Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Sesuatu yang Salah



Sesuatu yang Salah

"Memang Dokter Tirta jauh lebih hebat dari Tara. Obat yang ia resepkan untukku sama sekali tidak pahit seperti obat-obat Tara."     

"Obat yang bagus adalah yang lebih pahit. Tara memberimu obat yang pahit agar kamu bisa segera pulih," kata Aiden.     

Anya melingkarkan tangannya di leher Aiden. "Aku tahu Tara berniat baik. Oleh karena itu aku meminum obat yang pahit itu. Aiden, gendong aku ke atas."     

Aiden ingin menolak karena kondisi fisiknya saat ini. Ia tidak tahu kapan akan kehilangan penglihatannya dan kapan akan mengalami sakit kepala.     

Bagaimana kalau penglihatannya kabur saat ia naik ke tangga?     

Bagaimana kalau ia sampai terjatuh dan membahayakan Anya?     

"Bu Hana sedang melihat," bisik Aiden.     

Anya melihat ke belakang dan menemukan bahwa Hana sedang memandang mereka berdua sambil tersenyum. Ia langsung tersenyum dengan malu dan menepuk tangan Aiden. "Ayo naik ke atas."     

Aiden menggandeng tangannya dan mereka naik ke atas bersama-sama.     

Ketika hanya tersisa tiga anak tangga saja untuk tiba di lantai dua, tiba-tiba saja Aiden mencengkeram pegangan tangga dengan sangat erat.     

Tubuhnya sedikit gemetaran, seperti sedang menahan rasa sakit.     

"Ada apa?" Anya merasakan keanehan Aiden.     

"Kepalaku sakit!" Aiden memejamkan matanya dengan kesakitan.     

Anya langsung membantunya berjalan menuju ke dalam kamar. "Kemarin dan hari ini kamu terlalu sibuk. Kemarin kita pulang terlalu malam setelah pertunangan Kak Ivan dan kamu bangun terlalu pagi hari ini. Sepertinya kamu kurang istirahat."     

Aiden berbaring di sofa dan Anya langsung memijat kepalanya seperti biasanya.     

"Apakah pijatannya terasa?" tanya Anya.     

"Sudah cukup."     

Ketika Anya menyadari bahwa Aiden tidak seperti biasanya, ia merasa khawatir sakit kepala Aiden ini bukan sakit kepala biasa.     

Ia mengingat kembali sebelum-sebelumnya dan merasa ada yang salah dengan Aiden. Apakah Aiden sedang sakit?     

Kalau tidak, bagaimana mungkin Aiden yang gila kerja dan sangat mementingkan perusahaannya, tiba-tiba saja menyerahkan Atmajaya Group pada Ivan?     

Anya tidak percaya Aiden hanya ingin menemaninya sehingga meninggalkan semua pekerjaannya.     

Ia merasa alasan mengapa Aiden menyerahkan semua perusahaan pada Ivan dan tidak mau bekerja ada hubungannya dengan masalah kesehatannya dan juga dengan sakit kepala yang ia alami terus menerus.     

Selain sakit kepala, apakah ada gejala lain yang Aiden alami? Saat ini, Anya tidak tahu dan tidak pernah melihatnya.     

Ia tahu dari Tara bahwa Aiden mengalami insomnia yang parah selama 2 tahun. Selain itu, Aiden juga sering mengalami sakit kepala. Pasti ada gejala lain yang Aiden alami.     

Tetapi karena tidak mau membuatnya khawatir, Aiden sengaja menyembunyikannya.     

Baru saja ia melihat tubuh Aiden gemetaran dan hampir tidak bisa berdiri dengan tegak. Apakah itu pertanda sinkop?     

Sambil memijat Aiden, ia mengingat kembali apa yang terjadi beberapa hari terakhir ini dan apa yang Aiden katakan kepadanya.     

…     

"Kalau aku tidak bisa melihat lagi seperti dulu, tidak bisa melihat senyummu, tidak bisa melihat kecantikanmu, apakah kamu masih mencintaiku?"     

"Jangan bicara begitu, matamu baik-baik saja. Saat kita tua nanti, meski kita tidak bisa mendengar atau pun melihat, aku masih akan tetap mencintaimu. Kalau aku tidak bisa melihat, setidaknya aku bisa mendengar suaramu dan berada di sisimu. Kalau aku tidak bisa mendengar, aku akan terus memandangmu."     

"Anya, aku ingin bersamamu hingga maut memisahkan kita. Aku ingin mencintaimu dan hidup bersamamu selamanya. Dan suatu hari ketika kamu memikirkanku, aku ingin kamu memikirkan semua kenangan indah tentang kita."     

…     

Tangan Anya berhenti bergerak dan kepalanya tertunduk memandang ke wajah Aiden yang sedang berbaring di pahanya, memejamkan matanya dengan erat.     

Keningnya terlihat berkerut karena rasa sakit di kepalanya masih belum berkurang.     

Ia mengusap kerutan itu dengan lembut dan menundukkan kepala untuk mengecup kening Aiden, "Apakah sakit sekali?"     

"Tidak apa-apa," Aiden bilang bahwa ia tidak apa-apa, tetapi ekspresi di wajahnya menunjukkan bahwa ia menahan rasa sakit yang luar biasa.     

"Bilang padaku kalau sakit. aku akan menelepon Tara," Anya tidak bisa menahan diri dan langsung menelepon Tara. "Tara, apakah kamu sudah pulang? Aiden tiba-tiba sakit kepala. Bisakah kamu datang ke sini?"     

"Nico dan aku pergi ke rumah sakit untuk mengunjungi kakeknya. Sebentar lagi aku akan kembali. kamu pijat Aiden dulu. Kalau rasa sakitnya tidak bisa berkurang, gunakan handuk yang panas untuk mengompres kepalanya," kata Tara.     

"Aku akan mencobanya," setelah menutup telepon, Anya langsung mencari sebuah handuk dan membasahinya dengan air panas.     

Ia mencarinya dengan panik sehingga saat kembali, ia tidak memperhatikan langkahnya dan tersandung.     

"Ah!" teriak Anya. Meski matanya terpejam dan kepalanya sakit, dari suara langkah kaki Anya yang terburu-buru, ia memiliki firasat Anya akan terjatuh.     

Ketika Anya berteriak, Aiden sudah bangkit dari sofa dan bergegas untuk menangkap Anya.     

Tubuh Aiden langsung menangkap Anya dan kemudian ia berbalik sehingga punggungnya yang menghantam lantai.     

"Apakah kamu baik-baik saja?" Aiden menatap Anya dengan gugup. Saat ini Anya tidak tahu kalau ia sedang hamil. Untung saja ia tidak terjatuh. Kalau sampai terjadi sesuatu pada kandungannya …     

Anya menggelengkan kepalanya. "Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu?"     

Karena suara yang cukup berisik dari lantai atas, Hana langsung terkejut dan berlari. Ia takut Anya terjatuh sehingga langsung mengetuk pintu dengan panik. "Anya, apakah kamu baik-baik saja?"     

"Bu Hana, masuklah. Tolong bantu aku. Aiden terjatuh," teriak Anya.     

Hana langsung membuka pintu dan melihat Aiden tergeletak di lantai, sementara Anya berjongkok di sampingnya.     

"Tuan, apakah Anda bisa bangun? Apakah ada yang sakit?" Hana memandang Aiden dengan khawatir, tidak berani menggerakkan Aiden.     

Aiden sering berolahraga. Meski ia terjatuh sekali pun, ia tidak akan terluka. Tetapi karena kepalanya yang pusing, saat jatuh, sakit kepala yang ia rasakan semakin parah.     

"Aku hanya sedikit pusing," dengan bantuan Hana dan Anya, Aiden kembali ke sofa.     

"Maaf, aku terlalu ceroboh," kata Anya.     

Awalnya ia ingin membantu Aiden. Tetapi malah Aiden yang membantunya dan menolongnya sehingga ia tidak terjatuh.     

"Anya, handuknya …"     

"Aiden sakit kepala. Kata Tara, kalau memijat kepalanya tidak bisa mengurangi rasa sakit kepala itu, kompres air panas bisa membantunya," kata Anya.     

Hana mengambil handuk yang sudah dingin itu ke dalam kamar mandi dan kemudian keluar sambil membawa ember berisi air panas.     

Anya kembali memijat kepala Aiden dan Hana meletakkan handuk panas itu di kepalanya.     

Setelah beberapa saat, wajah Aiden tampak jauh lebih santai dari sebelumnya. Sepertinya memang handuk panas itu bisa mengurangi rasa sakit kepalanya untuk sementara.     

Setelah itu, Hana membawa pergi ember dan handuk tersebut dengan hati-hati, agar tidak membasahi lantai. Ia khawatir Anya akan terpeleset lagi.     

"Aiden, maaf. Gara-gara aku. Punggungmu pasti sakit," kata Anya dengan malu.     

"Aku baik-baik saja. Meskipun kamu ceroboh, aku tidak keberatan," kata Aiden sambil tersenyum.     

"Tentu saja. Aku kan istrimu. Meskipun aku bodoh dan ceroboh, kamu harus tetap menyayangiku," Anya mengulurkan tangannya dan kembali memijat Aiden. Tangannya terus bergerak sambil ia berkata, "Kamu harus banyak beristirahat agar tidak sakit seperti ini."     

Aiden mengangguk. "Aku akan beristirahat. Kalau sakit seperti ini aku tidak bisa menemanimu."     

Anya kembali menundukkan kepalanya dan mengecup mata Aiden dengan lembut. Firasatnya mengatakan ada sesuatu yang salah dengan mata Aiden.     

Ia tidak tahu apakah Aiden akan mengalami kebutaan sementara atau buta untuk selamanya. Ia bahkan tidak tahu bagaimana harus membantu Aiden.     

Setiap hari, Aiden meminum obat untuk menjaga saraf-sarafnya, tetapi Anya tidak tahu apakah obat itu berpengaruh? Apakah obat itu bermanfaat?     

"Apa yang bisa aku lakukan untukmu? Aku merasa sedih melihatmu seperti ini," tanya Anya dengan lembut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.