknya memikul beban yang sangat berat. Ia kalah bersaing untuk memperebutkan cinta Nizam dan Alena. Putri Rheina juga kalah bersaing dari Putri Kumari untuk memperebutkan cinta Ratu Sabrina. Sungguh beban yang sangat berat.     

Setelah Nizam bercerita panjang lebar dengan hati pedih Perdana Menteri Salman berkata, ' Anak hamba ada diposisi yang sangat tepat untuk menjadi tersangka utama. Dari yang hamba dengar dari asisten pribadinya. Dia bertengkar dengan Putri Alena dan Putri Kumari. Anakku yang malang. " Perdana Menteri Salman tertunduk lesu.     

Kalau saja Ia tidak ingat kalau Ia seorang laki - laki mungkin sudah pingsan berulang - ulang seperti istrinya, Putri Kulsum. Ia benar - benar shock berat karena kemalangan yang menimpa putrinya.     

"Benar Ayahanda, tindakannya sangat tepat dengan bermain - main seperti ini. " Kata Nizam sambil mengelus punggung Ayah mertuanya untuk memberikan kekuatan.     

" Hamba yakin, Dia tidak ingin mencelakai Putri Alena" Kata Perdana Menteri Salman seakan ingin melakukan suatu pembelaan kepada putrinya. Ia tahu kalau Nizam sangat mencintai Alena dan Ia mungkin akan gila kalau tau ada orang yang akan mencelakain Alena. Semua orang secara bisik - bisik bahkan terang - terangan bergosip kalau Pangeran Putra Mahkota mereka tergila - gila dengan putri Alena dan akan mengorbankan segalanya untuk putri itu. Wanita yang bukan siapa - siapa.     

Nizam sekarang yang tersenyum pahit, elusannya berhenti. Perutnya menjadi sedikit menegang dengan kata - kata Ayah mertuanya. Matanya sedikit muram. Sungguh perkataan yang menyakitkan hatinya mendengar Perdana Menteri Salman melakukan suatu pembelaan terhadap Putri Rheina yang sudah jelas - jelas bermaksud atau tidak bermaksud sudah hendak mencelakai orang yang paling Ia cintai.     

Walaupun itu hanya sekedar sakit perut bahkan tergores duri saja Nizam tidak rela. Makanya malam itu diam - diam Nizam menyodorkan semua makanan yang sudah Ia cicip terlebih dahulu sebelum Ia memberikannya kepada Alena. Ia melayani Alena dan tidak membiarkan para pelayan menuangkan makanan untuk Alena. Kalaupun nanti ada racun biar Ia yang mati duluan.     

Nizam sebenarnya tidak mempercayai bakal ada peristiwa bar - bar di dalam haremnya. Makanya ketika Nizam harus mencicipin semua makanan itu Ia merasa aman - aman saja. Kecurigaannya baru menguat ketika Putri Kumari menyodorkan makanan gudeg untuk Alena. Makanya Ia tidak mau mencicipi makanan itu dan minta pelayan pencicip untuk melakukannya. Siapa sangka malah Putri Kumari sendiri yang mencicipinya. Seandainya waktu itu yang mencicipi adalah pelayan mungkin kasusnya tidak akan separah ini.     

Perdana Menteri Salman merasakan kalau menantunya tiba - tiba membeku dan berhenti mengelusnya. Wajah tuanya langsung pucat pasi dan menyadari kesalahannya, Ia segera mengambil tangan Nizam dan meletakkan di kepalanya sambil berkata memelas,     

'Ampuni hamba Yang Mulia, sungguh bukan maksud hamba untuk menyakiti Yang Mulia dengan melakukan pembelaan terhadap anak hamba. Tapi memang hamba sangat menyadari kebodohan anak hamba sendiri.     

Dia sungguh naif ingin membuat Putri Kumari menjadi terjebak dengan makanan itu. Hamba tahu hamba salah dengan menyangka kalau anak hamba hanya ingin putri kumari celaka. Mohon Yang Mulia memaafkan kebodohan otak hamba yang bebal ini" Kata Perdana Menteri Salman membuat Nizam menurunkan temperatur kepalanya.      

Ia menarik tangannya dari kepala mertuanya, "Sungguh Ayah Mertua jangan bicara seperti itu. Lupakanlah ! Aku hanya Ayah harus tahu kalau Aku akan berjuang untuk membela istriku dari siapapun. Aku bukan suami yang tidak bertanggung jawab. Sekarang mari kita sarapan dulu sebelum ke ruang pertemuan. Nayla sudah menyebarkan undangan rapat kepada seluruh Tetua untuk membahas permasalahan ini. Bahkan Aku sudah memanggil Duta besar dari Kerajaan Rajna untuk mendengar penjelasan kita." Kata Nizam sambil segera berdiri.      

Perdana Menteri ikut berdiri tetapi kemudian memeluknya dengan erat. " Hamba sangat berterima kasih dengan kebesaran hati Yang Mulia. Sungguh Putri Rhiena beruntung memiliki suami seperti Yang Mulia" Kata Perdana Menteri Salman dengan tulus.     

Hati Nizam menjadi tidak enak ketika mendengar kata - kata terakhir dari Menteri Salman. Bagaimana bisa dikatakan beruntung kalau Ia belum menjadi suami Putri Rheina seutuhnya. Nizam menghembuskan nafasnya dengan berat. Dari semua putri yang ada di dalam harem, Putri Rheina lah yang paling memberatkan hati Nizam. Dan dia jugalah yang sebenarnya di sentuh Nizam untuk pertama kali secara langsung kulit ke kulit pada saat malam pertama.     

Nizam masih ingat bagaimana Ia menelanjangi Putri Rheina, menghisap kulit lengan dan kulit dadanya, menyentuh bibirnya dan melukai kakinya. Bahkan akibat perbuatannya kemudian Putri Rheina ketahuan dan dia dicambuk bagaikan orang gila oleh ibunya.     

Nizam tidak akan lupa bagaimana luka di kaki Putri Rheina sangat parah melebihi parahnya luka di kaki Alena. Dan Nizam sampai harus mengobatinya sendiri dan menenangkan serta menghiburnya agar rasa sakit Putri Rhiena tidak terlau terasa. Sebelum kemudian dia menyerahkannya kepada orang yang lebih ahli.     

Dan disepanjang hidupnya Nizam akan terus merasa berdosa terhadap Putri Rheina. Ia adalah istri pertamanya tetapi Ia telah menyia - nyiakannya. Ia memang menukar seluruh bayangan Putri Rheina sebagai calon istrinya dengan cinta yang Ia peroleh dari Alena.     

Nizam menggelengkan kepalanya. Sungguh ini semua bagaikan mimpi buruk bagi dirinya. Tiba - tiba Saja Nizam menjadi ingin memiliki saudara kandung yang bisa menggeser semua luka di hatinya. Andaikan Putri Rheina hanya mencintai fisiknya, ingin rasanya Ia memiliki saudara yang akan menggantikan dirinya untuk menjadi suami putri Rheina. Nizam menghembuskan nafasnya dengan kuat. Sekali lagi Ia merasakan rindu yang luar biasa kepada Arani. Ia ingin ada di sisi Arani untuk menumpahkan kekalutan pikirannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.