CINTA SEORANG PANGERAN

Janji Nizam



Janji Nizam

Nizam terdiam, Ia menatap malam yang gelap. Pikirannya sebenarnya begitu kalut dengan masalah yang bertubi - tubi menghadangnya. Dan kejadian matinya Edward dan pengkhianatan Imran membuat Ia sangat terguncang. Tetapi Ia berusaha menutupi kalutnya perasaan dia di hadapan Alena. Nizam tahu kalau posisi Alena leibh tidak nyaman dibandingkan dirinya.     

Alena seperti orang yang terdampar di padang pasir dan tidak tahu arah. Nizam khawatir Alena malah akan menemukan seorang penunjuk arah yang salah. Karena Nizam tahu kalau Ia tidak akan punya banyak waktu untuk selalu mendampingi Alena sebagaimana ketika Ia di Amerika. Di Amerika Ia banyak dibantu oleh Mr. Arescha sehingga Nizam memiliki banyak waktu bersama Alena.     

Tetapi di sini Ia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri. Nizam masih trauma dengan pengkhiantan Imran jadi untuk sementara waktu Ia butuh menenangkan diri sambil menganalisa siapa saja yang sebenarnya berkhianat.     

"Nizam.. Putri Kumari itu jadi bagaimana ? Aku takut Alena.. " Cynthia berkata kepada Nizam.     

"Biarkan saja dulu. Jangan beritahukan apapun kepada Alena, Aku tidak ingin menambah beban penderitaannya. Dia sekarang merasa memiliki Putri Kumari sebagai temannya ketika Alena tahu kalau kau tidak mungkin terus menerus berada di sisinya "     

" Tetapi Nizam, Bagaimana kalau dia dimanfaatkan oleh Putri itu ?" Cynthia tetap merasa khawatir kepada sahabatnya itu.     

"Kau kan tahu sendiri bagaimana sifat Alena. Kelihatannya dia sedang tergila - gila kepada Putri itu. kalau kita larang maka dia akan semakin menentang dan penasaran. Kau kan masih ingat bagaimana dia kalau dilarang keinginannya. Jadi Aku pikir kita bisa memanfaatkan kekerasan Alena dengan menjebak Putri Kumari itu sendiri " Kata Nizam dan itu malah membuat Cynthia meradang.     

"Kau jangan mengatakan kalau kau hendak mengumpankan istrimu sendiri untuk menjebak Putri Kumari. Bagaimana kalau istrimu celaka ?" Kata Cynthia sambil langsung berdiri dengan penuh amarah. Nizam sampai menarik tangan Cynthia untuk duduk karena Ia melihat dari kejauhan Nayla sudah bersiap untuk mendekat. Nizam memberikan isyarat berupa gelengan kepala, menyuruh Nayla untuk tetap menjauh dari dirinya dan Cynthia.     

Cynthia segera duduk kembali karena Ia tahu kalau sikapnya bisa memancing bahaya bagi dirinya dan Nizam. Ini adalah Azura dan bukannya Amerika sehingga Cynthia tidak bisa lagi menganggap kalau Ia setara dengan Nizam. Setiap gerakan yang mencurigakan akan mencelakakan Nizam akan membuat nyawanya juga dalam bahaya.     

"Maafkan Aku Nizam, Aku emosi tadi.." Kata Cynthia sambil berusaha menenangkan dirinya.     

"Aku mengerti. Kau memang selalu menuduhku akan mencelakakan Alena " Kata Nizam dengan hati yang miris. Cynthia jadi tersenyum kecut mendengar perkataan Nizam.     

"Kalau sudah tahu seperti itu lantas mengapa Kau bilang Kalau Kau mempercayaiku dan Alena ? Sudah tahu kalau kau dan Alena berada di dua sisi yang berbeda maka Aku akan berada di sisi Alena " Kata Cynthia.     

"Tentu saja Cynthia. Aku tahu itu dengan pasti. Bukankah dari awal kau adalah temannya Cynthia dan bukan temanku. Kau jadi temanku karena Aku menjadi suami Alena. " Kata Nizam dengan suara datar.     

"Baguslah kalau kau tahu tentang itu. " Kata Cynthia sambil memalingkan wajahnya dan menyembunyikan tawanya. Ia merasa lucu dengan sikap pasrah Nizam.     

"Kalau begitu maka Kau harusnya tidak mempercayaiku. Karena Aku bisa saja mencelakakanmu " Kata Cynthia kembali.      

"Aku tidak perduli kalau suatu hari nanti kau akan mencelakaiku sepanjang kau lakukan itu untuk menyelamatkan Alena " Kata Nizam sambil menyemburkan asap rokoknya.     

"Aku sungguh tidak menyangka kalau kau semakin menjadi semakin menjadi - jadinya sifat budak cintanya kepada Alena " Kata Cynthia sambil menggelengkan kepalanya.     

"Mau bagaimana lagi. Tadinya Aku juga tidak ingin menjadi budak cinta. Aku ingin menjadi tuan cinta. Aku ingin memperbudak orang lain dan bukannya ingin jadi budak. Tapi temanmu itu sungguh membuatku tidak berdaya. Dia sudah merenggut seluruh kekerasanku dengan wajah polosnya. "     

"Ya.. walaupun kepolosannya bisa berubah menjadi luar biasa cerdas kalau dia kepepet"     

"Ya.. dia mampu bertahan dalam situasi apapun. Dia seperti rumput liar yang bertahan tumbuh ketika musim kemarau dan tumbuh subur disaat musim hujan. Dia yang diremehkan oleh orang - orang dan berusaha menyingkirkannya tetapi dia tetap tumbuh lagi. Alenaku adalah orang yang terkuat dibalik air matanya " Kata Nizam sambil memejamkan matanya.     

"Apaka kau akan memberitahukannya kalau Kau hanya berpura - pura terhadap semua para putri itu ?" Kata Cynthia. Nizam menggelengkan kepalanya.     

"Jangan Cynthia. Biarkan dia tahu kalau Aku meniduri semua putri itu agar tidak ada kecurigaan diantara para putri itu. "     

"Tapi kau membuatnya sedih "     

"Tidak apa - apa, kesedihan akan membuatnya semakin kuat. Aku takut kalau seandainya para putri itu tahu kalau Aku tidak menyentuh mereka maka mereka akan semakin membenci Alena dan berniat mencelakainya"     

"Memangnya apa yang akan kau lakukan untuk mengelabui para putri itu ? Mereka semua memiliki tanda bulatan merah di bawah lengan yang tidak akan hilang sampai kau mengambil kesucian mereka"     

"Entahlah.. Aku masih sedang berpikir keras tentang ini. Sialan sungguh para tetua itu sampai menandai para putri seperti itu. Ini suatu pelecehan terhadap wanita. Bagaimana bisa mereka melakukan itu kepada wanita. Kalau definisi kesucian menurut mereka hanyalah para wanita yang belum pernah tidur dengan pria lain karena mereka harus mempersembahkan kesuciannya terhadapku.     

Lalu bagaimana dengan diriku yang sudah tidur berkali - kali dengan Alena. Dan Aku juga sungguh tidak mengerti mengapa mereka menganggap hina jika Aku mengembalikan mereka ke orang tua mereka. Bukankah suatu pernikahan itu harus ada cinta dan kalaupun tidak ada cinta minimal harus ada kerelaan.     

Memaksa orang untuk tidur dengan orang lain yang sama sekali tidak diinginkan sungguh menurutku suatu pendzoliman batin "     

"Kau berani mengoceh di belakang tetapi bersikap begitu manis di depan ibumu. Apakah kau bisa Aku sebut orang yang munafik ?" Kata Cynthia.     

Nizam malah jadi nyengir kuda. "Aku adalah calon raja. Sudah dari kecil diajarkan segala macam tipu daya yang sifatnya baik dan tidak baik. Baik dan tidak tergantung daria situasi dan kondisi yang dihadapi dan tergantung juga dari seberapa jahat diriku.     

Walaupun Aku sangat tidak menyukai tindakan ibuku tetapi tentu saja Aku tidak bisa menampakan penolakan secara frontal kepada beliau apalagi Aku sudah berjanji bahwa seandainya Ibunda mengizinkanku menikahi Alena maka Aku akan menurut kepadanya dan bersedia dinikahkan dengan siapa saja "     

"Kau sungguh gila berjanji seperti itu " Kata Cynthia mengomeli Nizam.     

"Aku sudah kehilangan akal ketika meminta izin menikahi Alena jadi Aku lakukan apa saja agar Ibunda mengeluarkan izinnya. Jadi sekarang Aku tidak berkata tidak kepada Ibuku. Ia nanti akan sangat terpukul jika tahu anak semata wayangnya adalah anak yang tidak berbakti dan ingkar janji."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.