Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Mendengar Semuanya



Mendengar Semuanya

"Aiden, ini aku. Aku minta maaf mengganggumu, tetapi aku butuh bantuan darimu. Apakah kamu bisa membantuku?" tanya Keara.     

"Benar, kamu menggangguku," Aiden langsung menyelanya tanpa berpikir panjang.     

"Aiden, demi kamu aku telah mengkhianati keluargaku. Pamanku sedang berada di dalam penjara. Keara's Perfume juga sedang terkena skandal. Ayahku sama sekali tidak mau membantuku. Aku hanya punya kamu," kata Keara sambil menangis.     

"Tetapi aku tidak menginginkan kamu," suara Aiden terdengar semakin dingin.     

"Kamu tahu aku mencintaimu! Kalau saja kamu sedikit lebih memperhatikanku, aku tidak akan memilih Ivan. Selama ini aku selalu mencintaimu. Mungkin kamu tidak percaya padaku, tetapi aku sama sekali tidak tahu mengenai tes DNA dua tahun lalu. Semuanya adalah perbuatan pamanku!" Keara terus menangis sambil berkata, "Aku benar-benar tidak melakukan apa pun."     

"Katakan padaku, apa tujuan Toni melakukan ini?" Anya sudah kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Saat mendapatkan panggilan dari Keara, Aiden langsung menuju ke ruang kerjanya dan melacak posisi Keara saat ini.     

"Pamanku sangat sayang padaku. Ia tahu aku mencintai kamu dan ingin membantuku untuk mendekatkan kita berdua. Ia melakukan semua itu di belakangku. Aku benar-benar tidak tahu. Ia yang melakukan semuanya sendiri," kata Keara.     

Dalam hati, Aiden mencibir. Hingga saat ini pun, Keara masih melimpahkan semua perbuatan dan kesalahannya pada orang lain.     

"Apa penjelasanmu mengenai Natali? Ia tiba-tiba datang dan ingin membunuh Anya," kata Aiden.     

"Aiden, ayahku sendiri tidak mempercayaiku dan menyuruhku untuk menyerahkan diri. Sekarang kamu juga tidak mempercayai aku! Natali sudah gila. Mengapa ia perlu alasan untuk membunuh seseorang? ditambah lagi, hubungannya dengan Anya tidak baik. Ia memiliki dendam tersendiri pada Anya. Mengapa kamu mencurigai aku? Aku sendiri juga tertembak!" teriak Keara dengan marah.     

Pada saat itu juga, Aiden sudah berhasil melacak posisi Keara. Ia langsung mengirimkan posisi Keara saat ini pada Harris, menyuruh Harris mengirimkan orang-orang untuk menangkap Keara.     

"Seseorang mengirimkan pistol pada Natali. Aku telah memeriksa CCTV dan melihat orang yang mengirimkannya. Tebak siapa orang itu," kata Aiden.     

"Bagaimana aku bisa tahu?" Keara berusaha untuk tetap tenang. Asistennya bilang bahwa ia menyuruh seorang kurir yang tidak dikenalnya untuk mengirimkan pistol itu.     

Kurir itu tidak mengenali asistennya, dan asistennya pun sudah melarikan diri ke luar negeri. Aiden tidak akan bisa tahu.     

Sekarang, Aiden hanya berusaha untuk menjebaknya. Sehingga ia harus tetap tenang.     

"Asistenmu sudah tertangkap di bandara," kata Aiden dengan santai.     

"Mengapa asistenku di tangkap? Aku mengirimnya untuk pergi dinas," kata Keara dengan sedikit panik.     

Aiden tidak menjawabnya. Sebaliknya, ia mengalihkan pembicaraan, "Apa bantuan yang kamu inginkan dariku?"     

"Aku menelepon ayahku. Katanya, ibuku sedang sekarat. Jadi, aku ingin menjalani operasi caesar secepat mungkin. Aku ingin kamu mengatur semuanya untukku," kata Keara.     

"Apakah kamu tidak takut aku akan membunuhmu?" suara Aiden terdengar dingin saat Keara membahas mengenai kandungannya.     

"Kamu tidak akan melakukannya. Kalau aku mati, Anya terpaksa harus mendonorkan livernya." Keara sudah tidak berpura-pura lagi di hadapan Aiden sekarang. "Aku tidak mengerti. Kamu tahu Anya adalah anak ibuku. Mengapa kamu menyembunyikannya?"     

Aiden tertawa mendengar pertanyaan konyol itu. "Aku pikir kamu tahu segalanya."     

"Apakah karena kamu tidak mau Anya mendonorkan livernya?" tanya Keara dengan tidak yakin.     

"Semua orang di dalam Keluarga Pratama sangat egois. Ibumu bisa saja mencari sumber donor lain, tetapi ia menginginkan yang terbaik. Kalau tidak, ia tidak mau menjalani operasi. Kamu juga egois. Meski Bibi Indah bukan ibu kandungmu, setidaknya ia adalah bibimu sendiri. Ia telah membesarkanmu seperti putrinya sendiri. Sekarang, saat ia sekarat, kamu tidak mau menyelamatkannya. Mana mungkin aku mempertemukan Anya dengan ibunya di saat-saat seperti ini," kata Aiden, tidak menyembunyikan niatnya sama sekali.     

Keara tersenyum kecut mendengar jawaban Aiden. "Aku selalu berpikir bahwa kamu dingin dan tidak peduli pada siapa pun. Tetapi sebenarnya kamu hanya dingin dan tidak peduli padaku."     

"Tidak. Sebenarnya aku sangat peduli padamu. Coba lihatlah keluar jendela. Apakah orang-orang yang aku kirim sudah tiba?" Aiden tersenyum saat mengatakannya.     

Jantung Keara serasa berhenti berdetak. Ia langsung menghampiri jendela villanya dan benar saja, ia melihat banyak orang berpakaian serba hitam sedang mengepung kediamannya.     

"Bagaimana bisa?" Keara terlihat sangat shock.     

"Bukan hanya polisi saja yang bisa melacak lokasimu saat sedang telepon. Kalau kamu butuh bantuanku, lebih baik kita bertemu langsung dan berbicara tatap muka," Aiden mengakhiri panggilannya. Saat ia berbalik, ia melihat Anya sedang berdiri di depan pintu ruang kerja yang terbuka.     

Wajah Aiden terlihat sedikit kaku. Ia tidak menyangka Anya akan mendengar saat ia sedang telepon dengan Keara.     

Ia tidak takut Anya salah paham terhadap hubungannya dengan Keara, tetapi ia juga tidak mau Anya mendengarnya berbicara dengan kejam seperti itu. Ditambah lagi, ia juga menyembunyikan identitas Anya sebagai putri dari Indah dan Galih.     

Apakah Anya mendengar pembicaraannya dengan Keara?     

Ia menghampiri Anya dan berkata dengan lembut, "Sejak kapan kamu berdiri di sana?"     

"Menurutmu, sejak kapan aku berdiri di sini?" tanya Anya dengan tenang.     

Sejak hamil, Anya mengenakan sandal rumah yang terbuat dari bahan empuk sehingga langkah kakinya sangat samar. Aiden bahkan tidak bisa mendengarnya sama sekali.     

Ketika Aiden sedang menelepon dan melacak lokasi Keara, ia tidak melihat Anya.     

"Apa yang kamu dengar?" tanya Aiden dengan gugup.     

Anya melihat ekspresi Aiden dan tahu bahwa suaminya sedang menyembunyikan sesuatu. Tetapi ia tidak tahu apa itu.     

Sebenarnya, ia baru saja datang dan tidak sempat mendengar pembicaraan Aiden. Ia hanya tahu bahwa Aiden telah berhasil menangkap Keara.     

Namun, selain menangkap Keara, sepertinya ada sesuatu yang Aiden sembunyikan. Kalau tidak, mana mungkin Aiden sepanik ini.     

"Aku mendengar semuanya. Mengapa kamu menyembunyikannya dariku?" Anya sengaja membuat wajahnya terlihat sedih dan kecewa.     

Aiden langsung terlihat panik setengah mati.     

Awalnya, Aiden khawatir Anya lebih memilih ibu kandungnya dibandingkan Aiden. Aiden takut Anya memilih untuk menyerahkan anaknya demi menyelamatkan Indah.     

Tetapi sekarang usia kandungan Anya sudah cukup tua. Anya tidak akan mengambil resiko itu.     

Setelah memikirkannya matang-matang, Aiden memutuskan untuk memberitahu Anya.     

"Duduklah di sini," kata Aiden sambil melambaikan tangannya.     

Akan lebih baik kalau mereka bisa membahas masalah ini dengan damai.     

Anya memasuki ruang kerja itu dan Aiden langsung menyambutnya ke dalam pelukannya.     

"Apa yang akan aku katakan kepadamu mungkin akan membuatmu marah. Tetapi aku mohon cobalah untuk mengendalikan emosimu. Tidak ada yang lebih penting dibandingkan anak kita. Apakah kamu mengerti?" kata Aiden dengan selembut mungkin.     

Anya menatap wajah Aiden dan mengangguk dengan mantap.     

"Dua tahun lalu, nenekmu menemukanmu. Ia berusaha untuk mencari keluargamu, tetapi hanya menemukan seorang pemuda yang telah meninggal. Ia pikir pemuda itu adalah ayahmu dan kamu sebatang kara. Akhirnya ia memutuskan untuk mengadopsimu, untuk menggantikan anak ibumu yang telah meninggal," kata Aiden dengan pelan-pelan, sambil mengamati ekspresi di wajah Anya.     

Anya mengangguk dan menghela napas. "Saat itu ayahku sedang berselingkuh dengan Bu Mona. Nenek ingin menyelamatkan pernikahan ibu dan juga ingin menyelamatkan aku. Kalau ayah tahu bahwa anaknya dan ibu telah meninggal, ayah pasti akan meminta cerai."     

"Benar. Nenekmu akhirnya mengadopsi kamu. Ibumu sangat sedih dengan pengkhianatan ayahmu. Tetapi kamu adalah sumber semangat dalam hidupnya. Memang benar, nenekmu telah menyelamatkan kamu, tetapi kamu juga telah menyelamatkan ibumu," kata Aiden sambil merapikan anak rambut Anya yang berantakan.     

Anya mengulurkan tangannya dan memeluk leher Aiden, "Lalu, apa yang terjadi?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.