CINTA SEORANG PANGERAN

Aku Juga Akan Menikahi Amrita



Aku Juga Akan Menikahi Amrita

Pangeran Abbash sendiri sama saja sedang didandani oleh pelayan. Dari pagi Ia sudah datang dari kediamannya. Dia membawa seorang asisten laki- laki dan dua orang pengawal pribadi. Semuanya laki - laki. Ada sekitar lima orang perias yang disediakan oleh Alena untuk merias Pangeran Abbash.      

Pangeran Abbash duduk manis di depan kaca ketika seorang penata mulai mengoleskan pelembab ke wajah Pangeran Abbash yang begitu halus mulus. Perias itu adalah seorang pelayan wanita dari kerajaan Azura yang memang sudah sangat berpengalaman. Ia terbiasa merias putri dan pangeran tetapi merias pangeran seperti Abbash ini adalah yang pertama kali.     

Tanpa di rias wajah pangeran Abbash sudah teramat tampan dan tanpa di olesi pelembab sebenarnya kulit itu sudah sangat halus, lembut dan lembab. Jadi sebenarnya pengolesan pelembab ke wajah Pangeran Abbash seperti menyalakan lampu pada siang hari. Sungguh tidak ada gunanya.     

Bahkan ketika Ia akan mengaplikasikan lipstick ke bibir Pangeran Abbash, perias itu malah tertegun sambil memperhatikan deretan lipstick yang berwarna - warni pada kotak kosmetiknya. Melihat si perias malah tertegun. Pangeran Abbash mengerutkan keningnya dan berkata,     

"Apa yang kamu lakukan ? Cepatlah meriasnya ! Aku sudah pegal. Aku ingin segera minum secangkir kopi. " Kata Pangeran Abbash sambil menatap si pelayan itu dengan matanya yang indah.     

"Ma.. maafkan Hamba Yang Mulia. Tetapi tidak ada satupun lipstick yang merah warnanya melebihi warna bibir yang Mulia. Bibir Yang Mulia sudah merah alami " Kata Si perias itu sedikit ketakutan.     

Sebagai rakyat Azura, Ia tahu betul bagaimana karakter Pangeran Abbash yang katanya berwajah tampan tetapi sangat kejam. Jadi Ia sebenarnya sangat ketakutan ketika Alena menyuruhnya untuk merias Pangeran Abbash. Tetapi Alena memberikan jaminan kalau Pangeran Abbash sekarang sudah jinak.     

Pangeran Abbash mengangkat alisnya yang tebal lalu Ia berdiri. Rambutnya yang panjang itu kini tergerai sepinggang. Hitam dan sangat lurus. Tubuhnya sangat tinggi dengan badan yang ramping proposional.      

"Kalau begitu tidak usah memaksakan. lagipula kenapa pengantin pria harus dirias pula " Pangeran Abbash mengomel - ngomel. Tetapi Ia tidak berani berbuat apa - apa karena Alena yang memerintahkannya. Mana berani Ia membantah wanita yang pernah terukir dalam hatinya. Walaupun Ia berusaha mengikis rasa cintanya kepada Alena tetapi bukan berarti Ia tidak perduli dengan Alena.     

"Kalau demikian, izinkan hamba untuk mengikat rambut yang Mulia agar tidak tergerai. " Kata si perias sambil memberikan isyarat agar penata rambut segera datang untuk mengikat rambut Pangeran Abbash.     

Pangeran Abbash kembali duduk dan bibir sedikit mencebik. Ia sudah mulai kesal karena Ia juga harus membiarkan rambutnya disisiri dan diikat. Biasanya Ia suka menggulung rambutnya lalu menyembunyikannya di dalam topi. Sehingga selain topi itu menutupi wajahnya juga menutupi rambutnya yang kini Ia biarkan panjang tergerai.     

Ketika Pangeran Abbash sudah diikat rambutnya. Penata rambut itu lalu mengenakan penutup kepala di kepala Pangeran Abbash. Penutup kepala khas pengantin Azura. Pakaian pengantin Pangeran Abbash juga berwarna merah dan berpasangan dengan pakaian Lila.     

"Apakah calon istriku sudah selesai diriasnya " Kata Pangeran Abbash sambil kemdian merentangkan kedua tangannya ketika para pelayan merapihkan pakaiannya.     

"Sudah selesai Yang Mulia. Putri Lila sudah menunggu di kamarnya untuk dipanggil ke tempat akad pernikahan.     

"Ia pasti sangat cantik.." Kata Pangeran Abbash sambil tersenyum mesum. Dulu sebelum jatuh cinta kepada Alena hampir setiap malam Ia tidur dengan berbagai macam gadis yang cantik dan muda - muda. Bahkan Ia bisa tidur dengan beberapa orang gadis sekaligus. Tetapi sejak Ia jatuh cinta kepada Alena. Ia menghentikan semua kegiatan mesumnya.      

Tetapi sebagai laki - laki normal, Ia tidak dapat menghilangkan tuntutan kebutuhan batinnya. Jadi membayangkan malam ini Ia akan memperoleh kembali kesenangan yang dulu sempat hilang. Pangeran Abbash menjadi sangat bersemangat dan bergairah. Ia sudah lama tidak melihat wanita menangis di bawah tubuhnya. Atau memekik karena berhasil mendapatkan kepuasan yang didapatkan dari Pangeran Abbash.     

Selama Ia menyentuh wanita pangeran Abbash tidak pernah mempertanyakan apakah wanita itu masih suci, gadis atau janda. Ia juga tidak pernah melihat derajat wanita itu, Apakah anak seorang petinggi atau bahkan istri orang yang tersakiti oleh suaminya atau seorang pelayan. Sepanjang Ia butuh pelampiasan atau suka kepada wanita itu maka Ia akan melakukannya.     

"Yang Mulia benar. Putri Lila sangat cantik " Kata pelayan itu mencoba tersenyum, diam - diam Ia mengintip lesung pipit di pipi Pangeran Abbash tidak sadar Ia mengguman.     

"Tetapi kecantikannya tidak ada apa - apanya dibandingkan Yang Mulia " Kata penata rias itu kepada Pangeran Abbash. Mulut Pangeran Abbash jadi tersenyum,     

"Maksudmu adalah, Aku akan terlihat lebih cantik dari pengantin wanita? " Kata Pangeran Abbash sambil melirik ke arah penata rias.     

"Be.. benar " Kata penata rias itu sambil tergagap ketakutan.     

"Kenapa kau terlihat begitu ketakutan kepadaku ? Kau pikir Aku macan yang akan menerkammu ?" Kata Pangeran Abbash sedikit kesal melihat sipenata rias itu selalu tergagap bahkan sedikit gemetar berada di dekatnya. Kalau saja Pangeran Abbash masih belum bertobat mungkin si penata rias itu sudah Ia seret ke atas tempat tidur dan menghukumnya dengan melayani dirinya sampai merangkak.     

Tapi sekarang Ia sama sekali tidak ingin melakukan hal dosa itu lagi. Ia mau bertobat dan melakukan penebusan dosa dengan hanya melakukan pada istri - istrinya. Atau mungkin hanya satu istrinya saja yaitu Lila.     

Pangeran Abbash kemudian menyuruh para pelayan pergi.     

"Samir.. jam berapa akadnya berlangsung ? Aku sudah gerah dengan pakaian ini. Pakaian ini bertumpuk - tumpuk membuat Aku gerah " Kata Pangeran Abbash sambil mengambil minuman yang disodorkan oleh salah seorang pengawalnya.     

"Mari kita pergi sekarang saja. Di luar iring - iringan pelayan yang membawa mas kawin dan persembahan kepada pengantin wanita sudah menunggu dari tadi." Kata asisten Pangeran Abbash.     

"Yang Mulia.. apa Anda yakin tidak akan memberitahukan orang tua anda ? " Kata Samir kepada Pangeran Abbash.     

"Aku sudah meminta restu ibunda tetapi Aku tidak berani berkata kepada Ayahanda. Kau tahu dia sedang stress karena kasus Kakak Barry. " Kata Pangeran Abbash sambil mengusap dagunya yang runcing indah.     

"Apakah Yang Mulia merasakan kalau ada kemungkinan pergeseran Pangeran Putra Mahkota ? " Kata Samir.     

Pangeran Abbash malah memutar - mutar pergelangan tangannya.     

"Aku tidak berminat menjadi putra mahkota"     

"Tetapi Yang Mulia adalah Pangeran tertua kedua setelah Pangeran Barry " Kata Samir.     

"Kau tahu kalau Aku memperistri Lila. Dan dia itu janda, kau pikir para tetua akan tinggal diam kalau istri pertama pangeran Putra mahkota seorang janda ? Tidak .. tidak.. Aku ingin membawa istriku tinggal di Skotlandia jauh dari Zamron. Aku juga menikahi Amrita. "     

"Tetapi Amrita dijodohkan dengan Pangeran Husen ? " Kata Samir perlahan.     

"APA ? " Hampir copot mata Pangeran Abbash saking kagetnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.