CINTA SEORANG PANGERAN

Pangeran Husen yang Berhati Besar



Pangeran Husen yang Berhati Besar

Bagi sebagian laki – laki bahkan termasuk dirinya sangat sulit bersedia menerima istrinya dalam keadaan sudah terjamah orang lain. Kasusnya sangat berbeda dengan kesucian seorang janda. Menikahi seorang janda masih dipandang lebih baik daripada menikahi gadis yang belum menikah tetapi sudah tidak suci lagi.     

Jika seorang janda sudah tidak gadis lagi ya wajar saja karena memang statusnya pernah menikah dan itu bukan berarti dia sudah tidak suci lagi. Berbeda dengan gadis yang sudah tidak suci lagi. Ia belum menikah tetapi sudah menyerahkan tubuhnya kepada pria yang bukan suaminya     

Ini tentang moralitas seorang gadis, Bagaimana bisa disebut bermoral kalau seorang wanita menyerahkan tubuhnya kepada yang bukan hak nya. Entahlah kalau mereka tinggal dilingkungan yang memiliki kebebasan dalam berhubungan antara pria dan wanita.     

Dan sebagai seorang ayah, Ia merasa sangat berdosa telah membiarkan anaknya bertingkah laku seperti itu. Tetapi Ia tidak berdaya menghadapi Pangeran Abbash dan Pangeran Barry. Bagaimana mungkin Ia menolak ketika Pangeran Abbash memerintahkan putrinya untuk melakukan perintahnya seperti melakukan penyamaran yang ada kegiatannya dengan pekerjaan mata – mata yang cakupannya bisa sampai ke luar negeri.     

Ini sungguh sangat sulit baginya. Ia adalah kepala keluarga yang memiliki anggota keluarga yang cukup besar. Ia memiliki dinasti tersendiri dan para anggota keluarganya banyak yang menjadi pejabat kerajaan. Kalau sampai Ia berbuat hal yang tidak menyenangkan kepada dua orang pangeran itu maka habislah seluruh dinasti keluarganya.     

Ini bukan lagi tentang kehormatan anak gadisnya tetapi tentang keselamatan seluruh keluarganya yang jumlah bisa lebih dari seratus orang. Dan tadinya Perdana Menteri Amir mengira kalau Pangeran Abbash akan bertanggung jawab menikahi putrinya tetapi nyatanya sampai hari ini tidak ada berita sedikitpun yang sampai ketelinganya bahwa Pangeran Abbash akan melamar putrinya.     

"Ini salahku seutuhnya. Anakku tidak bersalah. Aku begitu tidak berdaya karena keselamatan seluruh keluargaku ada tanganku. Bagaimana bisa aku mempertaruhkan seluruh nyawa keluargaku hanya untuk kehormatan anak gadisku.     

Tolong sekali lagi, jangan salahkan anakku. Aku mengira kalau mereka saling mencintai karena mereka memang berteman sejak kecil. Mereka selalu bersama, bercanda dan tertawa. Aku berpikir suatu hari nanti mereka akan hidup bersama, menikah, memiliki anak dan hidup bahagia.     

Siapa sangka kalau Pangeran yang begitu manis, pangeran kesayangan seluruh kerajaan Zamron tumbuh menjadi sosok liar yang tidak terkendali. Kemanjaan yang Ia peroleh sejak kecil menjadikan Ia tidak memiliki tujuan hidup dan akhirnya celah ini diketahui oleh Kakaknya. Kakaknya yang ambisius menjadikan Pangeran Abbash menjadi tangan kanannya yang sangat ditakuti.     

Banyak gadis yang terjatuh ke dalam pelukan Pangeran Abbash. Dan yang membuat hatiku sesak adalah walaupun Amrita tahu Pangeran Abbash banyak bermain wanita tetapi Ia selalu setia mengikutinya.     

Ini adalah cinta yang tidak masuk di akal. Yang Mulia, Ayah mohon selamatkan Anak hamba satu – satunya itu. Ini adalah cinta dan penyesalan seorang Ayah yang tidak bisa mendidik anaknya dengan benar. Ayah tidak bisa menyalahkan Pangeran Abbash sepenuhnya karena kalau Amrita menolak mana mungkin akan terjalin hubungan terlarang diantara mereka.     

Apalagi mereka adalah teman sejak kecil. Pangeran Abbash memanfaatkan kelemahan dari anak hamba. Yang Mulia Hamba mohon. Semoga setelah mendengar cerita dari ayah. Apakah Yang Mulia masih bersedia menikahinya ?" Kata Perdana Mentri Amir sambil tertunduk.     

Pangeran Husen terdiam, sebenarnya apa yang dikatakan oleh calon ayah mertuanya itu jelas sudah Ia ketahui bahkan ada bagian yang tidak perdana menteri ketahui. Betapa hancurnya calon ayah mertuanya jika tahu kalau putrinyalah yang menjebak Pangeran Abbash untuk menidurinya. Ketika itu Pangeran Abbash bahkan belum mengenal wanita. Ia dijebak hingga kemudian Pangeran Abbash menjadi kecanduan untuk menikmati semua wanita yang menyukainya dan tentunya Ia sukai, baik hanya sekedar bersenang – senang atau Ia manfaatkan dengan tujuan lain.     

Pangeran Husen lalu berkata perlahan seakan menenangkan hati seorang ayah yang sedang gundah.     

"Ayah, Aku sendiri posisinya bukanlah sebagai pria yang masih sendiri. Aku sudah menikah dengan putri Elisa. Jadi Ayah aku sungguh tidak keberatan menikah dengan Amrita asalkan dia memang mau berubah menjadi lebih baik.     

Bagiku orang boleh saja memiliki masa lalu yang kelam tetapi setiap orang berhak untuk mendapatkan kesempatan kedua, ketiga atau seterusnya sepanjang orang masih mau memaafkan dan menerima kesalahannya. Bagiku sabar itu tidak ada batasnya karena jika ada batasnya itu bukanlah sabar.     

Aku akan bersabar menghadapi Amrita. Percayalah Ayah, bagiku asalkan Amrita bersedia menerimaku sebagai suaminya maka apapun yang terjadi Aku akan melindunginya sebagai seorang suami " Kata Pangeran Husen dengan jantan.     

Perdana Menteri Amir langsung memeluk Pangeran Husen dan membacakan hamdalah berulang kali bahkan mendoakan agar Pangeran Husen panjang umur.     

"Sungguh mulia hatimu Nak, Betapa beruntung ibumu telah melahirkan anak sesholeh dirimu. Semoga Yang Mulia panjang umur" Kata Perdana menteri Amir yang malah membuat Pangeran Husen menjadi menelan ludahnya sendiri.     

Sholeh darimananya kalau Ia sendiri senang berhura – hura. Tetapi mungkin ini adalah takdir yang Kuasa agar Ia dan Amrita dapat sama – sama saling memperbaiki kesalahan masing – masing.     

Selanjutnya perbicangan beralih ke topik yang ringan. Mobil melaju sudah mendekati kediaman dari Perdana Menteri Zamron. DI dalam kamar tampak Amrita yang sedang termenung di depan jendela. Kedua matanya tampak bengkak karena hampir tiada hari tanpa menangis. Ia masih belum mendengar kabar tentang pangeran Abbash.     

Kedua orang tuanya benar – benar melarangnya keluar rumah. Ia dijaga dengan ketat. Bahkan Ayahnya memerintahkan penjaga untuk menembak kakinya jika sampai Amrita berani melarikan diri. Kali ini ayahnya tidak main – main, mungkin kali ini Ayahnya lebih rela melihat Amrita mati daripada melakukan hal yang memalukan lagi.     

Dalam keadaan sadar tidak terbawa emosi, Amrita sangat memahami kemarahan ayahnya. Dulu setiap kali Ia pergi dari rumah Ia selalu bilang kalau ini tentang pekerjaannya dengan pangeran Abbash. Ia juga salalu bilang kalau semua orang sudah tahu kalau Ia dan Pangeran Abbash ada hubungan cinta dan Sultan Mahmud siap melamar dirinya begitu Pangeran Abbash siap.     

Tetapi sudah bertahun – tahun lamanya, lamaran itu tidak kunjung datang. Pangeran Abbash benar – benar tidak ingin menikahinya. Sehingga walaupun Sultan Mahmud dan Ratu Ariel menyuruhnya segera menikahi Amrita. Pangeran Abbash selalu menolaknya kalau Ia belum siap. Dan jika dipaksa Pangeran Abbash mengancam akan pergi di hari pernikahannya sehingga Ia akan memalukan seluruh keluarga.     

Kalau sudah seperti ini mau bagaimana lagi, Sultan Mahmud dan Ratu Ariel tidak berani memaksa lagi. Dan Amrita juga tidak berdaya meyakinkan Pangeran Abbash. Jadilah mereka melakukan percintaan hanya sebatas nafsu dan itu hubungan mereka menjadi hubungan tanpa status. Ini sungguh dosa besar bagi keduanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.