CINTA SEORANG PANGERAN

Kebingungan Pangeran Husen



Kebingungan Pangeran Husen

Di dalam Pesawat Pangeran Husen     

Pangeran Husen sengaja pulang duluan dan tidak bersama Kakaknya. Ia ingin segera bertemu dengan Amrita dan memberitahukan tentang pernikahan Pangeran Abbash kepadanya. Ia tidak enak kalau harus memberitahukan berita sesedih ini melalui telepon. Ia ingin berbicara langsung dengan Amrita.     

Di pesawat Pangeran Husen tidak banyak berbicara sehingga asistennya Maya hanya menatapnya dari kejauhan. Di depan gadis cantik itu terhidang teh hijau dari Jepang. Rasanya sedikit lebih pahit dari teh Kerajaan Zamron. Teh yang berwarna hijau sedikit pekat itu diminum tanpa didampingi pemanis apapun.     

Kalau Teh Kerajaan Zamron biasanya ditambahi rempah – rempah atau madu atau susu tetapi Teh Hijau dari Jepang ini di minum tanpa tambahan apapun dan Maya sangat menyukai rasanya. Ia tahu Pangeran Husen sedang galau karena ingin menyampaikan berita buruk kepada Amrita. Ia mungkin sekarang sedang sibuk membuat rangkaian kata – kata yang semanis madu agar Amrita tidak terguncang.     

Maya sendiri bukanlah orang yang romantis dan Ia sama sekali tidak ingin memberikan saran apapun untuk majikannya itu. Kalau saran tentang bagaimana menghajar musuh atau lawan mungkin Ia akan jabani dengan sukarela tetapi kalau Ia harus menasehati pangeran Husen tentang hal keromantisan Ia angkat tangan tinggi – tinggi.     

Sejak semula ketika Ia diminta untuk menjadi asisten Pangeran Husen, Ia sebenarnya tidak terlalu suka karena Ia tahu persis kalau Pangeran Husen berbeda dengan Pangeran Azura lainnya. Pangeran Husen sedikit pecicilan dan genit. Entah mengapa Ratu Aura malah memintanya untuk menjadi asisten anaknya. Apa karena memang Ia judes dan kecut terhadap laki – laki sehingga Ratu Aura akan merasa aman kalau anaknya didampingi oleh Maya.     

Ratu Aura tahu kalau Pangeran Husen tidak bisa melihat wanita bening sedikit pasti digodanya. Walaupun Cuma sekedar kata – kata dan tidak menggoda dalam arti sebenarnya tetapi sebagai seorang ibu tetap khawatir kalau anaknya akan gelap mata. Karena Maya ini berani menghajar siapapun yang menggodanya termasuk para pangeran.     

Prinsipnya Ia tidak takut mati daripada badannya disentuh oleh seorang pria dan pangeran Husen tahu itu sehingga Ia sama sekali tidak berani menggoda asistennya itu. Maya juga sedikit protektif kepada Pangeran Husen. Kalau Pangeran Husen sudah sedikit keterlaluan Ia tidak segan – segan menegur pangerannnya itu. Bahkan Ia berani mendobrak kamar ketika Pangeran Husen sedang berbincang – bincang berdua di kamar tertutup dengan seorang penjaga perpustakaan kerajaan.     

Walaupun Pangeran Husen tidak melakukan apa – apa tapi Maya tidak suka mereka berduaan di dalam. Mereka bukan muhrim dan sangat diharamkan berdua – duaan di tempat sunyi. Waktu itu kebetulan dia sedang tidak enak badan sehingga Ia izin untuk tidak mendampingin Pangeran Husen. Tetapi ketika ia sedang istirahat Ia mendengar dari mata – matanya kalau Pangeran Husen membawa masuk seorang gadis penjaga perpustakaan ke dalam kamar.     

Dan Maya langsung bangun dari tidurnya dan berlari ke tempat Pangeran Husen lalu dengan sekali tendang Ia menendang Pintu kamar itu hingga Pangeran Husen dan penjaga perpustakaan itu berteriak kaget. Waktu itu walaupun kesal Pangeran Husen tidak berani berbuat apa – apa kepada Maya. Ia tahu Maya tidak perduli kalau Ia harus mati hanya demi menegakkan kebenaran. Jadi akhirnya Ia hanya pasra ketika Maya meminta gadis penjaga perpustakaan itu pergi selamanya dari pangeran Husen.     

Maya sedikit tenang ketika Pangeran Husen sudah menikah walaupun itu hasil dijodohkan dan pangeran Husen sama sekali tidak mencintai gadisi itu. Setidaknya Pangeran Husen tidak terlalu pecicilan lagi setelah memiliki istri. Sekarang tampaknya Ia sedang jatuh cinta kepada Amrita dan Maya sangat yakin kalau ini cinta pertama pangeran Husen.     

Maya belum pernah melihat wajah Pangeran Husen semurung ini dan seperduli ini kepada seorang wanita. Bahkan ketika Maya menyuruh gadis penjaga perpustakaan itu pergi dari sisi Pangeran Husen wajah pangeran Husen tidak murung sedikitpun. Ia hanya sedikit kesal dan mengomel tapi tidak lama kemudian Ia malah nyengir melihat Maya melotot kepadanya dan bahkan menantangnya berkelahi. Mana berani Ia melayani si cantik Maya berkelahi, bisa – bisa Ia dihajar Ratu Aura ibunya.     

Maya mendengar Pangeran Husen mendesah terkadang menghembuskan nafas panjang. Makanan dan minuman yang berderet di meja tidak ada satupun yang Ia makan atau minum. Pikirannya penuh dengan wajah Amrita. Ia bukannya senang karena Pangeran Abbash tidak berniat menikahi Amrita tetapi Ia malah resah menyampaikan berita pernikahan Pangeran Abbash dengan Lila kepada Amrita.     

Pangeran Husen masih ingat bagaimana mata cantik Amrita yang penuh harap ketika Ia meminta Pangeran Husen mencari kabar tentang kekasihnya itu. Cinta yang tidak berbalas memang terkadang sangat menyakitkan bagi orang – orang yang menghambakan hidupnya untuk sebuah arti kata cinta.     

Sesaat kemudian Ia melihat asistennya itu malah tampak santai sambil meminum secangkir teh hijau. Timbul rasa kesalnya kepada asistennya itu. Sungguh keterlaluan, apa Ia tidak tahu kalau majikannya sedang gundah. Diantara semua saudara – suadaranya perasaan asistennya yang paling aneh. Jika kakaknya Nizam memiliki Asisten yang begitu setia kepadanya bahkan rela mengorbankan jiwanya untuk Nizam dan Kakaknya Thalal memiliki asisten pribadi yang begitu lemah lembut. Andhara ini selain jagoan Ia juga sangat lembut kepada Thalal.     

Sedangkan asistennya sangat galak dan terkadang sedikit menyebalkan. Maya lebih membela ibunya dari pada membela dirinya. Maya lebih mirip mata – mata ibunya dibandingkan dengan asistennya. Dan yang paling membuatnya aneh adalah kho ada wanita yang begitu tidak perduli dengan lawan jenisnya sementara itu Pangeran Husen tahu pasti kalau asistennya itu wanita normal. Buktinya ketika melihat Pangeran Abbash, Maya langsung ngeces kaya bayi. Sungguh menyebalkan.     

"Maya !! " Akhirnya Pangeran Husen tidak tahan lagi untuk tidak berteriak memanggil asistennya itu. Maya malah meliriknya sedikit sambil kembali menyeruput tehnya. Membuat Pangeran Husen menjadi geram.     

" Mengapa kau diam saja ? " Kata Pangeran Husen sambil melotot.     

"Terus, Hamba harus melakukan apa ? Tari perut ? " Kata Maya sambil senyum – senyum melihat majikannya yang sedang gundah.     

" Bukannya tari perut. Aku sama sekali tidak ingin melihat kau tari perut, bisa – bisa Aku muntah seharian melihat kau menari perut dengan wajah masam dan kecut itu" kata Pangeran Husen.     

Maya tidak marah mendengar kata – kata Pangeran Husen, Ia malah tertawa terbahak – bahak. Ia paling suka kalau melihat Pangeran Husen marah – marah. Wajah tampannya terlihat sangat lucu. Ia suka menggoda pangeran yang pecicilan itu. Salah sendiri Ia tidak bisa menahan pandangan mata terhadap wanita sehingga Ia harus bersikap galak untuk menjaganya agar tidak terjerumus kedalam kesesatan yang nyata.     

"Sudah jangan tertawa lagi ! Kau tahu Aku sedang pusing " Kata Pangeran Husen sambil memegang kepalanya yang terasa berputar – putar bagaikan gangsing     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.