CINTA SEORANG PANGERAN

Tangisan Seorang Ayah



Tangisan Seorang Ayah

Wajah pucat perdana menteri Amir sekarang berubah menjadi kelam, Ia sangat malu, kesal dan marah kepada anaknya. Bagaimana bisa putrinya yang katanya wanita modern tetapi malah menangis hanya karena seorang laki - laki. Ini tidak bisa dibiarkan. Ia harus mengambil tindakan. Maka dengan penuh amarah yang sangat terlihat dimatanya yang begitu menyala. Perdana menteri Amir bangun dari duduknya dan tampak akan pergi ke kamar putrinya.     

Pangeran Husen tampak menyadari kemarahan dari calon ayah mertuanya itu dan Ia segera menghalangi langkah calon ayah mertuanya itu dengan tubuhnya. Pangeran Husen membungkukkan badannya dengan sopan.     

"Aku sangat menghargai Ayah sebagai Ayahanda dari Nona Amrita. Tetapi Aku mohon, tidak untuk memarahinya. hatinya sedang sangat terluka. Biarkanlah dia menangis sepuasnya. Katakanlah kepadanya nanti jika Ia sudah tenang kalau Pangeran Husen akan berbicara tetapi jika dia tetap tidak mau menerimaku.      

Aku mungkin akan pulang terlebih dahulu ke Azura. Aku harus menghadiri pesta penyambutan Kakakku. Mungkin Kakakku pulang sekitar dua hari lagi. Aku perkirakan dia akan tiba di Azura hari kamis malam.      

Jadi Aku akan pulang besok saja. Hari ini mungkin Aku ikut menginap di sini bersama para asisten dan pengawalku " Kata Pangeran Husen.     

Mata Perdana mentri Amir tampak berkaca - kaca karena terharu. Ia sungguh beruntung mendapatkan calon menantu yang begitu baik. Ternyata berita yang mengatakan kalau para Pangeran Azura itu banyak yang berakhlak mulia itu benar adanya. Kerajaan Zamron tidak seberuntung kerajaan Azura dalam memiliki pangeran yang berkualitas secara akhlak.      

"Izinkan Ayah untuk berbicara dengan Amrita. " Kata perdana menteri Amir     

Pangeran Husen menggelengkan kepalanya. Bukannya Ia turut campur dengan keluarga calon istrinya tetapi secara keturunan Ia lebih tinggi dari calon mertuanya jadi memang secara etika Ia tidak dianggap salah jika mengatur Calon mertuanya.     

Lagi pula memang Ia sangat tidak ingin Amrita sampai di marahi gara - gara dirinya. Ia sangat mencintai gadis malang itu. Ia akan berusaha menaklukan hatinya dengan kelembutan dan bukan dengan kekerasan. Bahkan Ia bersedia mengundurkan hari pernikahannya dua minggu lagi jika Amrita masih belum siap. Walaupun kelihatannya Ia menyangsikan kalau pernikahannya akan diundurkan mengingat keluarga calon istrinya pasti tidak ingin lagi menunda pernikahan ini.     

Perjodohan ini sudah tidak bisa ditawar lagi oleh Ayahnya Amrita apalagi berita pernikahan pangeran Abbash sudah mulai tercium di kerajaan Azura dan beritanya terasa menggemparkan istana Kerajaan Zamron. Hanya Amrita yang belum mendengarnya karena seluruh akses komunikasinya di putus ayahnya.     

Calon mertuanya kemudian duduk kembali dengan wajah masygul. Ia sungguh tidak punya muka dihadapan calon menantunya. Pria sebaik Pangeran Husen entah kapan bisa datang lagi. Dia seorang pangeran dari anak salah satu ratu utama kerajaan Azura.      

Dia adalah adik yang Mulia Pangeran Nizam yang begitu fenomenal. Bagaimana bisa anaknya itu begitu buta tidak bisa melihat mutiara yang bersinar. Mungkin dari segi wajah memang kalah jauh karena Pangeran Abbash memiliki ketampanan yang sangat memukau. Kehalusan kulitnya tidak ada yang menandingi. Dan bentuk matanya yang seperti almond itu sungguh mengguncangkan setiap hati yang menatapnya.     

Tetapi untuk apa ketampanan dari Pangeran Abbash kalau dia tidak mencintai Amrita. Sungguh akan sangat tersiksa hidup dengan mengemis cinta bagi perempuan. Kalaupun mereka jadi menikah hanya ada dua kemungkinan. Pangeran Abbash akan mengalah dan mencintai Amrita atau Pangeran Abbash akan mengabaikan Amrita selamanya.     

Itupun kalau seandainya Pangeran Abbash mau menikahinya. Ia menyangsikan itu. Siapa yang bisa memprediksi kalau Pangeran Abbash akan bersedia menikahi anaknya kalau sampai saat ini dia masih belum mendengar perkataan apapun dari Pangeran Abbash.     

"Yang Mulia, sebaiknya Yang Mulia beristirahat saja dulu. Ayah akan mencoba berbicara kepada Amrita setelah Amrita tenang. Sekali lagi Kami meminta maaf atas ketidaktahuan diri anak Kami. Sungguh Kami merasa bahwa Yang Mulia adalah penolong yang dikirim Alloh untuk menyelamatkan harga diri kami. Untuk itu terimalah hormat ayah sebagai manusia yang tidak berguna dan tidak berhasil dalam mendidik putri kami. " Kata Perdana menteri Amir sambil menjatuhkan tubuhnya dia berlutut kemudian menempelkan keningnya ke lantai sebagai hormat dia kepada calon menantunya itu.     

Pangeran Husen terkejut dengan sikap calon ayah mertuanya. Ia menggeser tubuhnya menjauh dari Perdana Menteri Amir. Ia segera membungkuk dan mengangkat pundaknya sambil berkata dengan suara gemetar.     

"Mengapa Ayahanda sampai mempermalukan hamba dengan melakukan seperti itu. jangan pernah lakukan itu lagi. Aku sungguh tidak pantas mendapatkan ini semua. Bukankah seharusnya Aku yang melakukan terhadap Ayah " Kata Pangeran Husen sambil kemudian memeluk calon ayah mertuanya.     

Perdana Menteri Amir tiba - tiba tidak dapat menahan air matanya. Tangisnya pecah karena derita yang Ia alami selama ini. Ia begitu tertekan karena masalah Amrita dan Ia tidak memilki siapapun untuk mengadu. Ia tidak bisa berkeluh kesah dengan istrinya karena Ia tahu kalau istrinya lebih menderita lagi melihat cinta anak kesayangannya bertepuk sebelah tangan.     

Jadi selama ini Ia mencoba tegar di hadapan istrinya untuk menguatkan hati istrinya. Perdana Menteri Amir bukannya tidak melihat bagaimana istrinya sering menangis diam - diam menangisi nasib anaknya tetapi setiap kali melihatnya Istrinya segera menghapus air mata itu dan mencoba berpura - pura tenang seperti tidak ada kejadian apa - apa.     

Jadilah selama ini mereka saling berpura - pura seperti tidak ada kejadian apa - apa. Tetapi sore ini, luapan emosi perdana menteri Amir tidak dapat ditahan lagi. Ia menangis terisak - isak bagaikan seorang gadis yang ditinggal kekasihnya. Ia sudah kehilangan rasa malunya lagi. Ia hanya ingin menumpahkan air matanya yang selama ini Ia tahan.     

 Pangeran Husen yang begitu mulia itu membuat Ia tidak segan - segan menangis. Dan Pangeran Husen mendekap erat calon ayah mertuanya dan mengusap punggungnya penuh dengan kasih sayang.     

Pangeran Husen sangat jarang saling berpelukan dengan ayahnya. Kini Calon Ayah mertuanya memeluk tubuhnya dengan erat, Ia merasa hangat dan penuh cinta. Ia sama sekali tidak menuduh ayah mertuanya seperti seorang pengecut menangis tanpa tahu malu. Tetapi tangisan calon ayah mertuanya adalah tangisan ketidak berdayaan seorang ayah memikirkan nasib putri tercintanya.     

"Apakah Ayah tidak tahu malu karena menangis dihadapan yang mulia ? Apakah Ayah seorang laki - laki yang lemah ? Apakah Ayah seorang pecundang ?" tanya Perdana menteri Amir kepada Pangeran Husen.     

"Tidak Ayah, Aku mengerti semua yang Ayah rasakan. Tangisan Ayah bukanlah tangisan seorang pengecut tetapi tangisan seorang laki - laki pemberani yang begitu perduli dengan putri kandungnya. Putri darah dagingnya sendiri.     

Ini adalah tangisan cinta dan bukan tangisan ketidak berdayaan. Karena Aku pun akan melakukan hal yang sama jika Aku berada di posisi Ayah " Kata Pangeran Husen menenangkan calon ayah mertuanya.     

Kali ini Maya salut dengan majikannya dan Ia mengucapkan rasa syukur berkali - kali kalau Pangeran Husen sudah semakin dewasa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.