CINTA SEORANG PANGERAN

Baiklah, Lukislah Aku !



Baiklah, Lukislah Aku !

"Lah.. lah Apa salah calon ratu kami kepadamu. Kalau kekasihmu mencintai wanita lain maka kau bagusnya intropeksi diri sendiri kecuali kalau wanita itu tidak merayunya maka itu berarti kekasihmu yang salah.     

 Cinta itu sesuatu yang tidak dipaksakan jadi kau sebaiknya tidak buang – buang energi untuk hal yang tidak berguna. Laki – laki busuk tidak patut mendapatkan cinta suci kita. Kita tidak boleh hidup menderita hanya karena cinta. "     

"Lantas mengapa Pangeran Husen juga memaksakan cintanya kepadaku ?" Kata Amrita tetap tidak mau kalah.     

"Siapa yang mau memaksakan ? Pangeranku itu hanya ingin melukis dirimu. Ia tahu kalau kau tidak suka dipaksa jadi jika kau tidak mau menikahinya ya tidak apa – apa tapi dia ingin melukismu sebagai kenang – kenangan " Kata Maya dengan santai.     

Amrita terdiam Ia kalah bicara dengan Maya.      

"Mengapa Pangeran Abbash tidak mencintaiku ? Bertahun – tahun Aku mendampinginya. Aku sudah lelah. Aku tidak akan menikah saja selamanya" Kata Amrita membuat Maya malah tertawa terbahak – bahak.     

"Aku pikir Kau akan histeris mendengar Pangeran Abbash menikah. Tetapi kau malah mengeluarkan statement yang lucu seperti itu." Kata Maya sambil menutupi wajahnya.     

"Lucu darimananya ? Kau membuatku sangat kesal. Mengapa mulutmu begitu tajam. Seumur hidupku Aku belum pernah bertemu dengan seseroang dengan mulut setajam dirimu" Kata Amrita dengan kesal.     

"Aku mentertawakan diriku sendiri bukannya mentertawakanmu. Ku pikir hanya aku yang tidak ingin menikah tetapi nyatanya Kau juga malah mengatakan hal yang sama" Kata Maya sambil menghapus air mata yang menetes dari ujung matanya.     

"Kau juga tidak ingin menikah ? Tetapi mengapa ? " Amrita jadi keheranan lupalah Ia dengan kemarahannya kepada Pangeran Abbash. Walaupun sebenarnya Ia sudah menduga kalau Pangeran Abbash memang akan menghianatinya seperti yang sudah – sudah tetapi Ia kaget kalau sampai mendengar pangeran itu menikahinya. Walaupun ini sangat menyakitkan teteapi memang ia sendiri tidak berdaya.     

Pangeran Abbash memiliki sikap dan pikiran yang sering kali berubah – ubah seperti bukit pasir digurun yang sering kali berubah karena tiupan angin kencang. Jadi sebenarnya Ia tidak terlalu aneh kalau Pangeran Abbash menikahi orang lain. Hanya saja Ia tetap tidak bisa menerimakannya. Untungnya perkataan Maya menarik perhatian Amrita. Ia merasa gadis asisten Pangeran Husen itu sangat menarik.     

"Ayahku menikahi ibuku karena dijodohkan. Ia sudah memiliki kekasih dari kalangan rakyat jelata dan kau tahu gadis itu malah dibunuh oleh Kakekku sehingga mau tidak mau Ayahku menikah dengan ibuku.     

Selama menikah Ayahku sama sekali tidak mencintai ibuku dan bersikap dingin hingga Kakekku kemudian mengancamnya akan mengusirnya jika Ayahku tidak menyentuh ibuku hingga kemudian Ayahku menyerah dan menyentuh Ibuku hingga Aku lahir.     

Pernikahan Ayah dan Ibuku tak ubahnya pernikahan neraka. Ayahku menjadi sangat kejam dengan menyiksa ibuku jika Ibuku melakukan kesalahan. Padahal ibuku sudah berusaha menjadi istri yang baik. Aku bahkan melihatnya dengan mata kepalaku sendiri ketika Ayahku melemparnya dengan kursi hingga ibuku berdarah " Sampai disini Maya terdiam dan kemudian meneteskan air mata. Amrita jadi beringsut mendekati Maya dan kemudian memeluknya.     

Diluar dugaan Maya malah menangis tersedu – sedu, " sangat menyakitkan hidup bersama pria yang tidak mencintai kita." Kata Maya dengan tulus. Ia sama sekali tidak sedang merayu atau menjebak Amrita. Ia hanya ingin meluapkan emosinya karena trauma yang berkepanjangan.     

Amrita sendiri jadi ikut terhanyut. Ia mengakui kalau kata – kata Maya memang benar tidak baik memaksakan kehendak kepada pria yang tidak mencintai kita. Apalagi pria seperti pangeran Abbash yang memang kalau sedang kesal kepadanya Ia akan bertindak kasar,     

Bukankah Amrita sendiri pernah dicekik oleh Pangeran Abbash ketika dia dianggap gagal melaksanakan tugasnya. Jadi kalau dipikir – pikir memang dia lebih banyak menderita ketika berhubungan dengan Pangeran Abbash.     

"Tetapi Aku mencintai Pangeran Abbash dengan segenap hatiku"     

"Aku tahu. Dan Aku tidak menyalahkanmu. Dia memang sangat tampan, Aku akui dia adalah pria tertampan yang pernah Aku kenal. Bahkan Jika Aku diposisimu mungkin Aku juga akan melakukan hal yang sama. Hanya saja, untuk apa Aku memakan buah yang sangat manis bentuk dan rasanya kalau setelah memakannya Aku akan mati keracuanan." Kata Maya     

" Apakah Kau sedang membujukku ?" kata Amrita sambil mendengus     

Maya menggelengkan kepalanya. " tidak.. Aku tidak sedang membujukmu. Semua keputusan ada ditanganmu. Bukankah Ayah dan Ibumu sendiri tidak dapat membujukmu apalagi kami. Aku mengakui kalau pangeranku itu memang kalah jauh dari segi ketampanan oleh Pangeran Abbash. Tetapi mungkin Ia memiliki cinta yang tulus kepadamu " Kata Maya     

"Mengapa kau mengatakan mungkin ? apakah ini berarti Kau belum yakin kalau dia mencintaiku atau tidak ? " Kata Amrita.     

"Memangnya apa perdulimu dia mencintaimu atau tidak. Kau kan tidak akan menikahi pangeran Husen. Lagipula Aku mengatakan mungkin karena hanya kau yang bisa merasakan apakah Pangeran Husen mencintaimu dengan tulus atau tidak." Kata Maya membuat Amrita terdiam lagi. Apa yang dikatakan Maya sangat benar.      

"Baiklah.. Lukislah Aku besok. Aku memang tidak akan menikahinya tetapi mungkin Aku akan memberikannya kesempatan untuk melukisku " Kata Amrita akhirnya.     

Maya menarik nafas lega. " Aku sungguh berterima kasih kepadamu. Percayalah setelah melukismu, Kami akan pulang "     

"Yah.. lagipula sebenarnya dia ada janji padaku" Kata Amrita sambil menatap ke arah bulan yang penuh terlihat di jendela kamarnya.     

"Janji ? Janji apakah ?" Kata Maya menjadi penasaran.     

"Dia ke Amerika untuk mencari tahu keberadaan Pangeran Abbash tetapi ternyata dia tidak mengatakan apapun kepadaku. Dia sudah ingkar janji " Kata Amrita dengan sinis. Tetapi Maya malah mengangkat alisnya yang tebal bagaikan semut beriring itu.     

"Apa maksudmu dengan ingkar janji ? Dia pergi ke Amerika untuk mencari tahu keadaan Pangeran Abbash bahkan dia hampir berkelahi dengannya karena Ia membela dirimu di depan Pangeran Abbash. Ia sangat marah ketika melihat dia akan menikah dengan Lila sehingga kalau saja tidak ada Yang Mulia Nizam mereka pasti sudah berkelahi antara hidup dan mati." Kata Maya sedikit keras.     

"Tetapi dia tidak mengatakan kepadaku tentang kondisi Pangeran Abbash. Hanya kau yang mengatakan kalau Pangeran Abbash sudah menikah " Kata Amrita     

"Kau ini benar – benar tidak tahu apa pura – pura bodoh?' kata Maya sambil tetap menatap Amrita dengan pandangan kesal. Amrita malah mengangkat bahunya dengan gerakan Acuh.     

"Bagaimana dia bisa mengatakan kepadamu kalau kau menolak untuk bertemu denganmu " Maya jadi berbicara sambil sedikit berteriak.     

"Tapi nyatanya kau bisa masuk kesini walaupun Aku menolaknya "     

" Itu karena Aku perempuan. Apa kau ingin pangeranku datang dan mendobrak pintu kamarmu ? Lalu dia kemudian dibunuh karena dianggap menyerobot ke dalam kamar seorang gadis."     

Sesampainya di sini barulah Amrita terdiam seribu bahasa. Ia tidak bisa mengelak lagi dari kebodohannya sendiri. Maya terlalu pintar bicara.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.