CINTA SEORANG PANGERAN

Indahnya Cintamu, Jonathan ( 10 )



Indahnya Cintamu, Jonathan ( 10 )

Ketika Nizam berbicara dengan Alena tentang permintaan Jonathan, Alena langsung tertawa terbahak-bahak. Nizam jadi senyum kecut. Nizam merasa mual - mual mules, rasanya persis kaya makan buah belimbing wuluh. Ia kebingungan untuk mencari jalan keluarnya. Karena kalau berbicara dengan Jonathan langsung Ia tidak tega. Kalau di negara yang mayoritas Islam penduduknya sih, kemungkinan yang non muslimnya juga sudah tahu tentang hal yang seperti ini.     

Tapi Kalau di Amerika, seumur - umur Nizam belum dapat undangan perayaan sunatan. Apa yang harus Ia katakan pada Jonathan. Bahkan Arani yang cerdas saja sampai minta tolong dirinya untuk mengatakan pada Jonathan.     

Nizam tahu bahwa ini adalah hal yang krusial, Arani tidak mungkin meminta langsung kepada Jonathan makanya yang paling tepat adalah mengatakan kepada Jessi tetapi ternyata Jessi juga tidak memahaminya karena memang bukan tradisi atau suruhan tentang keyakinan mereka. Akhirnya Arani meminta tolong kepadanya melalui Jessi.     

Arani sangat cerdas dengan mendorong Nizam ke situasi yang serba salah. Karena Nizam sendiri tidak memiliki pemecahan dan tidak mungkin Ia berdiskusi dengan Cynthia tentang hal ini. Maka satu - satunya jalan adalah berdiskusi dengan istrinya sendiri. Akhir - akhir ini Nizam merasa bahwa istrinya sudah berubah menjadi sangat pintar siapa tahu sekarang juga Ia memiliki jalan pemecahan persoalan yang membingungkan ini.     

"Akukan waktu itu sudah bilang untuk sekalian mengkhitannya waktu itu. Kau sih ngeyel ga harus.. ga harus. Kan bagi wanita hal itu mungkin menjijikan disentuh sama pria yang belum bersih. Bahkan sebagian daerah di negaraku ada yang tidak membolehkan orang yang belum dikhitan untuk masuk mesjid. Ha..ha..ha.. malangnya nasibmu Jonathan" Kata Alena sambil terkikik-kikik geli.     

Mendengar suara Alena yang penuh dengan tawa kepuasan membuat Nizam jadi kesal dibekapnya mulut istrinya dengan tangannya.     

"Kau jangan tertawa terus. Aku sedang kebingungan sekarang. Jonathan mau nikah besok. Kau tahu apa artinya bagi para pria tentang hari pernikahannya. Kebanyakan dari kami adalah membayangkan tentang malam pertama. Sekarang apa jadinya kalau senjatanya Jonathan tidak bisa digunakan. Aku berani taruhan Ia tidak akan mau dipotong..." Nizam tidak melanjutkan kata-katanya karena Ia juga akhirnya tidak dapat menahan tawanya.     

Akhirnya mereka berdua tertawa guling - guling berdua. Mereka sungguh teman yang durhaka. Andaikan Jonathan tau apa yang terjadi sekarang maka Ia pasti akan mengutuk Alena dan Nizam menjadi batu seperti Malin Kundang yang dikutuk oleh ibunya.     

"Sudah... cukup..cukup..jangan dilanjutkan lagi. Aku sudah tidak tahan sampai ingin pipis" Kata Alena.     

"Iya benar.. Aku juga sudah tidak tahan ingin pipis. Tapi ingin pipis di Kamu" Kata Nizam sambil melirik istrinya dengan pandangan penuh arti. Alena langsung menghajar suaminya dengan bantal. " Kamu benar - benar berotak tidak waras.. Istri masih di perboden masih saja nyerempet - nyerempet"     

Nizam menutupi wajahnya yang dihajar menggunakan bantal. Ia merebut bantal dari Alena dan membalas perbuatan Alena dengan menggelitikinya. Mereka akhirnya jadi saling gelitiki, lupalah sama nasib Jonathan. Tapi ketika terdengar suara Axel menangis maka Alena segera memburunya dan mengambilnya dari ranjang bayi. Di peluknya dengan erat. Lalu di bawa ke tempat tidur di mana Nizam berbaring terlentang sambil mikir lagi.     

Alena menyusui Axel sambil duduk bersila. Untungnya Alexa masih tidur jadi Alena hanya menyusui satu bayi. Nizam lalu membalikkan badannya dan menghadap ke arah Alena. Ia memegang kaki Axel yang mungil lalu menciumnya dengan penuh kasih sayang.     

"Aah...Aku tahu solusinya. " Kata Alena tiba-tiba. Nizam segera bangun dengan penuh semangat. Lalu bertanya, "Bagaimana.. bagaimana solusinya?"     

"Begini.. besokkan dia mau dibuka perbannya. Nah..Kau suruh sekalian Dokter buat mengkhitannya." Kata Alena.     

"Dia pasti tidak akan mau." Nizam menggelengkan kepalanya.     

"Dasar bodoh, Kalau dia sadar pasti tidak akan mau. Ya dibius total.. bilang saja kalau dibuka perban itu menyakitkan atau apalah.. bilang saja suntikan anti tetanus khe apa khe.. inikan demi kebaikan bersama. Kau kan tahu Arani seperti apa.     

Kalau Ia beneran tidak mau di sentuh Jonathan sebelum Jonathan disunat lalu kemudian Jonathan memaksa karena tidak tahan seperti Kau memaksaku. Sedangkan Arani tentu saja tidak selemah Aku yang Kau jepit langsung tidak berkutik.     

Arani itukan tenaganya kuat. Alih - alih Jonathan bisa menjepitnya Ia sudah dibunuh duluan sama Arani. Maka nantinya pernikahan mereka akan jadi sebuah tragedi" Alena malahan menakut-nakuti Nizam. Walaupun sedikit lebay tetapi nyatanya kata - kata Alena masuk diakal. Sehingga Nizam langsung meloncat turun dari tempat tidur dan pergi ke luar.     

"Kau mau kemana?" Alena berteriak.     

"Aku mau menemui dokternya Jonathan. Aku mau mengikuti saranmu. walaupun konyol tapi saranmu masuk di akal." Kata Nizam sambil keluar. Alena nyengir sambil menepuk-nepuk pantat Axel agar tertidur lagi setelah kenyang.     

****     

Tidak lama kemudian Nizam tampak sedang berbicara dengan dokternya Jonathan. Dokternya Jonathan menganggukan kepalanya. Besok Pagi memang sebagian perban Jonathan akan dibuka oleh dokter.     

"Maksudnya biar sekalian" Kata Nizam sambil sedikit tersenyum setelah Ia menjelaskan tentang usulan Alena pada dokter. Dokter itu menganggukan kepalanya dengan serius.     

"Apakah Tuan Jonathan sudah tahu?" Kata Dokter itu bertanya lagi. Nizam menghela nafas tapi Ia berusaha tenang.     

"Tentu saja tidak. Kalau Ia tahu pasti Ia akan menolak. Ia pasti tidak mau malam pertama nya gagal. Jadi sebaiknya kita bius dia diam-diam.     

"Tapi yang Mulia, Ini akan menjadi hal ilegal jika para dokter melakukan tindakan diluar keinginan pasien."     

"Oh Ya?? Bagaimana dengan persetujuan dari keluarga sebagai penanggung jawab?" Nizam bertanya lagi. Melihat dokter masih diam Nizam kembali berkata     

"Lagipula tindakan ini bukan tindakan yang membahayakan. Ini hanya menyempurnakan syarat kesucian bagi keyakinan kami. Lagipula bukankah dari segi kesehatan hal itu juga baik" Kata Nizam sambil mengetuk-ngetukan tangannya ke meja dokter. Dokter Ray masih terdiam dan berpikir lagi.     

"Saya dan kakaknya Jonathan yang akan memberikan jaminan. Kami Jamin bahwa Jonathan tidak akan sampai menuntut apapun kepada rumah sakit. lagi pula kalau seandainya terjadi sesuatu dengan Anda. Saya akan menjamin kehidupan Anda seterusnya"     

Ketika mereka sedang berbincang - bincang ada sebuah ketukan di pintu. Lalu seorang perawat tampak membukakan pintu dan berkata, " Ada Nona Jessi kakak Jonathan meminta ijin untuk masuk"     

"Oh ya silahkan" Kata Dokter Ray. Dokter tua dengan wajah bundar lucu itu mempersilahkan Jessi untuk masuk. Lalu masukah seorang wanita bule, tinggi mirip dengan Jonathan kemudian Ia memberikan ucapan selamat pagi. Sebelum ke dokter Nizam memang sudah menjelaskan semuanya kepada Jessi dan Jessi sangat menyetujuinya. Daripada nantinya nyawa adik nya terancam lebih baik Ia menyetujuinya.     

"Mari silahkan duduk!!" Kata Nizam sambil menyuruh penjaganya untuk menarik sebuah kursi untuk Jessi duduk. Jessi mengucapkan terima kasih sambil duduk di samping Nizam di depan meja Dokter Ray.     

"Kita tadi sudah berbicara tentang khitan untuk Jonathan, kau tahu hal ini untuk memenuhi syarat yang diajukan oleh Arani" Kata Nizam     

"Iya, Saya tahu karena memang itu yang diminta Arani. Dia bilang kalau dia tidak akan mau disentuh Jonathan kalau dia belum suci. Jadi demi kebaikan kita bersama. Aku sebagai kakaknya hendak memberikan ijin kepada Dokter untuk mengambil tindakan tersebut bersamaan dengan tindakan membuka perban di tubuh Jonathan" Jessi berbicara panjang lebar. Membuat Dokter Ray kemudian menyetujuinya. Asalkan mereka menandatangani surat pernyataan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.