CINTA SEORANG PANGERAN

Tertembaknya Jonathan



Tertembaknya Jonathan

Arani kemudian melirik ke arah dua pedang yang menempel di dinding saling bersilangan. Arani melompat dengan gayanya yang indah mencabut salah satu pedang dari dinding dan mengambilnya. Gerakan Arani seperti seorang bidadari yang melayang dengan indah. Jonathan sampai terkesima, Ia memundurkan langkahnya ke belakang dengan mulut ternganga.     

"A..apa kau manusia biasa atau si..siluman eh..makhluk halus ?" Kata Jonathan dengan wajah pucat pasi. Arani malah mencubit pipi suaminya.     

"Pegang nih.. kalau kau pegang ini kau akan aman, luka karena pedang tidak akan seefektif peluru asalkan jangan sampai menghujam ke jantung saja." Kata Arani. Jonathan memegang pedang itu seperti memegang sebuah sapu. Ia terlihat sangat kaku.     

Arani kemudian berdiri di belakang Jonathan, menempelkan tubuhnya ke tubuh bagian belakang Jonathan hingga puncak dadanya menekan ke punggung Jonathan. Kedua tangannya memegang tangan Jonathan. Ia mengajari Jonathan menggunakan pedang.     

Muka Arani ada disamping wajah Jonathan karena memang tinggi mereka hampir sama. Nafas Arani berhembus dipipi Jonathan.     

"Seingatku kau mahir Taekwondo.. itu bisa jadi modal untuk memahami cara menggunakan pedang" Kata Arani.     

"Tapi taekwondo ilmu bela diri dengan tangan kosong bukan menggunakan alat" Kata Jonathan.     

"Ingat semahir apapun ilmu bela diri tangan kosong tetapi kalau sudah melawan senjata api maka akan kalah. Masalahnya kau tidak bisa menggunakan senjata api jadi memegang pedang jauh lebih baik daripada tangan kosong karena jangkauannya lebih panjang daripada tangan kosong. Kau akan cepat mempelajarinya." Kata Arani membesarkan semangat suaminya.     

"Aku sedikit gugup, " Kata Jonathan.     

"Aku akan menjagamu dan sekarang mari aku ajarkan sebentar cara memegang pedangnya " Kata Arani sambil mengambil posisi.     

"Oh.. heu..eum.." Kata Jonathan menjawab perkataan Arani.     

"Begini kalau memegang pedang. Kau pegang pangkalnya dengan kedua tangan dulu.. lalu ayun – ayunkan seperti ini dengan kekuatan yang kau perkirakan. Kau ayunkan ke tubuh lawan dengan kuda – kuda yang kokoh" Kata Arani sambil melebarkan kaki Jonathan. Lalu Ia mengayun – ngayun pedang yang dipegang oleh Jonathan dengan tangannya. Kedua telapak tangannya menggenggam tangan Jonathan.     

Jonathan mencoba memahami apa yang disampaikan oleh istrinya tetapi konsentrasinya malah terpecah karena dada Arani yang menempel di punggungnya apalagi nafasnya berhembus di samping pipinya. Jadinya Jonathan hanya mengangguk – ngangguk tapi tidak paham.     

"Kau mengertikan ?" Kata Arani sambil terus mengayun – ngayunkan pedangnya. Jonathan tidak mendengar apa yang dikatakan istrinya. Ia malah menikmati keadaan ini hingga membuat adik kecilnya terbangun.     

"Nathan.. suamiku. Kau mendengarkan apa yang aku katakan ?" Arani bertanya lagi karena Ia tidak mendengar suara Jonathan menjawab perkataannnya.     

"Hmmm...mmm..ummm iya kau memang sangat cantik dan seksi Arani" Kata Jonathan sambil memundurkan tubuhnya ke belakang agar semakin menempel pada tubuh istrinya. Arani jadi manyun, dasar laki – laki semuanya sama.     

"Ayo kita lawan dulu musuh kita.. Nanti kita akan habiskan waktu kita sepuasnya." Kata Arani sambil menjilat telinga suaminya. Jonathan jadi merinding tetapi kemudian ketika Jonathan akan berbalik untuk mencium Arani pintu di tendang dari depan. Arani segera membalik tubuhnya dan berbisik kepada Jonathan, " Diamlah.. di belakangku " katanya sambil kemudian bersiaga.     

Suara senjata menembak kunci pintu ketika pintu itu tidak bisa ditendang dari luar. Mendengar suara tembakan bertubi – tubi Arani malah tersenyum sedangkan Jonathan menjadi gemetar.     

"Mereka terdengar sangat panik. Ha..ha..ha.. berarti Yang Mulia Pangeran Nizam sudah berhasil mengatasi keadaan. Mereka hendak membunuhku sebagai pelampiasan dari kekalahan mereka karena mereka yakin kalau Aku tidak akan membiarkan mereka hidup. Jadi sebagai prajurit mereka lebih baik mati berkalang di tanah daripada hidup terjajah." Kata Arani.     

Jonathan sungguh tidak mengerti mengapa Arani seperti tidak memiliki rasa takut sedikitpun. Dan ketika kunci pintu kamar Arani sudah terjebol oleh peluru pintupun terbuka. Arani menyeret Jonathan ke balik sofa sebelum Ia kemudian menembaki para penjaga yang memasuki ruangan. Para penjata itu ternyata berpakaian lengkap dengan rompi anti peluru dan penutup muka sehingga peluru Arani tidak mengenai tubuhnya.     

Arani berdesis memaki karena para penjaga itu ternyata sudah mempersiapkan diri sebelumnya sehingga yang kemudian dilakukan Arani adalah bangun dan kemudian menerjang para penjaga itu sambil mengsliding kaki si penjaga hingga si penjaga itu langsung terjatuh menimpa temannya. Dan mereka jatuh bertumpuk. Arani segera merampas senjata mereka dan mengosongkan pelurunya.     

 Para penjaga itu segera bangkit tetapi kaki Arani bergerak dengan lebih cepat, Ia membuka kaca helm pelindung wajah si penjaga dengan kakinya. Dan ketika wajah si penjaga terlihat Arani segera menembaknya dengan tepat. Darah langsung terpercik dari muka si penjaga dan mati seketika.     

Sementara itu penjaga yang masih ada dibawah tubuh temannya yang sudah mati langsung hendak bangkit merangkak tetapi Arani menginjak tangan si penjaga itu dengan kakinya dan menekan telapak tangannya dengan kuat sehingga si penjaga itu berteriak kesakitan. Tenaga Arani sangat kuat. Tulang – tulang pada ruas jarinya sampai berderak karena patah.     

Jonathan menjadi ngeri melihat bagaimana kesakitannya si penjaga itu. Jonathan bahkan jadi teringat bagaimana kedua tangannya di hancurkan oleh pangeran abbash persis seperti yang dilakukan Arani kepada penjaga itu. Jonathan menjadi menggigil ketakutan.     

"AAKH.. Jendral Arani. A..ampuni Aku. Aku menyesal " Kata si penjaga itu terbata – bata menahan sakit tetapi Arani malah semakin menginjak telapak tangan itu hingga remuk semua tulang – tulangnya. Lalu Arani kembali menembakkan senjatanya ke leher si penjaga yang tidak terlindungi. Kepala penjaga langsung terkulai tanpa bersuara.     

Jonathan menutup matanya seakan tidak sanggup melihat pemandangan yang terjadi di depannya. Ia bahkan hampir pipis di celana melihat kesadisan istrinya di dalam membunuh penjaga. Ia sebenarnya memiliki ilmu bela diri tetapi itu ternyata tidak ada apa – apanya dibandingkan dengan para prajurit Azura.     

Arani kemudian melirik ke arah Jonathan yang berjongkok di belakang kursi. Arani lalu menarik tangan Jonathan dan menyeretnya agar keluar dari kamar.     

"Tinggal delapan orang lagi, itupun kalau mereka tidak melarikan diri" kata Arani sambil berlari dan Jonathan mengikutinya. Arani melihat para pelayan yang tergelak mati dengan luka tembak.     

"Para penjaga keparat.. mereka membunuh semua pelayan," Kata Arani sambil kini tidak berani berlari tetapi Ia berjalan dengan penuh kewaspadaan.     

"Awaaas.. Arani !! Jonathan berteriak ketika dari arah kamar tiba – tiba keluar seorang penjaga dan menembak Arani. Tetapi Jonathan mendorong tubuh Arani dan menahan tembakan itu dengan tubuhnya.     

"NATHAAN !!! " Arani berteriak histeris ketika Jonathan ambruk ke atas tubuhnya. Darah langsung membanjiri tubuh Arani. Arani segera memeluk Jonathan dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya bergerak menembak. Tubuh si penjaga langsung terjengkang ke belakang dan mati.     

Arani seakan terpaku melihat tubuh suaminya yang bersimbah darah dipelukannya. Lidahnya serasa kelu dan mukanya pucat pasi. Lalu raungan suara Arani terdengar ke seluruh ruangan dan membuat para penjaga serentak melarikan diri.. Mereka terbirit – birit lari keluar dari rumah tetapi mereka tidak dapat lari jauh karena dari depan mereka melihat sosok tubuh tinggi semampai berkulit putih berwajah tampan dan memegang senjata di kedua tangannya. Senjata itu menyalak tanpa henti dan membuat tubuh para penjaga terjungkal semua. Mati seketika.     

Pangeran Abbash sosok tubuh itu mendengar raungan suara Arani dan Ia segera berlari masuk ke dalam. Di dalam Ia melihat Arani meraung – raung memanggil nama Jonathan. Bagaikan kilat Pangeran Abbash meraih tubuh Jonathan dalam pelukan Arani. Dan Ia lalu duduk bersila dengan tubuh Jonathan di depannya. Tangan Pangeran Abbash bergerak menotok beberapa aliran darah Jonathan. Lalu Ia memukul punggung Jonathan dengan telapak tangannya.     

Sebuah peluru segera mencelat keluar dari dada Jonathan dan kemudian Jonathan muntah darah. Ia terbatuk – batuk dengan darah segar mengalir keluar dari mulutnya.     

"Suamiku.. Nathan !! " Arani duduk bersimpuh sambil terus menangis melihat suaminya terbatuk. Ia tadi merasa nyawanya hampir lenyap melihat Jonathan tertembak di dadanya tetapi sekarang Ia melihat suaminya terbatuk dan pelurunya sudah keluar dari dadanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.