CINTA SEORANG PANGERAN

Kau Anugrah Terindah Dalam Hidupku



Kau Anugrah Terindah Dalam Hidupku

Nizam baru menyadari ternyata istrinya semakin lama semakin pintar bersiasat dan mempengaruhi orang. Maka kemudian Nizam mulai ikut menangis dan sambil mengusap kepala Alena.     

"Kalau memang itu keinginanmu, istriku. Pergilah. Biarkan anak - anak bersamaku. Biarlah mereka menangis sepanjang malam untuk dapat merasakan pengorbanan yang ibunya lakukan. Kau tahu kalau Pangeran Axel tidak akan bisa tidur kalau kau tidak ada. Tetapi sekarang dia harus belajar untuk tidur sendiri karena ibunya akan pergi meninggalkannya.     

Aku tahu kalau Kau sangat menyukai Putri Kumari, Dan telah berjanji untuk bersahabat dengannya. Dari kemarin kau terus menangisinya bahkan sekarangpun kau melanggar Aturan Azura hanya karena ingin bertemu dengan utusan dari kerajaan Rajna. Sungguh kau menunjukkan betepa besar cintamu kepada Putri Kumari. Pergilah istriku. Aku merelakanmu untuk pergi ke kerajaan Rajna" kata Nizam sambil menghapus air matanya     

"Yang Mulia, ini sangat membuat kami terharu. Sungguh Hamba tidak tahu kalau Putri Alena dan Putri Kumari adalah dua orang sahabat. Hamba sangat kagum dengan ketulusan Putri Alena akan menggantikan Putri Rheina ke kerajaan Rajna tetapi ini sungguh tidak kami harapkan. Yang Mulia memiliki bayi dan kami bukannya orang - orang yang tidak memahami apa pentingnya kehadiran ibu bagi para bayi" Kata utusan itu sambil kemudian meminta izin untuk berembuk.     

Nizam menganggukkan kepalanya sambil meminta Alena untuk duduk dan kemudian mereka menunggu para utusan itu berembuk. Bahkan Alena melihat seseroang dari mereka mengangkat telpon untuk berkonsultasi dengan rajanya langsung hingga kemudian dari mereka lalu menghadap Nizam dan Alena.     

"Kami sudah selesai berembuk bahkan dengan nasihat dari Yang Mulia Raja Alimudin langsung. Kami tidak menginginkan lagi Putri Rheina. Biarlah kami akan menunggu hasil penyelidikan dengan sabar tanpa sandera. Daripada membiarkan Putri Alena harus pergi dan mennggalkan para bayi. " Utasan itu berkata membuat Nizam dan Alena melonjak kegirangan walaupun dalam hati. Mereka takut keputusan mereka ditarik kembali.     

'Hanya saja Yang Mulia Raja Rajna ingin bertemu langsung dengan Putri Alena walaupun cuma sebentar" kata utusan itu dan langsung Alena menganggukan kepalanya.     

"Aku setuju, lagi pula Aku sendiri ingin berbicara langsung dengan Ayahanda dari putri Kumari.." Kata Alena penuh semangat tetapi tidak demikian dengan Nizam. Wajah senang Nizam berubah menjadi kelam.     

"Aku akan mengizinkan istriku pergi kalau Dia ditemani olehku... " Nizam tidak dapat melanjutkan perkataannya karena kakinya di injak Alena dengan kuat. Suaminya ini benar - benar tidak bisa di ajak kerja sama. Bukankah tadi Ia mengizinkan Alena pergi tingal di kerajaan Rajna tetapi mengapa sekarang hanya pergi sebentar saja harus ditemani. Makanya Alena lagsung mengambil alih pembicaraan sebelum bertambah runyam     

"Maksud yang Mulia Pangeran Nizam adalah Dia ingin ikut pergi juga untuk meminta maaf langsung ke kerajaan Rajna dan berbincang dengan Raja Alimudin, benarkan seperti itu?" Kata Alena membuat Nizam menganggukan kepalanya meyakinkan mereka.     

"Oh.. seperti itu? itu malah lebih baik bagi kami. Kalau demikian kami meminta izin untuk pamit" Kata para uturan itu sedikit lega karena sudah bernegosisasi berkali - kali baru sekrang menemukan titik temunya. Para utusan itu membungkukkan kepalanya dan kemudian pamit keluar dari ruangan.     

Begitu mereka keluar dan pintu di tutup rapat oleh para penjaga. Nizam langsung mencekal pinggan Alena dan mengangkat Alena tinggi - tinggi. " Kau sungguh hebat istriku! Otakmu sangat brilian" Kata Nizam dengan bahagia. Tpai ketika Nizam mau membubuhkan ciuman ke bibir Alena. Alena malah menutup bibir Nizam menggunakan telapak tangannya.     

"Kau jangan konyol, lihat ke sekelilingmu "Kata Alena kepada Nizam dan Nizam malah melihat Arani, Nayla, Ali dan Fuad serta bebarapa menteri dari Azura sedang memalingkan wajah. Nizam menjadi tersenyum dan berkata,     

"Silahkan para menteri untuk keluar. " Kata Nizam mengusir mereka secara halus dan kemudian Arani membungkukkan badannya.     

"Hamba permisi dulu, dan akan menunggu di luar sampai Yang Mulia siap" Kata Arani penuh dengan pengertian.     

"Kami akan berjaga diluar Yang Mulia" Kata Ali dan Fuad sambil mengikuti Arani keluar. Hanya Nayla yang masih berdiri di samping mereka dengan wajah datar.     

Nizam melirik Nayla yang sedang berdiri santai. Asistennya ini benar - benar luar biasa bodohnya. Bagaimana bisa Ia mendapatkan asisten seperti ini. Kenapa Pangeran Thalal memilihkan Nayla untuk menjadi asistennya. Apa karena Nayla adik kandung dari asistennya Pangeran Thalal.     

"Kau mau apa disini?" Kata Nizam menatap Nayla dengan kesal. Nayla menundukkan kepala dengan sopan dan berkata,     

" Hamba menjagai Yang Mulia" kata Nayla sambil menatap keheranan. Memangnya ada apa Nizam berkata seperti itu kepadanya. Bukannya Dia biasa berjaga disampingnya.     

"Aku ada perlu dengan istriku. Cepat pergi sekarang!! " Kata Nizam hampir saja Ia menendang pant*t asistennya itu saking kesalnya. Nayla langsung memerah dan Ia langsung membungkukkan badannya seakan baru sadar apa yang sedang terjadi.     

Nizam menggelengkan kepalanya dan Alena tertawa kecil melihat kemarahan suaminya.      

"Kau jangan marah - marah terus, Ingat nanti kau cepat keriput" Kata Alena sambil merangkul pinggang Nizam dan menyenderkan kepalanya di dada Nizam.     

Nizam memangku Alena dan membawanya ke kursi tempat Ia duduk. Nizam duduk sambil memangku Alena.     

"Aku sangat bangga kepadamu. Berhari - hari Aku hampir hilang akal mempertahankan Putri Rheina agar tidak di bawa ke kerajaan Rajna. Tetapi mereka sangat keras kepala sampai akhirnya kau datang untuk menyelematkan Putri Rheina.      

Aku sungguh tidak mengerti, bukankah kau sangat tidak menyukai Putri Rheina ? Tetapi mengapa Kau menyelamatkannya?" kata Nizam sambil mengelus punggung istrinya dengan penuh cinta.     

"Aku tidak tahan mendengar desahanmu terus menerus.. Kalau desahan penuh kenikmatan sih tidak apa tapi desahan kegalauan itu membuat Aku juga jadi ikut resah 'Kata Alena sambil merangkul leher suaminya. Seorang istri biasanya akan merasakan keresahan suaminya. Dan Alena sudah menjadi istri yang mengerti suaminya. Cinta membuat Alena mengorbankan egonya untuk Nizam.     

"Kau sungguh luar biasa..benar - benar membuat Aku takjub. Darimana kau mendapat ide dengan memukul mental mereka seperti itu" Kata Nizam tidak henti - hentinya kagum dengan ide cemerlang istrinya itu. Ia tidak berpikir ke arah sana, Mengapa tidak terpikirkan olehnya untuk mengatakan seperti yang Alena katakan.      

"Aku menggunakan naluriku sebagai seorang ibu. Dilihat dari wajah, para utusan itu kebanyakan bapak - bapak dan sudah pantas memiliki anak. Tentu mereka akan merasakan bagaimana jika seorang ibu harus meninggalkan anaknya. lagi pula mereka juga mengerti kalau peperangan akan mengakibatkan kerugian yang besar dan membuat arwah Putri Kumari menjadi tidak tenang. Itu yang membuat mereka akhirnya mengalah."     

"Ya Tuhan Alena.. kau sungguh anugrah terindahku" Kata Nizam sambil membenamkan ciumannya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.