Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Mengaku



Mengaku

Sudah cukup lama Imel mendekam di penjara. Namun hingga saat ini, ia tetap tidak mau mengakui kesalahannya. Setiap kali polisi berusaha untuk menginterogasinya, ia mengatakan bahwa Heru melakukan semua ini sendirian, tanpa sepengetahuannya.     

Setiap hari Ivan akan datang untuk mengunjungi ibunya. Ia juga berusaha membujuk ibunya agar mau mengakui perbuatannya. Siapa tahu dengan mengakui perbuatannya, hukuman yang diterima oleh ibunya akan diringankan.     

Saat ini Ivan tidak bisa melakukan apa pun untuk membantu ibunya karena ia juga harus memikirkan perasaan ayahnya.     

Ibunya telah mengkhianati perasaan ayahnya. Bagaimana mungkin ia sebagai anak bisa memilih pihak?     

Kalau ibunya mengakui semua perbuatannya dan meminta maaf dengan tulus pada ayahnya, mungkin saja ayahnya akan memaafkannya, dengan mempertimbangkan hubungan di antara mereka dulu.     

Ditambah lagi, ayahnya juga pasti akan memikirkan perasaannya sebagai seorang anak.     

Meski ayahnya murka pada ibunya dan sudah tidak mencintainya lagi, Ivan tetap adalah putranya.     

Apalagi, karena semua orang menganggap Ivan sebagai anak haram dari Keluarga Atmajaya, Bima selalu berusaha untuk menuruti semua keinginannya.     

"Ibu, bagaimana kalau kamu mengakui perbuatanmu? Dengan mengakui perbuatanmu dan menyesalinya, mungkin saja hukumanmu bisa diringankan," bujuk Ivan.     

Tetapi ibunya terlalu angkuh. Hingga di saat seperti ini pun, ia tidak mau bertemu dengan Bima. Ia tidak mau mengakui perbuatannya, apalagi minta maaf.     

"Apakah kamu sudah gila?" teriak Imel.     

"Aku tidak bisa membantumu. Hanya ayah yang bisa membantumu untuk meringankan hukumanmu," kata Ivan.     

"Ivan, bukankah saat ini Aiden sedang koma? Kondisi Bima juga tidak baik. Kamu hanya perlu melawan Nico untuk mendapatkan Atmajaya Group. Aku yakin kamu bisa menyingkirkan Nico yang bodoh itu dengan mudah!"     

Ivan memandang ibunya dengan tatapan sedih.     

Sampai kapan ibunya akan terus seperti ini?     

"Ibu, mengapa ibu melakukan semua ini?" bisiknya.     

"Ibu melakukan semua ini untukmu. Sampai kapan kamu mau membiarkan orang-orang untuk menghinamu sebagai anak haram? Sampai kapan kamu mau membiarkan orang-orang menyebut ibu sebagai wanita murahan?"     

"Aku tidak pernah menginginkan semua ini …"     

Ivan tidak menginginkan semua ini. Ia hanya ingin hidup dengan tenang. Ia tidak peduli dengan apa pun yang orang-orang katakan.     

Meski semua orang menyebutnya sebagai anak haram, anak di luar nikah, anak hasil perselingkuhan, atau apa pun, ia sama sekali tidak peduli.     

Bukan penilaian orang lain yang menentukan jati dirimu, tetapi perilaku-mu sendiri.     

Biarkan saja orang-orang itu menghinanya dan merendahkannya. Yang penting, semua orang terdekatnya tahu bahwa ia bukan orang yang rendah seperti itu.     

Bisa hidup bersama dengan ayah dan ibunya saja sudah merupakan sebuah anugerah besar untuk Ivan.     

Ditambah lagi, mereka dilimpahi dengan kekayaan, kesuksesan dan status yang luar biasa.     

Mengapa ia harus menginginkan lebih?     

"Mengapa kamu begitu bodoh? Kamu mau semua orang itu mengenal kita sebagai orang rendahan?" teriak Imel dengan marah.     

"Apa artinya penilaian orang-orang itu? Kata-kata mereka tidak mempengaruhi kehidupan kita? Mengapa kita harus mendengarkan mereka?"     

"Bagaimana aku tidak mendengarkannya? Apa pun yang aku lakukan tidak ada artinya. Sampai kapan pun aku tetap dianggap sebagai wanita rendahan dan murahan. Kalau saja aku bisa mendapatkan Atmajaya Group, siapa yang berani menghinaku?"     

Ivan terdiam menatap ibunya.     

Ibunya bukan lagi ibunya yang dulu. Ia masih ingat saat awal Imel merintis karirnya bersama dengan Diana.     

Ibunya dan Diana adalah teman baik yang bekerja bersama-sama dari nol untuk mencapai sebuah keberhasilan yang luar biasa.     

Saat itu, meski ia tidak memiliki ayah, Ivan merasa dunianya sudah lengkap.     

Ia memiliki ibu yang luar biasa. Hidupnya sudah berkecukupan, meski tidak melimpah.     

Baginya, ibunya adalah idolanya, seorang orang tua tunggal yang bisa membesarkan putranya seorang diri dan mencapai kesuksesan dalam karirnya.     

Tetapi, ibunya yang dulu sudah tidak ada.     

"Ibu tidak melakukan semua ini untukku," bisik Ivan.     

"Apa maksudmu?" Imel menatap putranya dengan marah.     

"Tidak seperti yang ibu katakan, ibu tidak melakukan semua ini demi aku. Ibu melakukan semua ini hanya untuk diri ibu sendiri. Hanya karena ingin mendapatkan pengakuan dari orang lain. Hanya karena ingin dianggap sebagai orang yang hebat. Hanya karena ingin memiliki kekuasaan dan kekuatan di atas orang-orang lain," kemudian Ivan melanjutkan dengan suara pelan. "Aku sudah muak dengan semua ini."     

Imel terdiam mendengar kata-kata putranya.     

Ia tidak bisa memungkiri bahwa apa yang Ivan katakan itu salah. Mungkin memang benar pada awalnya ia ingin melakukan semua ini demi Ivan. Ia ingin memberi Ivan hidup yang lebih baik. Ia ingin memberi Ivan nama belakang yang seharusnya Ivan miliki, status yang seharusnya menjadi milik putranya.     

Tetapi di tengah perjalanan, Imel tidak bisa memungkiri bahwa ia juga menginginkan status itu untuk dirinya. Ia juga ingin menjadi Nyonya Atmajaya, mendapatkan kekuasaan untuk menginjak-injak orang yang selama ini menghinanya.     

Kalau ia menjadi Nyonya Atmajaya, siapa yang berani menghinanya?     

Ia telah melenceng dari jalan utamanya dan mementingkan perasaannya sendiri, tanpa tahu apa yang putranya rasakan.     

Saat ini, mendengar kata-kata putranya itu membuat Imel terperangah.     

Tidak pernah sekali pun ia mendengar putranya mengatakan hal seperti itu padanya. Putranya yang baik hati dan lemah lembut, tiba-tiba saja mengatakan bahwa ia muak padanya.     

"Apa yang kamu katakan pada ibu, Ivan?"     

"Aku muak, Ibu. Aku muak dengan semua ini. Aku muak dengan tingkah laku ibu …" kata Ivan.     

Ia membeku di tempatnya, tidak bisa membalas kata-kata Ivan. Imel berusaha meyakinkan dirinya bahwa ia salah dengar. Tetapi nyatanya, telinganya tidak salah.     

Ia mendengar kata-kata Ivan dengan sangat jelas.     

"Aku sudah tidak tahu lagi bagaimana cara membujuk ibu. Selama ini, aku selalu berusaha untuk menutup mataku saat melihat semua perbuatan ibu. Aku begitu mencintai ibu sehingga aku mau berpura-pura buta dan tuli. Tetapi aku juga punya batas kesabaran," kata Ivan. "Selama ini, ibu hanya memikirkan diri ibu sendiri. Sekarang, biar aku memikirkan diriku sendiri. Lebih baik kita menjalani hidup masing-masing. Aku harap ibu bahagia dengan keputusan ibu."     

Setelah mengatakannya, Ivan bangkit berdiri dan pergi.     

Ia sudah berusaha untuk membujuk ibunya dengan sabar, tetapi itu tidak membuahkan hasil. Ia harap, dengan cara yang keras seperti ini, ibunya bisa sadar dan segera kembali ke jalan yang benar.     

…     

Setelah Ivan pergi, akhirnya Imel kembali merenungkan semua perbuatannya selama ini dan memutuskan untuk mengakui semuanya.     

Lebih dari sepuluh tahun yang lalu, ledakan yang terjadi di Amore memang ada hubungannya dengannya. Ia melakukan semua itu hanya untuk mendapatkan formula parfum Diana.     

Dengan menyingkirkan Diana dan mendapatkan formula parfum itu, ia akan menjadi satu-satunya pemilik Amore.     

Kematian istri Bima memang dilakukan oleh Heru, tetapi ia lah yang menyuruhnya. Ia ingin mendapatkan posisi sebagai Nyonya Atmajaya, sehingga ia harus menyingkirkan Nyonya Atmajaya yang sesungguhnya.     

Dengan mendapatkan Nyonya Atmajaya, ia akan menjadi semakin kuat dan statusnya semakin meningkat.     

Lalu, sebenarnya mengapa Heru mau melakukan semua ini untuknya?     

Bukan hanya karena Heru mencintainya, tetapi karena Imel membohongi Heru, mengatakan bahwa Ivan sebenarnya adalah putra Heru.     

Jadi, selama ini Heru selalu menganggap Ivan sebagai putranya.     

Imel mengatakan pada Heru bahwa sebenarnya Ivan adalah putranya dan Heru, bukan putra Bima. Ia hanya menggunakan nama Keluarga Atmajaya untuk membuat putranya hidup dengan makmur.     

Heru tidak keberatan dengan rencana Imel karena ia sendiri tidak bisa memberikan kehidupan yang nyaman untuk Ivan.     

Sebaliknya, Keluarga Atmajaya bisa memberikan segalanya untuk putranya.     

Itu sebabnya, demi Ivan, yang ia pikir adalah putranya, Heru rela melakukan segalanya.     

Tetapi dokumen-dokumen yang Aiden tunjukkan pada saat Aiden mengurungnya telah membuktikan bahwa Ivan bukan anaknya. Ivan memang benar anak Bima dan merupakan anggota Keluarga Atmajaya.     

Selama ini, Imel hanya membohonginya …     

Heru begitu mencintai Imel dan Ivan, sehingga ia berusaha untuk membantu kedua orang itu dan mengkhianati Keluarga Atmajaya.     

Setelah mengetahui bahwa Imel membohonginya, akhirnya Heru memutuskan untuk mengakui semua perbuatannya dan mengatakan bahwa Imel yang menyuruhnya melakukannya.     

Imel kembali mengingat seluruh kehidupannya selama ini.     

Ia memiliki Diana, seorang sahabat dan teman seperjuangannya yang merintis karir bersama dengannya dari nol. Tetapi ia tidak menghargai persahabatan itu.     

Ia lebih memilih untuk mendapatkan harta dan kekuasaan.     

Ia memiliki Heru, seseorang yang mencintainya dengan setulus hati dan bersedia melakukan apa pun untuknya. Tetapi ia malah memanfaatkan Heru.     

Ia lebih memilih pria yang kaya raya, seperti Bima, dibandingkan Heru yang tidak memiliki apa-apa.     

Ia memiliki Bima, yang selalu berusaha memberikan segalanya untuknya dan membantunya, tidak peduli apa pun yang ia lakukan.     

Meski Bima tidak bisa memberikan nama belakangnya untuk Imel, ia tidak ragu untuk melawan anggota keluarganya agar bisa berhubungan dengan Imel. Ia selalu memanjakan Imel dan memperlakukannya dengan sangat baik.     

Tetapi Imel menginginkan lebih.     

Ia menginginkan lebih, tanpa memberi apa pun pada orang-orang yang mencintainya.     

Pada akhirnya, ia harus kehilangan segalanya.     

Dan sekarang, ia tidak memiliki apa-apa.     

Bahkan, putranya pun akhirnya merasa kecewa padanya dan meninggalkannya.     

Setelah Imel mengakui semua perbuatannya, Ivan kembali mengunjungi ibunya. Kali ini, ibunya tidak memintanya untuk memanfaatkan keadaan Keluarga Atmajaya yang sedang kacau dan merebut Atmajaya Group.     

Imel kembali mengingat tujuan awalnya melakukan semua ini, yaitu untuk membuat putranya bahagia.     

Tetapi di tengah jalan, ia mulai kehilangan arah dan lebih memikirkan mengenai dirinya sendiri, dibandingkan dengan perasaan putra semata wayangnya.     

Pada akhirnya, Imel hanya mengatakan bahwa ia berharap Ivan bisa bahagia …     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.