CINTA SEORANG PANGERAN

Rakyat Azura Membuka Matanya Untuk Alena



Rakyat Azura Membuka Matanya Untuk Alena

Berita mundurnya para utusan pulang ke Kerajaan Rajna tanpa membawa Putri Rheina dan ancaman perang sungguh membuat hati lega. Para tetua dan rakyat kerajaan menarik nafas lega setelah beberapa hari ini dalam kebimbangan dan kebingungan. Mereka sangat marah dengan ancaman dari kerajaan Rajna. Apalagi mereka hendak mengambil Putri Rheina yang menjadi idola mereka.     

Jiwa patriot mereka memberontak sebagaimana rakyat kerajaan Rajna. Mereka tidak ingin dianggap lemah oleh kerajaan yang lain. Walaupun yang seharusnya bertanggung jawab memang kerajaan mereka. Tetapi kalau harus menyerahkan putri dari Kerajaan Azura ke Kerajaan Rajna itukan sama saja dengan menyerah sebelum bertarung.     

Berita kalau Putri Alena bersedia menggantikan Putri Rheina untuk menjadi sandera membuat Rakyat Azura membuka matanya lebar - lebar tentang istri yang sangat Nizam cintai ini. Nada sumbang selama ini tentang Alena bagaikan debu tertiup angin. Mereka selama ini selalu menganggap Alena perebut posisi calon ratu dengan menyingkirkan Putri Rheina dari sisi Nizam.     

Alena telah menyihir Nizam secara mistis karena sudah membuat Nizam yang begitu hebat tergila - gila kepadanya. Alena juga mereka anggap tidak sepadan dengan Nizam yang begitu tampan, pintar dan kaya. Putri Alena bahkan sepengetahuan mereka bukanlah mahasiswa yang cemerlang dan tidak memiliki kekayaan yang banyak. Alena hanya berasal dari kaum rakyat jelata dan memiliki gelar kebangsawanan. Dan yang paling penting Alena bukanlah rakyat Azura. Orang asing sangat tidak layak menjadi Ratu Azura.     

Mata mereka baru terbuka sedikit demi sedikit ketika Alena mempersembahkan malam kesucian sebagai bukti kalau dia memang masih suci ketika disentuh Nizam untuk pertama kali, Kemudian Alena juga sudah memiliki anak dari Nizam, kemudian Alena berhasil memobilisasi para pelayan untuk bertempur dengan para pengawal yang berkhianat.Dan yang terhebat adalah Alena berhasil membuat para utusan mundur dari kerajaan mereka tanpa membawa putri Rheina dan bersedia menunggu hasil penyeledikan. Mereka juga menarik ancaman untuk berperang dengan Kerajaan Azura.     

Ini berita yang membahagiakan mereka dan melegakan. Semua rakyat bergembira dan sebagian merayakan keberhasilan negosiasi Alena dengan memberikan pujian setinggi langit di media sosial dan surat kabar cetak yang resmi. Walaupun mereka masih belum dapat menerimakan kalau Alena akan menjadi ratu mereka tetapi mereka kini mulai menerimakan kedudukan Alena sebagai istri Nizam.     

Ratu Sabrina yang sedang gundah sampai sengaja datang ke tempat Alena untuk mengucapkan terima kasih. Alena yang sedang menyusui kedua bayinya terkejut melihat Ratu Sabrina sudah berdiri di hadapannya. Ia tidak mendengar mertuanya itu masuk karena sibuk menyusui anak - anaknya sambil ketiduran. Jadi ketika mertuanya masuk Ia segera akan bangkit tapi Ratu Sabrina melarangnya.     

Ratu Sabrina menerima hormat dari Alena berupa anggukan kepala, dan ucapan salam. Latifa berdiri di belakang agak jauh dari Ratu Sabrina. Ia melihat Ratu Sabrina duduk di sisi tempat tidur di mana Alena menyusui kedua bayinya. Dan para pengasuh bayi Alena segera bergerak untuk mengambil bayi - bayi itu. Tapi Ratu Sabrina melarangnya.     

"Biarkan mereka menyusu.. " Kata Ratu Sabrina sambil membelai pipi Axel yang gembil. Mata Axel tampak bersinar melihat mertuanya itu. Alena masih melirik bagaimana Ratu Sabrina hanya mengelus pipi Axel tetapi tidak mengelus pipi Alexa. Ia cuma menepuk pipi Alexa dengan ringan. Hati Alena sedikit tersayat menyadari kalau Ibu mertuanya itu ternyata lebih menyayangi Axel dibandingkan dengan Alexa.     

Tetapi Alena tidak ingin memperkeruh suasana dengan mempertanyakan kenapa. Ia hanya harus menyadari secara perlahan bagaimana wanita menjadi manusia kelas kedua di Azura. Alena mempererat pelukannya ke tubuh Alexa sambil berjanji kalau Alexa harus sangat cerdas dibandingkan semua wanita yang ada di Azura bila perlu Ia akan medidiknya seperti Putri Kumari. Tetapi dengan lantunan doa semoga Alexa tidak bernasib seburuk Putri Kumari.      

"Yang Mulia.. Ada apakah gerangan Yang Mulia Ibunda Ratu datang kemari? Mengapa bukan hamba yang ke ruangan Yang Mulia. Yang Mulia dapat memanggil hamba kapan saja, jika diperlukan" Kata Alena sambil menundukkan wajahnya penuh hormat. Ketika Ia menunduk rambutnya terurai ke depan dan langsung dipegang oleh Axel kemudian ditariknya membuat Alena meringis.     

"Eh.. Pangeran Axel, sayang.. Nanti Muya-nya sakit" Kata Ratu Sabrina sambil bergerak melepaskan helaian rambut yang ditarik Axel dengan gemas. Melihat Neneknya melepaskan rambut dari tangannya. Axel langsung melepaskan mulutnya dari put*ng ibunya lalu berceloteh. Sangat lucu.. Ratu Sabrina jadi gemas, Ia segera mengambil bayi mungil yang semakin montok itu dari tangan Alena dan menciuminya dengan penuh kasih.     

"Cucuku.. Axel.. Pangeran Axel, kau sangat tampan persis seperti ayahmu. Jadilah petarung yang kuat, sayangku.. agar kau bisa menduduki tahta kerajaan " Kata Ratu Sabrina sambil tersenyum. Alena hanya terdiam sambil sedikit merilekskan tangan kanannya bekas menggendong Axel. Ia kini merasa lebih ringan karena hanya menggendong Alexa dan tak lama kemudian Alexa juga tampak kenyang. Ia melepaskan mulutnya juga dan ikut berceloteh. Ratu Sabrina melirik ke arah cucu perempuannya dan tersenyum.     

"Kau juga sayangku..Semoga kau kelak menjadi istri dari raja yang besar" Kata Ratu Sabrina sambil menatap wajah cantik dari Alexa.      

"Terima kasih Ibunda yang Mulia sudah mendoakan Alexa ' kata Alena dengan tulus. Ia berharap mertuanya ini tidak terlalu memberikan perbedaan yang mencolok dalam perhatian dan kasih sayang walaupun Alena sadar bahwa tidak mungkin mertuanya dapat berlaku adil.     

Alena kemudian memberikan Alexa kepada pengasuhnya demikian juga Ratu Sabrina memberikan Axel kepada pengasuhnya. Walaupun terlihat sekali kalau Ratu Sabrina tampak sangat tidak rela berpisah dengan Axel. Ia memegang Axel dengan erat ketika Ia akan memberikannya. Membuat Alena tersenyum dengan arif.     

"Jikalau Ibunda Ratu tidak keberatan, Ibunda boleh membawa Axel untuk menemani Ibunda barang sebentar di ruangan Ibunda" Kata Alena sambil menatap mertuanya.     

Ratu Sabrina melebarkan matanya, Ia tidak menyangka kalau Alena bersedia memberikan anaknya untuk menemaninya mengingat di istana, para bayi hanya diperbolehkan berada di sisi ibunya, pengasuh dan ibu yang menyusuinya. Mengingat keselamatan mereka sangat berharga. Itulah sebabnya Nizam terus menerus menyuruh Pangeran Thalal untuk menjagai anak - anaknya. Ia tidak percaya siapapun termasuk ibunya sendiri.     

Sepanjang Ibunya belum menerimakan Alena dengan tulus Nizam juga tidak akan membiarkan Ibunya dan anaknya berdua. Bukankah sudah banyak cerita kalau ibu mertua yang tidak menyukai menantunya akan mengambil alih cucu mereka dengan menyingkirkan menantunya dan Ratu Sabrina sudah menyadari hal itu dari awal.     

Setiap kali Ia menggendong Axel, Nizam selalu mengawasinya atau pangeran Thalal yang mengawasinya. Nizam sangat keterlaluan dalam melindunginya istrinya. Dan Ia adalah seorang ibu yang memiliki darah yang sama dengan Nizam jadi Ia tahu sekali bagaimana sifat dari anaknya itu. Cintanya kepada Alena sudah mengalir di urat nadinya. Memutuskan cinta anaknya kepada Alena sama saja dengan membunuhnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.