CINTA SEORANG PANGERAN

Jangan Gegabah, Putri Alena



Jangan Gegabah, Putri Alena

Mendengar ibunya menangis maka para bayi ikut menangis ditimpali para pengasuhnya. Membuat suasana di dalam menjadi riuh rendah. Hingga kemudian pintu di ketuk dari luar.     

"Kakak Putri bukalah pintunya ! Ini Aku Thalal " kata pangeran Thalal sambil menendang mayat para penjaga yang baru Ia tembak. Tubuh Pangeran Thalal menempel ke pintu tetapi matanya menatap ke sekitar. Imran sialan itu menguasai semua penjaga yang ada dikapal tanpa kecuali. Yang setia rupanya sudah mereka singkirkan tanpa sepengetahuan yang lain dan yang tersisa hanya keluarga Nizam dan para pilot karena mereka bukan bagian dari para penjaga.     

Tentu saja mereka setia kepada Imran karena Imran adalah atasannya langsung yang berhubungan dan mengatur mereka. Sedangkan Nizam adalah putra Mahkota yang jauh dari jangkauan mereka. Mereka lebih takut terhadap Imran dibandingkan kepada Nizam. Begitulah manusia, terkadang rasa takut mereka sangat tidak beralasan. Manusia hanya takut terhadap sesuatu yang berhubungan langsung dengannya.     

Ada orang yang begitu suka mencaci maki pemimpin negaranya tetapi takut terhadap bosnya langsung. Bahkan ada manusia yang begitu menghargai atasannya dibandingkan dengan Tuhan. Ketika mereka mengenakan pakaian rapih untuk bertemu bosnya tetapi memakai pakaian seadanya ketika melaksanakan ibadah. Sungguh suatu perbandingan yang ironi. Ada orang yang tidak berani melakukan ibadah sholat padahal sudah waktunya hanya karena takut meninggalkan rapat penting.     

Para penjaga itu tidak menghargai Nizam sebagai putra Mahkota tetapi lebih menghargai Imran sebagai atasannya langsung karena Imran bisa membunuh mereka kapanpun dia mau tanpa sepengetahuan Nizam. Dan ini merupakan pembelajaran berharga buat mereka agar mereka lebih berhati – hati.     

Mendengar suara Pangeran Thalal, Alena segera menyuruh seorang pengasuh untuk membukakan pintu dengan hati – hati. Tetapi baru saja pintu terbuka sedikit tiba – tiba dari ujung lorong ada dua orang penjaga yang melihat mayat temannya bergelimpangan dan mereka langsung melihat juga ke arah pangeran Thalal. Sesaat mereka saling berpandangan mata sebelum kemudian Pangeran Thalal bergerak lebih cepat. Ia menarik pintu ruangan tempat Alena dan para bayi yang baru terbuka sedikit agar menutup kembali sebelum kemudian Ia merebahkan diri ke lantai pesawat.     

Tembakan para penjaga mengenai udara kosong. Tetapi melihat Pangeran Thalal bertiarap mereka langsung mengarahkan tembakannya ke bawah. Pangeran Thalal adalah seorang petarung walaupun tidak sehebat Nizam. Ia segera menarik pelatuk senjatanya dan Ia langsung menembak ke arah penjaga itu hingga si penjaga langsung terjungkal karena tembakan Pangeran Thalal mengenai perutnya. Darah mengucur deras sebelum si penjaga roboh ke bawah.     

Temannya langsung panik melihat penjaga yang langsung tewas bersimbah darah. Ia menarik pelatuk dan " Dor !! Sebuah peluru meluncur dari moncong senjata itu dan langsung menembus paha Pangeran Thalal. Pangeran Thalal memekik perlahan ketika merasakan timah panas menembus pahanya.     

"Akh.. " Pangeran Thalal menggulingkan tubuhnya menghindari rentetan peluru yang dihamburkan dari senjata penjaga itu dengan kalap. Rasa perih di pahanya membuat Pergerakan pangeran Thalal menjadi tidak leluasa bahkan Ia kemudian terpekik kembali karena bahunya terkena tembakan lagi.     

Pangeran Thalal mengerang Ia memandang si penjaga yang menyeringai ke arahnya karena kini Pangeran Thalal tidak dapat memegang senjata jadi Ia akan menghabisi Pangeran berwajah tampan itu.     

Kedua tangan orang itu mengacung ke bawah dan siap meluncurkan peluru di dalam senjatanya.     

 " Dor .. Dor.. Dor...!! "     

Suara letusan senapan membuat hati Alena dan yang lain menjadi miris dan khawatir. Alena membaca semua doa yang Ia hapal. Ia memohon keselamatan kepada Alloh agar Ia dan anak – anaknya selamat. Alena mencucurkan air mata sambil kini mengambil Alexa juga. Ia mendekap kedua anaknya erat – erat. Andaikan kejadian ini di darat Ia pasti sudah meminta para pengasuh bayinya untuk pergi membawa anak – anaknya pergi dan meninggalkan dia untuk mati bersama Nizam kalau memang itu sudah takdirnya.     

Tetapi ini di dalam pesawat. Hendak kemana mereka lari selain hanya menunggu nasib. Alena sudah berbahagia mendengar suara Pangeran Thalal tetapi ketika pintu ditutup kembali dari luar kemudian Ia mendengar suara tembakan yang saling berbalas Alena tahu apa yang telah terjadi. Ada perkelahian lagi di luar dan ketika Ia mendengar jeritan Pangeran Thalal yang lirih Alena seketika gemetar dan mendekap kedua anaknya semakin erat.     

'Ya Alloh, Penguasa Alam Semesta, Raja yang bertahta di langit dan di bumi. Selamatkanlah anak – anak hamba " Alena berdoa dengan segenap hati, jwa dan raganya memohon kesalamatan untuk Axel, alexa dan Atha.     

Alena sama sekali tidak mengira kalau di pesawat Ia akan mengalami kejadian yang begitu mengerikan dan menakutkan. Ia berkali – kali memiliki pengalaman yang menakutkan tetapi kali ini ada anak – anaknya dalam dekapannya. Kengerian ini beribu kali lipat lebih menakutkan dibandingkan dengan membawa nyawa di badan sendiri.     

Alangkah tragisnya hidupnya harus mati di dalam pesawat beserta seluruh keluarga dari pihak Nizam dan sahabatnya Cynthia yang tadi tergeletak pingsan. Alena menangis tergukguk. Air matanya berhamburan membasahi kedua bayinya.     

"Maafkan Muya, Nak.. Muya sudah mencelakakanmu. Semoga Kalian berumur panjang dan hidup berbahagia hingga tua. Semoga nasib kita tidak berakhir di sini sekarang. " Kata Alena di iringi tangisan para pengasuh bayinya dan para pelayan.     

"Yang Mulia yakinlah bahwa Pangeran Nizam dapat mengatasi semua ini " Kata Pengasuh Axel. Alena tiba – tiba bangkit Ia kemudian menyerahkan kedua anaknya kepada pengasuhnya.     

" Masuklah kalian ke dalam kamar mandi dan diamlah di sana. Apapun yang terjadi jangan bersuara kecuali kau yakin itu suara kami " Kata Alena.     

'Yang Mulia hendak kemana ?" kata mereka hampir serempak.     

"Aku akan melihat situasi dan memeriksa keadaan pangeran Thalal " Kata Alena sambil hendak melangkah keluar tetapi kemudian seoranp pelayan berlutut dan memegang kaki Alena dengan erat.     

'Hamba mohon yang Mulia...untuk tetap di sini. Yang Mulia harus tetap hidup untuk membesarkan para bayi. Biarlah kaum lelaki yang mengurusnya " Kata pelayan itu menghiba agar Alena tidak bertindak gegabah.     

"Apakah kau tidak mendengar pangeran Thalal menjerit kesakitan. Ia pasti tertembak dan Aku harus menolongnya " Kata Alena bersikeras.     

'Yang Mulia Putri Alena, Pangeran Thalal adalah seorang ahli beladiri yang sudah berlatih sejak kecil. Walaupun Yang Mulia tidak semahir Yang Mulia Nizam tetapi Yang Mulia Pangeran Thalal tetap tidak bisa dipandang sebelah mata. Jadi Hamba mohon yakinlah bahwa Pangeran Thalal baik – baik saja " Kata Si pelayan tetap bersikeras menghalangi calon ratunya bertindak gegabah. Sampai kapanpun Ia tidak akan membiarkan Alena berada dalam bahaya.     

Para pelayan tahu bagaimana kedudukan Alena dimata Nizam.Kalau sampai Alena mati maka Nizam tidak akan pernah hidup dengan tenang dan Ia mungkin akan memerintah kerajaan Azura dengan kejam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.