CINTA SEORANG PANGERAN

Ide Alena menjadi Strategi Cynthia



Ide Alena menjadi Strategi Cynthia

"Dulu sewaktu Aku SD, sekolah dasar di Indonesia. Ada temanku yang kehilangan uang dengan jumlah uang yang cukup besar untuk ukuran anak SD. Semua anak di kelas sudah diperiksa tetapi tidak ada satupun yang mau mengaku. Akhirnya guruku mengatakan kalau Ia sudah tahu siapa yang mencuri uang itu dan sekarang Ia sedang melapor ke Polisi. Dan Guruku mengatakan kalau pencuri tersebut nantinya akan di kirim ke tempat penjara anak - anak.      

Waktu itu kami sangat ketakutan hingga kemudian seorang anak tiba - tiba mengaku sambil menangis. Ia lalu mengambil uang yang Ia lempar ke luar jendela. Dan mengatakan bahwa sebenarnya Ia tidak bermaksud untuk memiliki uang tersebut tetapi hanya karena kesal kepada temannya Ia lalu mengambil uang itu dan membuangnya ke luar jendela" Kata Alena sambil tersenyum lebar melihat Cynthia dan Nizam yang memandang Alena dengan pandangan penuh kekaguman.     

Tetapi kemudian Cythia berkata, " Apa mungkin orang - orang di kalangan Istana dapat di jebak dengan cara yang begitu mudah seperti anak SD? " Kata Cynthia sambil berpikir.     

"Tentu saja tidak Cynthia.. Mereka bukan orang bodoh tetapi kita akan melakukannya diam - diam secara halus, menyebarkan gosip sedikit demi sedikit seperti titik api yang akan kita nyalakan sedikit lalu kita akan biarkan angin menghembusnya hingga besar" Kata Nizam dengan mata berbinar. Ia lalu merangkul Alena dan menciuminya dengan gemas.     

"Kau memang calon Ratu yang luar biasa.."Kata Nizam membuat Alena jadi gembira. Pipinya memerah. "Aku sangat mencintaimu Nizam. Dan Aku akan selalu senang menerima pujianmu"     

"Oh ya.. berarti selain kau calon Ratu yang luar biasa kau juga adalah calon ratu yang gila pujian" Kata Nizam lagi. Alena mencebikkan bibirnya, " Asalkan jangan gila harta dan jabatan saja" Kata Alena kemudian sambil tertawa.     

Kali ini Cynthia tidak perduli dengan dua orang yang selalu dimabuk cinta itu. Ia malah tampak sangat bersemangat dan berdiri.     

"Mau kemana Kau ?"Kata Nizam kepada Cynthia yang sudah bersiap mau pergi.     

"Aku mau menemui Bastnah.. dan segera menyalakan api kecil itu" Kata Cynthia sambil tertawa.     

"Jangan sampai yang lain tahu rencana kita.. " Kata Nizam.     

"Tentu saja.. serahkan kepadaku untuk menyalakan api tanpa disadari oleh siapapun termasuk oleh Bastnah sendiri. Karena si biang gosip itu bukan tidak mungkin akan keseleo lidah kalau sampai tahu rencana kita" Kata Cynthia sambil mengacungkan ibu jarinya dan berlalu bagaikan daun yang tertiup angin.     

Nizam lagi - lagi tersenyum melihat gaya Cynthia, " Temanmu itu sangat bersemangat kalau sudah bermain strategi "     

"Tentu saja, Aku tidak akan pernah ada disisimu kalau bukan karena strateginya. Kau dulu begitu sombong kepadaku " Kata Alena sambil tetap duduk dipangkuan suaminya dengan manja.     

"Karena Aku tidak ingin terjerat oleh gemerlap matamu yang bisa menyihir semua orang agar bisa tunduk di kakimu" Nizam menelusuri wajah Alena yang begitu halus dengan telunjuknya.     

"Tapi kau yang lebih dulu menjeratku dengan ketampanan wajahmu yang membius semua wanita" Kata Alena membalas kata - kata manis suaminya. Alena lalu berbisik,     

"Bawa Aku ke tempat tidur.." Bisiknya.     

"Dengan senang hati, Ratuku" Kata Nizam sambil berdiri dan menggendong Alena dengan gaya bridal     

***     

Iring - iringan kendaraan yang akan membawa Nizam, Alena dan rombongannya sudah berderet di depan istana. Mereka akan pergi ke Kerajaan Rajna. Pangeran Husen dan Maya ada berada dirombongan itu. Pangeran Thalal tampak melihat ke arah adik tirinya itu dengan tatapan tajam. Ia melirik ke arah istrinya yang berdiri disampingnya dengan wajah berseri - seri.     

"Kalau Kakak Nizam membawa Pangeran Rasyid. Aku tidak heran tetapi kalau kakakku membawa si biang onar pangeran Husen, itu sangat mengherankan. Apalagi Pangeran Husen sebentar lagi akan menikah. Bukankah seharusnya Ia mempersiapkan hari pernikahannya" Kata Pangeran Thalal.     

"Mana Aku tahu semua yang ada di otak kakakmu. Kakakmu penuh dengan analisa dan ide yang brilian. Aku yakin pasti ada sesuatu yang ada dalam otaknya. Apalagi kau lihat kalau Arani juga ikut bersama si Nanthan. " Kata Cynthia sambil lebih tertarik menatap temannya Jonathan yang berdiri disamping istrinya.     

Arani benar - benar menjaga Jonathan bagaikan menjaga seorang bayi. Ia tidak meninggalkan suaminya barang sekejap. Hendak pergi bertugaspun dia membawa serta suaminya. Dan Nizam sama sekali tidak keberatan Arani membawa suaminya. Apalagi Jonathan adalah temannya.     

Mata Amar melirik Maya yang berdiri di belakang Pangeran Husen. Seperti biasa wajahnya begitu judes. Bibirnya yang sangat kecil itu tampak naik ke atas membuat kejudesan tampak sangat alami. Amar melirik dari belakang tubuh Nizam. Ia sudah keder sendiri melihat wajah cantik itu. Ia tahu persis mengapa Nizam tiba - tiba membawa pangeran Husen bersama mereka. pasti agar Ia lebih dekat dengan Maya.      

Ketika Ia sedang melirik ke arah Maya mendadak Maya juga menatap ke arahnya. Mata Maya langsung terbeliak, berani benar ada orang yang melirik pandang ke arahnya walaupun itu adalah Jendralnya Nziam. Maya mendengus dan segera membuang muka, Apalagi ketika kemudian Pangeran Husen masuk ke dalam mobilnya. Ia segera naik dan duduk di depan.     

Dada Amar langsung terasa mendidih melihat raut wajah Maya yang tidak ada manis - manisnya itu. Ia lalu segera masuk ke dalam mobil setelah Nizam dan Alena masuk ke dalam mobilnya. Nizam melihat perubahan pada diri Amar sehingga Ia kemudian melihat ke belakang melalui jendela kaca belakang. Dan Ia melihat di belakangnya adalah mobil Pangeran Husen. Nizam jadi tersenyum kecil. Melihat perubahan muka Amar karena Maya berarti Amar mulai mengisi hatinya dengan Maya walaupun itu bukan cinta.     

Mobil - mobil itu meluncur meninggalkan Istana Azura menuju Bandara kerajaan. Maya menatap mobil yang dinaiki Nizam berjalan di depan mereka. Maya lalu melihat ke belakang.     

"Yang Mulia. Sungguh di luar dugaan kalau Yang Mulia Pangeran Nizam membawa Yang Mulia ke kerajaan Rajna." kata Maya dengan penuh curiga. Pangeran Husen malah menyenderkan tubuhnya ke sandaran kursi mobil dan berkata, "Aku tidak perduli apa motif Kakak Nizam membawaku. Yang penting bagiku adalah Kakak Nizam sudah berjasa karena sudah membuat Amrita bersedia menikah denganku. Dan hari pernikahanku akan diselenggarakan setelah masa berkabung selesai" Pangeran Husen tampak bersemangat.     

"Di otak Yang Mulia hanya ada Nona Amrita.. sungguh otak yang sangat sempit" Maya mengomeli majikannya.     

"Apa Kau bilang ? Berani benar kau mengatai otakku sempit?" Pangeran Husen tampak sangat kesal.     

"Memangnya kenapa ? Memang itu kenyataannya. Apa yang Mulia tidak merasa curiga sedikitpun ?" Maya balik meradang.     

"Apa anehnya ? Aku sering pergi bersama Kakak Nizam. Kami adik kakak. Adik Kakak pergi bersama bukan hal luar biasa" Kata Pangeran Husen sambil melotot.     

"Tentu saja jika kepergiannya untuk bersenang - senang. Yang Mulia Nizam dan Yang Mulia Putri Alena pergi ke kerajaan Rajna bukan untuk bersenang - senang tetapi menjalani misi penting. Yang Mulia ... " Tapi belum selesai Maya berbicara. Pangeran Husen sudah maju dan menutup mulut Maya dengan telunjuknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.