CINTA SEORANG PANGERAN

Bujuk Ia menggunakan Lagu dan Lukisan



Bujuk Ia menggunakan Lagu dan Lukisan

Pangeran Husen berendam di dalam bak mandinya sendirian. Ia tidak ingin ditemani seorang pelayanpun. Ia ingin menikmati kesendiriannya ditemani oleh musik yang sangat lembut. Pikirannya melayang – layang ke Amrita. Ia kebingungan sendiri dan membutuhkan seseorang untuk bisa Ia ajak bicara. Tapi siapa ? Ia tidak ingin berbicara dengan kakaknya Nizam mengingat Kakaknya Nizam pasti sedang banyak pikiran. Ia sangat tidak tega jika harus mengganggunya dengan hal remeh temeh seperti persoalan dirinya.     

Apalah daya dia yang hanya seorang pangeran yang lemah dan tidak berdaya. Ia bukanlah pangeran Abbash yang ketampanannya membius orang, Ia juga bukan pangeran Thalal yang berpenampilan bagaikan seorang model dan menjadi trend center semua pemuda di kerajaan Aliansi, apalagi seperti kakaknya Nizam yang hampir sempurna. Ia juga tidak seperti pangeran Rasyid yang menjadi jendral besar bersama Imran, Amar dan Arani. Ia juga bukan pengusaha ulung seperti Pangeran Hamdan. Ia hanya pangeran Husen yang biasa – biasa saja. Pangeran yang pecicilan dan tidak memiliki apapun.     

Tetapi rupanya Nizam memang tidak pernah melupakan hal sekecil apapun tentang adik – adiknya. Ketika Ia habis bergelung dengan Alena dan masih berkeringat. Bahkan tangannya masih mengelus punggung istrinya yang basah oleh keringat tetapi sudah mulai terlelap dengan tenang. Nizam meraih handphonenya yang ada disamping tempat tidurnya.     

Teori tentang tidak baik membuka handphone disaat akan menjelang tidur kali ini tidak Ia hiraukan karena Ia teringat dengan adiknya Pangeran Husen. Ia mengerti bahwa Pangeran Husen akan mendapatkan kesulitan untuk menghadapi wanita setipe Amrita.     

Amrita ini seperti dalam dugaannya, dia merupakan perpaduan antara Arani dan Zarina. Kerasnya bagaikan Arani dan mencintai orang lain seperti Zarina. Pangeran Husen tidak memiliki tingkatan ilmu bela diri yang cukup baik. Tidak seperti Amrita yang memang sangat mahir berkelahi karena sering berlatih dengan Pangeran Abbash.     

Dari segi pendidikan, Pangeran Husen juga kalah telak dengan Amrita yang memang memegang dua gelar kesarjanaan dari Amerika. Sedangkan Pangeran Husen hanya seorang sarjana Seni lukis yang sering bolos kuliah. Ia Seperti seorang ahli seni yang tidak pernah mengembangkan bakatnya. Hidupnya hanya dari pesta ke pesta.     

Nizam berpikir sangat keras bagaimana agar Amrita bisa jatuh di kaki adiknya. Kalau hanya mengandalkan wajah dan kemampuan bicara pangeran Husen, Amrita tidak akan bisa luluh semudah itu. Ia juga tidak bisa mengandalkan Alena untuk menangani hal ini seperti Alena menangani Lila karena Amrita jelas akan sangat tidak menyukai Alena yang pasti dikiranya sudah menjadi penyebab dari tidak dinikahinya Ia oleh pangeran Abbash.     

Nizam menggenggam handphone ditangannya sebelum kemudian Ia tersenyum setelah menemukan ide agar mereka menjadi dekat. Ia lalu menslide layar handphonenya dan mulai menghubungi adiknya.     

Pangeran Husen melihat sekilas handphone yang ada dekat jendela kamar mandi dan ketika Ia melihat wajah kakaknya yang terdapat di handphone itu. Pangeran Husen menjadi terkejut tetapi juga sangat bahagia. Ia merasa bahwa Kakaknya sudah merasakan kegundahan hatinya karena kebingungan menghadapi Amrita yang suara tangisnya masih terdengar di telinganya. Ia sangat tidak tega mendengar suara tangis itu. Suaranya sangat menyayat hatinya.     

"Asalamualaikum Kakak" Kata Pangeran Husen sambil menegakkan tubuhnya Ia mengusap busa sabun yang mampir di pipinya yang bercambang itu.     

"Waalaikumsalam adikku. Bagaimana kabarmu ?" Kata Nizam menanyakan kabar adiknya.     

"Aku baik – baik saja Kakak.. Tetapi.." Suara Pangeran Husen tersekat di tenggorokannya. Ia sudah ingin menangis di hadapan kakaknya tetapi Ia malu.     

"Aku tahu apa yang sedang kau rasakan. Aku harap jika Kau memang bersungguh – sungguh mencintai Amrita kau akan berusaha untuk tabah "     

"Tetapi Kakak.. Aku sebenarnya sangat tabah, tapi saat ini air mataku tidak tahan ingin menangis "     

"Kau tidak boleh menangis, Kau laki – laki. Kau harus kuat " Kata Nizam menegarkan hati adiknya.     

"Aku tahu kakak. Aku juga ingin seperti dirimu yang begitu kuat. Kau pasti tidak pernah menangis atau terbawa emosi. Kau sekuat batu karang" Kata Pangeran Husen malah membuat Nizam jadi tersipu – sipu malu. Kalau dulu sebelum bertemu Alena Ia memang setegar batu karang tetapi sejak bertemu Alena Ia bukan lagi setegar batu karang tetapi Ia sefleksibel air.     

Ia akan berbentuk seperti tempat air itu. Ia juga akan bersikap keras jika memang diharuskan keras. Kekerasannya akan melubangi batu sekuat apapun. Ia juga akan bertindak seperti air bah yang sanggup menyapu semua yang memang perlu di sapu dan Ia akan seperti air tsunami yang akan meratakan semua bangunan yang ada dimuka bumi jika memang itu sudah suatu keharusan.     

"Aku tidak setegar itu tetapi pernikahan akan mengubahmu menjadi lebih fleksibel. Adikku Pangeran Husen. Wanita itu sesungguhnya berhati keras dibalik kelembutan sikapnya. Tetapi wanita itu biasanya akan mudah luluh dengan sikap manis.     

Jika hatinya sudah terbeli maka rasa cintanya akan digantikan dengan perasaan sayang. Jika kau tidak bisa meraih cintanya maka cukupkanlah dengan meraih kasih sayangnya. Dan itu harus dilakukan sehalus mungkin.     

Amrita itu bukanlah gadis bodoh, Kecerdasannya hampir setara Arani kecuali dalam hal cinta. Karena cinta Amrita sudah kehilangan akal sehatnya. Tetapi percayalah seperti kata peribahasa, Sekuat – kuatnya batu tetapi Ia akan bisa dilubangi oleh tetasan air yang terus menerus menetesinya." Kata Nizam dengan panjang lebar dan Pangeran Husen langsung berbinar – binar mendapatkan pencerahan dari kakaknya.     

"Tetapi Kakak bagaimana Aku dapat menarik perhatiannya ? Apakah dengan hadiah perhiasan atau apa ? " Kata Pangeran Husen dengan dada berdebar – debar.     

"Jangan bodoh !! Amrita bukan wanita matrealistis. Ingat Ia pernah menolak lamaran Ibunda Ratu Sabrina untukku. Ia juga bukan tipe wanita yang haus dengan kekuasaan. Terbukti dengan menolak menjadi jendral wanita di kerajaan Zamron. Dan lebih memilih mengikuti Pangeran Abbash kemanapun pangeran itu pergi"     

"Terus Aku harus bagaimana Kakak ? Aku sungguh bingung" kata Pangeran Husen sedikit mengerutkan keningnya. Ia menjadi tidak sabar bagaimana membujuk Amrita agar mau dia nikahi.     

"Diantara kami kau memiliki suara paling bagus dan kau juga ahli melukis. Kau bisa memanfaatkan dua kelebihanmu itu untuk merayunya. "Nizam berkata menjelaskan strateginya kepadanya.     

"Tetapi apakah mungkin berhasil ?"     

"Kau harus optimis dengan langkah apapun. Aku kemarin bertanya kepada pangeran Abbash tentang kegemaran Amrita dan kau tahu apa yang paling Ia sukai ? "     

"Apa Kakak ?" Dada Pangeran Husen benar – benar berdebar dengan sangat keras.     

"Dia menyukai lukisan. Dia menyukai karya seni melukis. Apakah memungkinkan untukmu jika kau melukis Amrita, lalu memberikan kepadanya sambil bernyanyi lagu romantis." Walaupun seperti main - main tetapi patut dicoba dari pada tidak sama sekali     

"lagu apaan Ya Kakak ? '     

" Mana Aku tahu... Kau cari sendiri" Kata Nizam dengan sedikit kesal masa iya lagu romantis juga harus Ia beritahu lagi pula memang Ia tidak tahu yang mana lagu romantis itu.     

"Jangan Lupa Kau menyanyinya tidak boleh terlalu aktratif. Kau harus pura - pura tidak sengaja menyanyi dan melukis untuknya "     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.