CINTA SEORANG PANGERAN

Yang Mulia Tidak Adil



Yang Mulia Tidak Adil

"Aku sepertinya akan pulang saja. Menunggu di sini terlalu lama juga tidak terlalu bagus untuk keamanan kami. Karena kalau kau kembali pasti sebagian besar pengawal dan pelayan akan ikut pulang juga. Dan Aku memang tidak membawa banyak pengawal. Aku tidak terlalu suka dengan banyak pengawal " Kata Pangeran Abbash kepada Nizam.      

Selama ini Pangeran Abbash memang selalu menyamar dan bersikap seperti orang biasa. Tidak ada satupun yang mengenalinya karena kepandaiannya dalam menyamar. Ia sangat ahli merias wajah untuk mengecoh musuhnya jadinya Ia tidak pernah dikelilingi oleh banyak pengawal.     

"Yah Aku pun dulu sama seperti itu. Sewaktu belum menikah Aku hanya membawa dua orang pengawalku yaitu Fuad dan Ali. Bahkan Aku tidak membawa asistenku karena terlalu mencolok. Sepanjang kuliah di Amerika selama tujuh tahun tidak ada satupun yang mengenaliku sebagai seorang pangeran jadi Aku merasa aman – aman saja.     

Aku baru membawa banyak pengawal ketika Aku sudah menikah karena beberapa kali Alena terkena masalah. Itulah sebabnya Aku membeli rumah ini dan membawa banyak pengawal serta pelayan. Itu semata – mata untuk menjaga keselamatan istri dan anakku.     

"Aku tahu itu, Kau ingin mengatakan kepadaku bahwa Aku harus membiasakan diri membawa pengawal banyak untuk menjaga keselamatan kami"     

"Kau benar, sesakti apapun kita kalau sampai pasangan kita terancam maka kita akan menjadi orang yang paling tidak perdaya. Orang boleh saja memukulku, Aku masih bisa menahan rasa sakit itu tetapi jika ada orang yang menyakiti Alena dan anak kami maka Aku tidak akan pernah mampu menahannya. Kau akan mengerti itu ketika kau sudah menyata secara lahir dan batin" Kata Nizam kepada Pangeran Abbash.     

"Yah.. Aku memahami sekali maksud dari perkataanmu " Kata Pangeran Abbash. Sesaat kemudian mereka terdiam kemudian Nizam bertanya lagi,     

" Kau akan pulang naik apa ? Mau ikut pesawatku kah ?" Kata Nizam menawarkan kepada Pangeran Abbash. Pangeran abbash menggelengkan kepalanya.     

"Aku sudah menyiapkan pesawatku sendiri. Aku akan segera meminta asistenku untuk menyiapkan keberangkatan kami. Mungkin Aku akan segera meminta asistenku untuk mengurus perizinan terbang bagi pesawatku " Kata Pangeran Abbash.     

"Ya, Aku juga meminta Arani dan Jonathan untuk mengurus perizinan dari penerbangan pesawat kami" Nizam menjawab. Kemudian mereka tampak berbicara dengan akrab dan santai.     

Amar sedang mengecek data dan kelengkapan dari para pengawal dibantu dengan Imran. Ketika mereka sedang sibuk berdua datang Zarina dengan pakaian merah menawan membawa nampan berisi makanan yang terbuat dari susu dan tepung serta direndam madu. Imran terkesiap melihat wanita yang baru pertama kali dilihatnya itu sedangkan Amar tidak mengetahui kalau istrinya yang datang karena Ia sibuk memberikan perintah tetang persiapan dari para pengawal. Ia juga sibuk mendata ulang senjata yang mereka miliki jangan sampai ada yang tertinggal.     

"Mari silahkan Tuan Imran.. Ini adalah gulab janum untuk cemilan siang. Di makan bersama kopi rempah yang pait akan menambah kenikmatannya" Kata Zarina sambil menyimpan di depan Imran. Imran malah terpana melihat kecantikan wajah Zarina.     

"Kau siapakah ? Pelayankah ? Tetapi seumur hidupku Aku belum pernah melihat pelayan secantik dirimu. Aku seperti pernah melihatmu tetapi dimana ?" Kata Imran sambil mengambil nampan dari tangan Zarina. Tangannya kemudian mengambil satu dan memasukan ke dalam mulutnya. Maka raas makanan manis itu seakan lumer dimulutnya sangat manis dan lembut serta wangi bunga mawar.     

Imran memejamkan mata menikmati kelejatan yang membelai lidahnya, " Ya Alloh ini sangat nikmat sekali.. manisnya sangat pas. Gulab janum ini tidak terlalu manis dan sangat harum. Dari kemarin Aku heran mengapa banyak makanan India yang enak – enak " Kata Imran sambil terus memperhatikan wajah Zarina. Ia seperti mengenal wanita itu entah dimana. Imran berusaha menajamkan ingatannya tetapi Ia masih tidak bisa mengingat siapan wanita yang ada dihadapannya.     

Zarina sendiri baru mau menjawab ketika Amar datang sambil mengusap wajahnya oleh sapu tangan. Melihat Zarina Ia langsung tersenyum lebar. Zarina berlari dan memeluk leher Amar. Amar merangkul pinggang ramping itu dan mengecup bibir Zarina dengan penuh kelembutan.     

Imran ternganga melihat adegan itu bahkan Ia tidak jadi memasukan makanan gulab janum kedua ke dalam mulutnya. Mulutnya malah terbuka lebar dengan posisi gulab janum berada di depan mulutnya. Amar ? Temannya yang sebenarnya sangat pemalu terhadap wanita mencium gadis di depannya. Apa diluar sedang hujan angin ?     

" Nah.. Zarina perkenalkan ini adalah Jendral Azura salah satu jendral terbaik dari Azura. Dia bernama Imran. Jendral Imran kau boleh memanggilnya seperti itu" Kata Amar sambil mengelus kepala istrinya.     

"Salam Jendral Imran.." Kata Zarina sambil menangkupkan kedua tangannya di dada lalu mengangguk hormat.     

"Si..siapa memang wanita ini ?" Kata Imran sambil menatap terus ke wajah Zarina yang memang sangat cantik seperti bintang bollywood.     

"Dia istriku ?" Kata Amar dengan bangga     

"Istrimu ?? Kapan kau menikah ? Mengapa Aku tidak tahu ?" Kata Imran dengan memasang wajah bodoh.     

"Tentu saja saat kau di Azura, Yang Mulia Nizam menikahkan kami " Kata Amar masih dengan wajah bangga.     

"Mengapa Aku berada lama bersama Yang Mulia Nizam tetapi Yang Mulia tidak pernah menikahkan Aku dengan siapapun " Kata Imran terlihat mengerutkan keningnya tanda kesal karena Ia merasa Kalau Nizam sudah bertindak tidak adil.     

"Ini sangat tidak adil " Kata Imran lagi.     

"Siapa yang tidak adil ?" Tiba – tiba suara Nizam terdengar di belakang mereka. Imran kaget mendengar suara Nizam di belakangnya. Ia segera berdiri dan langsung membungkuk memberikan hormat sambil memasang wajah ketakutan. Nizam berdiri di depan mereka ditemani oleh Fuad dan Ali. Ali tampak membuang pandangan matanya ke arah lain. Ia tidak masih tidak sanggup menatap kebahagiaan pasangan di depannya. Ia masih belum bisa menerima kenyataan kalau Zarina yang sangat Ia cintai menikah dengan orang lain.     

"Mmm.. ampuni hamba yang Mulia. Hamba tidak bermaksud mengatakan kalau Yang Mulia tidak adil.. Hamba hanya bercanda" Kata Imran sambil tertunduk. Ia jadi malu karena kepergok sedang membicarakan Nizam bahkan mengatakan kalau Nizam sudah berbuat tidak adil     

"Kau jangan membodohiku dengan mengatakan hal seperti itu. Kalau kau maksud Aku bertindak tidak adil sebutkan tidak adil sebelah mana ? Aku tidak menikahkanmu karena kau tidak pernah menunjukkan bahwa kau pernah jatuh cinta.     

Bukankah kau lebih dulu bertemu dengan Zarina dibadingkan Amar ? " Kata Nizam sambil berjalan melangkah ke depan dan duduk di kursi bertumpang kaki.     

"Hamba bertemu dengannya ? Tetapi kapan ? dan Dimana ? " Imran menjadi penasaran Ia lupa lagi kapan pernah bertemu Zarina. Pantasan dari tadi Ia merasa pernah bertemu dengan Zarina tetapi dimana ?     

"Itulah Kau saja lupa pernah bertemu dia dimana. bagaimana kau mau menikah kalau setiap bertemu wanita kau memasang wajah dingin dan tak acuh"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.