CINTA SEORANG PANGERAN

Seseorang Menawarkan Kedudukan



Seseorang Menawarkan Kedudukan

Imran berdiri dari duduknya dan Ia berjalan sambil menyeringai, " Itulah mengapa Yang Mulia sangat layak untuk menjadi putra mahkota karena Yang Mulia sangat cerdas " Kata Imran sambil kemudian meminta seorang penjaga anak buahnya untuk melemparkan senjata kepadanya.     

Dengan penuh rasa hormat, seorang penjaga melemparkan senjatanya kepada Imran. Dan Imran menangkapnya dengan manis     

Bertahun – tahun Imran menjadi jendral di bawah kepemimpinan Nizam. Dan dia terkadang ikut mendampingi Ali dan Fuad menjadi pengawal Nizam. Kepiwaiannya di dalam memimpin pasukan para pengawal Nizam sudah tidak bisa diragukan lagi. Ia juga sering memimpin pertempuran melawan para musuh baik dari dalam kerajaan yang berasal dari kaum sparatis, Kaum pemberontakkan yang ingin melepaskan diri dari Kerajaan Azura ataupun bentrokan antara penjaga perbatasan dua kerajaan.     

Imran sering menjadi tameng Nizam saat bertempur di medan tempur karena Nizam secara teori mungkin sangat mengusai strategi berperang tetapi secara prakteknya Ia masih belum semahir para jendralnya. Nizam hanya ikut bertempur di saat Ia sedang ada di Azura karena selama ini Nizam lebih sering berada di luar negeri, sedangkan Imran hampir setiap saat Ia menumpas para musuh Azura.     

Berkali – kali Imran menyelamatkan nyawa Nizam dan Nizam sungguh tidak mengerti mengapa Imran berani mengkhianatinya. Siapa orang yang berhasil membujuk jendralnya yang sangat Ia andalkan itu. Nizam sangat yakin kalau orang itu bukanlah orang sembarangan.     

Kedudukan Imran sangat tinggi dengan penghasilan yang seharusnya lebih dari cukup untuk menghidupi seluruh anggota keluarga Imran. Imran juga mendapatkan fasilitas berupa rumah dan kendaraan mewah yang tidak terbatas. Nizam sebenarnya sangat royal kepada anak buahnya jadi ketika Ia medapatkan ada anak buahnya yang berkhianat Nizam sudah mengira orang yang mempengaruhi Imran pasti orang yang derajatnya sama dengan Nizam. Dia kemungkinan Pangeran Putra Mahkota.     

Dan Pangeran Putra Mahkota itu pasti bukan pangeran sembarangan. Ada dua puluh pangeran putra mahkota di kerajaan Aliansi tetapi yang mempengaruhi Imran kemungkinan pangeran yang kualitasnya hampir mendekati Nizam.     

Nizam menatap Imran seakan ingin menelannya. " Berani benar Kau berkhianat kepadaku ? Apa yang kurang dariku ? Mengapa kau berbuat seperti ini ?" Kata Nizam sambil bergerak akan maju tetapi dengan sekali gerakan indah Imran menarik Zarina yang kebetulan berada paling dekat dengannya. Lalu menelikungkan lengannya sendiri ke leher jenjang Zarina. Zarina terpekik antara sakit, kaget dan ketakutan.     

Senjata di tangan Imran menempel ke pelipisnya dan itu terasa sangat dingin terasa di kulit Zarina. Zarina memandang ke arah suaminya dengan penuh ketakutan. Mulutnya sekarang seakan terkatup rapat karena terkesima. Zarina menggigil ketakutan, tubuhnya gemetar dengan keras.     

Jangankan Zarina, Alena dan Cynthia saja langsung terpekik ketakutan, Pangeran Thalal langsung menarik Cynthia ke dalam dekapannya karena Ia takut Cynthia akan histeris dan malah membuat senjata mengarah ke arah istrinya itu.     

Dan ini adalah keegoisan manusia ketika sedang dalam bencana. Ia akan lebih melindungi orang – orang yang paling Ia cintai lebih dari orang lain bahkan lebih dari nyawanya sendiri.     

Amar langsung meloncat tetapi Imran menekankan ujung senjatanya lebih kuat ke pelipis istrinya Amar itu, " Istrimu yang cantik ini hanya akan tinggal nama jika kau berani maju ke depan "     

Amar langsung memundurkan kakinya. Ia kenal Imran dengan baik, Imran sama dinginnya dengan Arani dan Ia tidak pernah main – main dalam ucapannya. Ia pernah bertempur lama dengan Imran. Dan Amar tahu persis kalau Imran tidak pernah memiliki belas kasihan. Bahkan dibandingkan dengan dirinya. Imran jauh lebih keras. Amar pernah menyaksikan bagaimana Imran membunuh semua pasukan yang menghalanginya masuk ke markas tentara kerajaan lain padahal semua pasukannya itu berjenis kelamin wanita semua.     

Imran menembaknya satu persatu dengan wajah dingin dengan alasan di medan pertempuran kita tidak akan pernah mengenal jenis kelamin dan usia. Kalau mereka menghalangi tujuannya maka semua wajib di habisi. Jadi ketika Imran menodongkan senjatanya ke Zarina, Amar tahu persis itu bukanlah gertakan sambal.     

"Tolong Imran, demi persahabatan baik kita selama ini. Tolong hentikan perbuatan salahmu ini" Kata Amar sambil menatap istrinya dengan tatapan khawatir. Zarina langsung menguraikan air mata. Ia sangat ketakutan. Selama ini hidupnya penuh dengan kedamaian tetapi mengapa sekarang Ia berada dalam mulut harimau dengan nyawa yang hampir melayang.     

"Aku sangat menyesal telah melakukan semua ini. Tetapi seseorang menjanjikan kepadaku jabatan yang lebih menarik dari sekedar jendral pada sebuah pasukan. Dan demi ambisiku yang sangat tinggi ini. Aku gadaikan kehormatanku.     

Kami butuh senjata untuk berjuang dan ketika Jendral Al- Ghozali memerintahkanku Aku untuk membeli senjata ke Amerika Aku merasa ini kesempatan kami untuk memiliki senjata langka ini. Pangeran Abbash benar – benar sangat membantuku untuk memilihkan senjata yang tercanggih ini' Kata Imran sambil menyeringai.     

"Apakah kau yakin kalau orang itu akan memberikan kedudukan yang baik untukmu ? " kata Nizam sambil mencibir sinis.     

"Tentu saja Yang Mulia. Yang Mulia memang cerdas tetapi kurang peka terhadap kami. " Kata Imran. Nizam mengangkat alisnya yang tebal dan indah itu.     

"Kami ? Siapa yang kau maksud dengan kami ? Setahuku, orangku yang berkhianat Cuma kamu" kata Nizam lagi seakan melecehkan perkataan Imran.     

"Baiklah.. Aku akui memang Aku yang paling berambisi. Aku bukan Arani, Amar dan Pangeran Rasyid atau Pangeran Thalal tetapi Yang Mulia harus ingat. Selama ini yang selalu bertempur di garda depan adalah Aku. Aku yang selalu menjadi tameng apabila negera dalam bahaya. Tetapi siapa yang akan diangkat menjadi perdana menteri Kerajaan Azura jika Yang Mulia menjadi raja ?" kata Imran berkata dengan pahit.     

Nizam langsung membeku dan membisu mendengar perkataan Imran yang seperti menampar wajahnya.     

"Pangeran Thalal tidak pernah mempertaruhkan nyawanya untuk Yang Mulia, tetapi hanya karena Pangeran Thalal adik Yang Mulia maka Ia akan diangkat menjadi perdana Mentri. Dan hamba, selamanya hanya akan menjadi jendral yang bahkan kedudukannya lebih rendah dari kedudukan Arani. Bahkan Yang Mulia sampai lupa mencarikan Hamba seorang istri seperti yang mulia lakukan kepada Amar.     

Wanita cantik ini sangat pandai memasak dan merupakan wanita idamanku. Tetapi sayangnya sudah menjadi milik orang lain " Kata Imran sambil tiba – tiba mendekatkan bibirnya ke pipi Zarina. Zarina berteriak antara jijik dan histeris membuat Amar menjadi kalap.     

"Kau setan !! Jangan berani menyentuh istriku.." Kata Amar sambil hendak menerjang tetapi Nizam segera berteriak.     

"Amar !! Jangan gegabah !" Tetapi itu terlambat karena Amar sudah meloncat menerjang ke arah Imran. Imran menggeser tubuhnya ke samping sambil tetap mendekap Zarina dari belakang. Imran menggerakan tangannya hingga suara senjata yang ada di tangan Imran terdengar meletus dan darah seketika terpercik keluar dari kepala Zarina. Zarina langsung terkulai ditangan Imran.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.