CINTA SEORANG PANGERAN

Tamparan Cynthia



Tamparan Cynthia

Alena kemudian pulang diantar oleh Amar. Di sepanjang jalan Alena tidak banyak bicara, Ia terdiam memikirkan bagaimana caranya mempertemukan Lila dan Pangeran Abbash. Kalau tiba – tiba Pangeran Abbash datang sendiri ke Lila kan sangat tidak mungkin. Jangan – jangan belum ngobrol, Pangeran Abbashnya sudah digampar duluan sama Lila.      

Walaupun Pangeran Abbash sangat tampan tetapi Lila bukanlah wanita gampangan yang bisa langsung jatuh terpesona terhadap ketampanan Pangeran Abbash. Jadi memang ini harus secara halus. Dan Alena bertekad Ia harus menikahkan mereka terlebih dahulu sebelum pulang ke Azura. Ia tidak akan tenang meninggalkan Lila seorang diri kecuali Lila bersedia pergi ke Azura bersamanya.      

Cuma Alena juga berpikir kalau sampai Lila ke Azura, Mr. Anderson pasti tidak akan membiarkan Lila pergi membawa cucu satu - satunya. Jadi Ia harus berusaha agar Lila harus menikah terlebih dahulu dengan Pangeran Abbash.     

"Hamba sungguh tidak mengira kalau Yang Mulia begitu briliant bisa meyakinkan Pangeran Abbash untuk menikahi Nyonya Lila. Dengan pernikahan ini maka Pangeran Abbash akan menjadi sekutu kita yang paling kuat" Kata Amar dengan penuh kebanggaan akan kecerdasan dari Alena.     

"Aku sebenarnya bukan ingin memanfaatkan Pangeran Abbash untuk ada di sisi kita, tetapi Aku kasihan kepadanya. Dia hidup menderita menginginkan hal yang mustahil. Aku tidak ingin Ia seperti Edward yang mencintai istri orang hingga Ia meninggal.     

Aku juga kasihan kepada Lila, Aku tidak ingin Ia melahirkan anaknya seorang diri. Nasib tidak terlalu baik terhadap Lila. Ia berhak mendapatkan kebahagiaan. Ia harus memiliki pendamping yang tepat dan kuat untuk dapat melawan orang - orang yang akan jahat disekelilingnya. Entahlah Aku memiliki firasat kalau mertuanya akan menyingkirkan Lila dalam kehidupan mereka" Kata Alena sambil menatap ke luar jendela.     

Amar memperhatikan setiap perkataan Alena yang mengandung kebenaran.     

"Hamba juga memiliki firasat seperti itu, Bukankah Mr. Anderson ini sedang berduka karena kehilangan anaknya dan melihat dari sikapnya, Ia pasti akan menumpahkan sebagian kesalahan kepada menantunya. "     

"Itulah sebabnya Lila harus menikah dengan Pangeran Abbash agar mertuanya tidak bisa berbuat banyak kepada Lila. Pangeran Abbash ini sebenarnya orang yang baik" Kata Alena     

"Yang Mulia memang benar. Pangeran Abbash ini sebenarnya orang yang baik. Makanya Hamba menjadi sangat peduli terhadapnya. Tetapi sejak kapan Yang Mulia menyadari kalau Pangeran Abbash adalah orang yang baik ?"     

"Aku tahu Ia orang yang baik ketika Ia menggendong anakku ketika Ia menyusup ke tubuh Nora. Alexa tampak sangat nyaman dalam pelukannya. Kedua anakku sangat sensitif kepada orang lain. Tetapi saat itu Aku melihat Alexa tampak nyaman dalam pelukan Nora entahlah Aku merasa bahwa dia sebenarnya bukan orang jahat. " Kata Alena     

"Itulah sebabnya hamba seperti menemukan adik yang tidak pernah hamba miliki " Kata Ammar kepada Alena.     

"Aku bisa melihat, diam – diam kau menyayangi Pangeran Abbash tetapi hendaknya kau jangan terlalu memperlihatkan sikapmu itu di depan Suamiku. Kau tahu Kalau Nizam tidak akan pernah yakin sampai Ia melihat Pangeran itu menikah dengan Lila dan bersikap normal terhadapku" Kata Alena lgai.     

" Hamba mengerti Yang Mulia. Tetapi Yang Mulia, Anda diam – diam keluar dari rumah dan dengan nekad pergi ke tempat Pangeran Barry. Bagaimana seandainya Yang Mulia Nizam sampai tahu dan kemudian Yang mulia marah kembali " Amar tiba – tiba merasa sangat cemas kepada Alena. Amar masih trauma bagaimana Nizam akan mencambuk Alena.     

"Sebenarnya waktu Aku pergi ke rumah Pangeran Barry, Aku benar – benar sangat kesal dan emosi tetapi kemudian Aku sadar kalau sampai Nizam tahu maka Aku pasti akan langsung di marahi. Tetapi tadi Aku mendengar banyak cerita dari Pangeran Abbash ternyata Nizam banyak menyembunyikan cerita yang sebenarnya kepadaku. Aku akan barter kemarahanku dengan kemarahannya biar kami jadi impas" Kata Alena.     

Sesaat Amar menjadi terdiam mendengar kata – kata Alena yang akan membarter kemarahannya dengan kemarahan Nizam. Dan entah kenapa tiba – tiba tawa Amar jadi tidak tertahankan. Mengapa Alena begitu pintar dengan ide konyolnya. Ia yakin Putra Mahkotanya itu tidak akan berani marah kepada Alena karena memang benar Nizam sendiri banyak menyembunyikan kebohongan kepada Alena. Jadi Amar menjadi lega, Ia lega karena kali ini Nizam pasti memaafkan Alena walaupun Alena sudah melakukan kesalahan lagi.     

Mobil meluncur mulus menuju rumah Nizam di sepanjang jalan Alena melihat warna langit yang begitu biru cerah. Air danau yang mengombak dan ketika mobil berbelok ke jalan khusus yang menuju ke rumahnya, Alena melihat mobilnya yang tadi Pangeran Thalal gunakan sudah tidak ada.     

"Kau tahu tadi Aku menipu Pangeran Thalal.. sehingga Ia tidak dapat mengejarku" Kata Alena kepada Amar membuat Amar sedikit mengerling kepada Alena. Kejutan apa lagi yang akan diceritakan Alena. Setahunya Pangeran Thalal juga bukan orang bodoh yang mudah di tipu orang. Alena kemudian menceritakan kejadiannya bagaimana Ia menipu Pangeran Thalal agar memakai mobilnya dan meninggalkan Pangeran Thalal dengan mobil yang terkunci.     

"Kasihan sekali Yang Mulia Pangeran Thalal. Yang Mulia kan tahu jalan ini jalan khusus yang tidak akan pernah di lalui oleh orang lain kecuali yang hendak pergi ke rumah Yang Mulia. Jadi Pangeran Thalal pasti berjalan kaki ke rumah " Kata Amar sambil menatap Alena yang tertawa tergelak – gelak di belakang.     

"Aku tahu.. itu. Makanya Aku merasa sangat berdosa telah membohongi Pangeran Thalal. Semoga Pangeran Thalal memaafkan kesalahanku " Kata Alena sambil dalam hatinya berdoa.     

Dan memang benar sesampainya di rumah, Pangeran Thalal sudah berdiri di depan rumah ditemani oleh Cynthia. Dia sudah mengirim beberapa penjaga untuk mencari Alena. Ia tidak dapat menghubungi Nizam karena memang Nizam belum sempat mengurus handphonenya. Begitu melihat mobil Amar datang, Pangeran Thalal langsung berlari dan menghampiri mobil itu.     

"Ya Alloh Alhamdulillah Kakak Putri.. Kau selamat" Kata Pangeran Thalal sambil membukakan pintu mobil belakang. Alena keluar sambil cengengesan merasa bersalah,     

"Maafkan Aku, Thalal. Aku menyesal. Apakah Kakakmu Nizam belum kembali ? " tanya Alena sambil celingukan mencari Nizam.     

Pangeran Thalal menggelengkan kepalanya sambil berlinang air mata. " Dia belum menghubungi, Aku tidak tahu apa yang harus Aku lakukan kalau seandainya begitu Ia pulang, Kakak Nizam tidak dapat menemukan Kakak Putri di rumah" Kata Pangeran Thalal sambil melirik ke arah Cynthia.     

Alena tertegun melihat wajah Cynthia yang pucat pasi menatapnya. Alena melihat aura Cynthia yang sangat menakutkan. Dengan menundukkan kepalanya Ia menghampiri Cynthia. Dengan wajah masam Cynthia bertanya, " Darimana Kau ?" Katanya pedas.     

Alena menelan ludahnya, tiba – tiba Ia menjadi ketakutan terhadap Cynthia. Melihat Alena tidak menjawab pertanyaannya, Cynthia kembali bertanya setengah berteriak,     

"Darimana Kau ? "     

Akhirnya Alena menjawab dengan terbata – bata, " Dari Kediaman Pangeran Barry.."     

"PLAK..." Cynthia menampar pipi kiri Alena hingga wajah Alena terpaling ke kanan     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.