CINTA SEORANG PANGERAN

Aku Tidak Bersedih Karena Kakakku



Aku Tidak Bersedih Karena Kakakku

Lila menatap mata Pangeran Abbash dengan matanya yang jernih. Melihat wajah istrinya yang sendu itu membuat Pangeran Abbash malah membenamkan ciuman lembut ke bibirnya. Pangeran Abbash menciumnya seakan – akan Ia tidak pernah mencium wanita sebelumnya. Begitu lembut dan syahdu membuat hati Lila mengawang – ngawang. Ia memeluk leher Pangeran Abbash dan saling menautkan jemarinya.     

Suasana menjadi hening sesaat, Pangeran Eshar sampai membuka matanya karena merasakan suasana yang lain. Tadi Ia mendengar suara riuh rendah orang – orang yang sedang berbicara tetapi sekarang begitu hening.     

Sayangnya Pangeran Ezhar masih belum tahu situasi yang terjadi andaikan Ia sudah bisa bicara dan mengerti mungkin Ia akan teriak, " Woy.. Ayah dan Bunda lagi apa ?"     

Setiap Lila menarik ciumannya Pangeran Abbash meraupnya lagi, tetepi ketika giliran Pangeran Abbash menarik ciumannya Lila malah yang meraupnya lagi. Sehingga ciuman mereka tidak ada akhirnya.     

Sampai akhirnya Lila menyerah, "Aku give up " Katanya sambil mendorong dada Pangeran Abbash. Pangeran Abbash tersenyum manis Ia mengusap bibir istrinya yang basah oleh jempol tangannya.     

"Ludahmu begitu manis.." Kata Pangeran Abbash membuat wajah Lila yang putih itu memerah. Kulit Lila memang lebih putih dibandingkan Alena tetapi kalau disandingkan dengan kulit Pangeran Abbash tentu saja kalah putih. Tetapi setiap Lila tesipu – sipu malu maka kulit Lila akan merah merona dan itu membuat kecantikannya semakin terlihat indah.     

"Kau juga sangat cantik, Apa wanita di negaramu selalu memiliki kecantikan yang menawan ?" Kata Pangeran Abbash menjadi penasaran. Tangannya mengelus pipi halus Lila.     

"Tentu saja. Kami memiliki kecantikan dari hati yang membuat wanita di negara Kami sangat istimewa. Para wanita di Indonesia memiliki kebebasan berpikir dan bertindak tetapi tetap mengingat kodrat kami sebagai wanita.     

Kami disandingkan sejajar dengan kaum pria tetapi tetap menghormati kedudukan pria sebagai kepala keluarga. Tingginya pendidikan wanita di negara tidak menjadikan kami menginjak martabat kaum pria tetapi kami tetap penghargaan kepada ayah dan suami yang terpenting.     

Itulah yang menjadikan kami memiliki kecantikan yang lebih dari wanita di negara lain. Kami berada di tempat yang semestinya. " Kata Lila sambil mengelus rambut Pangeran Abbash yang lembut. Saking lembutnya Lila sampai merasa kalau Ia sedang mengelus kain sutra. Pangeran Abbash bertepuk tangan takjub dengan perkataan Lila.     

"Sungguh Aku beruntung mendapatkan istri dari Indonesia " Kata Pangeran Abbash dengan mata berbinar. Duh itu mata.. kilauan bintang saja kalah gemerlap dengan mata Pangeran Abbash yang sangat cantik.     

"Aku juga sangat beruntung mendapatkan suami sepertimu " Kata Lila sambil tak bosan – bosan menatap ketampanan suaminya. Suaminya lebih mirip boneka dibandingkan manusia.     

"Apa karena Aku pintar di tempat tidur ?"     

"Ih.. enggaklah.. Aku belum merasakan kepintaranmu dalam hal itu ?" Kata Lila sambil mendadak merasakan rasa sakit lagi.     

"Oh.. ya Aku lupa kalau jalannya masih belum terbiasa dengan kendaraan baru. Seharusnya harus sering dibiasakan agar lancar." Kata Pangeran Abbash sambil menatap ke arah tubuh Lila. Lila meringis.     

" Tidak ah.. ukuran kendaraannya terlalu besar, sangat mengerikan " Kata Lila sambil menutup wajahnya.     

"Maka dari itu jalannya harus dibiasakan menampung kendaraan yang ukurannya besar "     

"Iya baiklah.. tapi tidak sekarang, Jalannya masih sedang dalam perbaikan "     

"Oh.. iya Aku lupa. Baiklah sopirnya akan sabar menanti "     

Lila tertawa terbahak – bahak mendengar kata – kata Pangeran Abbash. Ia tidak mengira kalau Pangeran Abbash akan selucu itu. Padahal dulu Ia mendengar Kalau Pangeran Abbash ini orangnya begitu kejam dan sadis.     

Pangeran Abbash hanya mesem – mesem saja melihat Lila yang tertawa ngakak. Pertama kali saat Ia mengintai Lila, wajah Lila itu begitu mendung dengan mata penuh air mata kesedihan. Sejak Alena memintanya menikahi Lila, Pangeran Abbash sudah langsung mengintainya dan Ia selalu memperhatikan tiada hari tanpa air mata. Wajahnya muram dan tidak ada gairah hidup. Hampir tidak ada senyum pada wajahnya dan Ia juga jarang berkata – kata tetapi sekarang Ia melihat kebahagiaan Lila kembali pulih.     

Pangeran Abbash jadi ragu untuk bercerita, Ia takut Lila menjadi ketakutan saat mendengar Ia akan membawa Lila ke istana dan mempertemukannya dengan ibundanya.     

Melihat Pangeran Abbash yang terdiam membisu, Lila segera menghentikan tawanya.     

"Mengapa Yang Mulia malah terdiam ? Dan apa yang sebenarnya tadi hendak Yang Mulia bicarakan dengan ku? " Kata Lila sambil menatap Pangeran Abbash dengan penuh rasa heran.     

"Aku malah menjadi takut kalau ceritaku akan merusak kebahagiaanmu " Kata Pangeran Abbash sambil menghela nafas.     

"Ceritakanlah ! Sepanjang Kau ada disisiku dan berjanji tidak akan meninggalkan Aku kecuali maut dan takdir Tuhan yang akan memisahkan kita. Tidak akan ada yang merusak kebahagiaanku " Kata Lila dengan perasaan mantap.     

"Pangeran Barry Kakakku terkena hukuman oleh para tetua kerajaan. Gelar Putra Mahkotanya di cabut dan Ia diasingkan ke pulau terpencil " Kata Pangeran Abbash. Lila memandang dengan takjub. Apakah ini hukuman untuk Pangeran Barry ? Apakah doanya sudah dikabulkan oleh Tuhan ?     

Dulu Lila sangat bersedih karena kehilangan suaminya dan Ia ingin sekali membalas dendam kepada Pangeran Barry. Ia juga kemudian mendendam kepada Ayah mertuanya atas kekejaman Yang diberikan oleh mereka kepada wanita yang lemah dan tidak berdaya seperti Lila.     

Kini tanpa Ia turun tangan rupanya Tuhan mendengar doa yang tidak terucap dari wanita yang teraniaya. Lila sama sekali tidak mendoakan mereka dalam kejahatan. Ia hanya ingin agar kedua orang itu mendapatkan balasan atas perbuatannya. Dan semuanya sekarang seakan telah terjawab. Orang jahat terkadang mendapatkan balasan yang setimpal kecuali kalau mereka termasuk ke dalam golongan orang – orang yang bertaubat.     

Pangeran Barry di lepaskan dari gelarnya dan itu pasti sangat menyakitkan bagi Pangeran Barry yang selalu haus dengan gelar dan kekuasaan. Sedangkan ayah mertuanya yang berniat akan membunuhnya kita dia mati karena bunuh diri. Sungguh jalan hidup yang tragis.     

Tadinya Lila ingin memperlihatkan wajah sedikit penuh kepuasaan di hadapan Pangeran Abbash tetapi kemudian Lila menelan kegembiraannya. Walau bagaimanapun Pangeran abbash adalah adik dari Pangeran Barry. Dan sekarang kakaknya sedang mendapatkan masalah masa iya sebagai adik ipar Ia malah tertawa penuh rasa bahagia. Jadinya Ia kemudian berpura – pura turut berbelasungka.     

"Kau tentu sangat bersedih atas nasib kakakmu. Karena itu Aku turut bersedih juga dengan keadaan kakakmu " Kata Lila sambil mengusap bahu Pangeran Abbash. Tetapi wajah Pangeran Abbash menjadi beringas mendengar kata - kata Lila.     

 "Aku tidak bersedih karena nasib Kakakku. Kakakku mendapatkan balasan yang setimpal akibat perbuatannya. Ia banyak memperalat diriku sehingga Aku menjadi orang yang jahat " Kata Pangeran Abbash tampak kesal dan geram.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.