CINTA SEORANG PANGERAN

Do\'a untuk Alena



Do\'a untuk Alena

Suasana hiruk pikuk masih sangat terasa di toko perlengkapan bayi. Para pegawai sibuk mengamankan suasana tetapi tidak berani menyentuh apapun sampai menunggu polisi datang. Nizam duduk di sofa dengan wajah yang sangat kusut. Ia mengangkat teleponnya dengan tangan gemetar menghubungi Chief Jeremy.     

"Selamat malam, Ini Aku...."     

"Selamat malam Yang Mulia.." Chief Jeremy tidak sempat melanjutkan perkataannya ketika Nizam langsung memotong perkataannya.     

"Aku ada di Margaretha Baby. Istriku diculik..Datanglah. Bawa orang-orang terbaikmu"     

"Apa?? Oh ya, baiklah. Tunggulah yang Mulia" Chief Jeremy langsung menutup teleponnya dan tanpa banyak bicara Ia segera menyuruh satu pasukan SWAT* segera meluncur ke tempat yang disebutkan Nizam. Ia juga segera menyuruh beberapa petugas yang sedang berpatroli untuk bersiaga di mana pun mereka berada.     

Nizam tidak mau bertindak gegabah. Ia langsung menghubungi polisi karena tahu bahwa motif penculikan bukan uang. Dan kepolisian Amerika adalah salah satu yang terbaik di dunia. Nizam berharap dengan bantuan mereka Ia akan dengan cepat dapat menemukan Alena. Hati Nizam yang sedang kacau membuat Ia tidak mampu berpikir jernih sehingga Ia memutuskan untuk tidak mencarinya sendiri.     

Nizam memandang para penjaganya yang sedari tadi bersujud tidak berani mengangkat wajahnya. "Bangunlah!!" Kata Nizam.     

Tapi para pengawalnya tidak ada yang berani mengangkat wajahnya apalagi bangun. " Aku bilang, BANGUN !!!" Suara Nizam terdengar bagaikan raungan srigala dari kegelapan. Suara itu membuat para pengawalnya langsung terbangun dengan pucat.     

"Aku rasanya ingin membunuh seseorang, tetapi Aku tahu ini bukan salah kalian. Ini murni kesalahan ku. Aku terlalu bodoh sehingga tidak menyadari bahwa kita dalam bahaya. Aku sungguh menyesal, sangat menyesal karena tidak tegas terhadap Alena" Nizam memijat keningnya sendiri.     

Suasana diantara mereka hening, tetapi hiruk pikuk masih terjadi. Beberapa pengunjung ada yang memaksa ingin pulang, tetapi satuan pengamanan toko tidak mengijinkan mereka hingga polisi datang. Para wanita yang kebanyakan sedang hamil menjadi semakin shock. Tetapi tetap saja mereka tidak mau menanggung resiko kalau harus melepaskan mereka tanpa diinterogasi.     

Seorang wanita hamil tua tampak pucat pasi antara ketakutan dan khawatir. Ia terus menerus gemetar dan mulai ditenangkan oleh pelayan toko. Ia tidak diijinkan keluar padahal Ia sangat ingin keluar dari toko ini dan pulang ke rumah. Ia sangat panik hingga kemudian histeris sambil memegang perutnya     

Nizam tergugah untuk menghampiri wanita itu. Ia teringat Alena juga perutnya sebesar itu. Nizam melihat wanita itu dengan seksama Ia sedang menyelidiki apakah wanita ini patut dicurigai atau tidak. Melihat sinar mata wanita itu yang begitu polos dan sekarang tampak berair, Nizam semakin teringat Alena.     

"Saya tidak tahu siapapun Anda, tetapi melihat penampilan Anda. Saya yakin Anda bukan orang sembarangan. Tolonglah Saya Tuan, Izinkan Aku keluar untuk pulang. Ini adalah bayi pertama Saya. Saya sudah keguguran lebih dari tiga kali. Kalau sampai Saya kehilangan bayi ini maka Aku tidak akan sanggup hidup" Katanya dengan sedih.     

Nizam memegang bahu wanita itu. Ali dan Fuad saling berpandangan. Nizam biasanya anti memegang wanita yang bukan muhrimnya. Tapi kali ini entah apa yang terjadi sehingga Nizam memegang pundak wanita lain.     

"Saya sangat mengerti Nyonya. Saya bersyukur Anda tidak apa-apa. Maafkan kesalahan Saya sehingga menyebabkan kekacauan ini. Jikalau Nyonya ingin pulang maka Saya tidak keberatan.     

Untuk menjaga keamanan di antara kita Apakah Nyonya bisa meninggalkan tanda pengenal diri. Untuk kemudian bisa diambil atau kami antarkan besok pagi ke alamat Nyonya"     

"Tapi mengapa? Sebenarnya apa yang terjadi?"     

"Istri saya diculik Ia persis seperti Nyonya. Ia sedang hamil besar anak pertama kami. Ia hilang bersamaan dengan bom asap yang diledakkan dekat istri Saya. Ya...Tuhan, Alena dimanakah Engkau??" Tubuh Nizam tiba-tiba melorot dihadapan wanita itu dan tanpa sadar Ia mencekal kedua tangan wanita itu sambil berurai air mata. Hilang sudah keperkasaan dan kegagahan Nizam. Melihat Nizam kembali berlutut para pengawalnya segera ikut berlutut lalu merendahkan tubuhnya agar tidak berada diposisi yang lebih tinggi dari Nizam.     

Wanita itu sangat terkejut melihat ke arah Nizam lalu ke arah para pengawal Nizam. Ia semakin menyadari bahwa pria tampan yang ada didepannya bukanlah orang sembarangan.     

"Tuan... Tuan.. alangkah malangnya nasib istri Tuan. Tuan bertahanlah dan bersikap tegar. Karena kekuatan Tuan akan memberikan efek dan energi positif untuk istri dan anak yang ada dalam kandungannya."     

Nizam menengadahkan wajahnya. Wanita itu terbelalak melihat wajah Nizam dari dekat. [ Ya.... Tuhan, apakah yang ada dihadapan ku ini manusia atau dewa? ] Wajah tampan itu tampak sangat memelas, matanya yang indah tampak sayu dan tidak berdaya.     

"Nyonya...Aku merasa putus asa seperti orang gila. Saya sangat bingung. Otak Saya buntu. Saya tidak bisa berpikir"     

"Tuan.. jangan pernah melupakan keajaiban dan pertolongan Tuhan. Saya akan ikut mendoakan keselamatan istri Tuan bersama yang lainnya sekarang juga. Wanita itu lalu melepaskan pegangan tangan Nizam. Kemudian menghadap ke seluruh pengunjung, pelayan, pegawai Toko yang jumlahnya mencapai puluhan orang.     

"Tuan dan Nyonya semuanya, Hari ini takdir mempertemukan kita disini. Kenyataan bahwa ada kerusuhan yang terjadi di dalam toko telah menyebabkan istri Tuan ini hilang diculik. Marilah Kita berdoa bersama-sama, meminta kepada Tuhan untuk keselamatan Istrinya yang tercinta. Adakah yang bisa memimpin doa" Wanita itu berkata dengan indahnya. Ditelinga Nizam semua seperti kidung surga.     

Seorang laki-laki segera mengangkat tangan. " Saya seorang pendeta dan Saya akan memimpin untuk mendoakan keselamatan bagi istri Tuan..." Pria itu berhenti karena tidak tahu nama Nizam.     

"Saya Nizam. Pak Pendeta" Kata Nizam sambil memandang dengan penuh rasa terima kasih.     

Pendeta itu lalu menganggukan kepalanya dan mulai untuk memimpin doa. Nizam tahu mereka tidak memiliki keyakinan yang sama dengannya. Tetapi doa yang mereka panjatkan dengan penuh rasa tulus membuat Nizam memiliki perasaan optimis. Usai berdoa bersama, Nizam memeluk pendeta itu dengan erat bahkan Nizam menangis dibahunya bagaikan seorang anak yang kehilangan Ibunya.     

Tidak ada yang tidak meneteskan air mata melihat Nizam menangis dengan sedihnya. Para wanita berangkulan sambil menangis tersedu-sedu. Para pria ikut terhanyut bahkan beberapa meneteskan air matanya yang segera mereka hapus kembali.     

Dan mereka masih saling terisak ketika rombongan Pangeran Thalal datang hampir bersamaan dengan Chief Jeremy dengan tim SWAT-nya. Mereka tertegun ketika masuk ke dalam toko. Mereka melihat orang-orang sedang terisak dengan sedihnya.     

***     

*) SWAT ( Special Weapons and Tactics/ senjata dan taktik khusus ) adalah nama umum yang digunakan untuk sebuah satuan penegakan hukum yang menggunakan senjata ringan ala militer dan taktik khusus dalam operasi-operasi beresiko tinggi yang berada diluar kemampuan polisi berseragam biasa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.